161 research outputs found

    KONSEP MANUSIA SEMPURNA MENURUT MUHAMMAD TAQÎ MISBÂH YAZDÎ

    Get PDF
    AbstrakIlmu pengetahuan dengan pelbagai metodenya, telah menempatkan manusia pada jurang keterasingan yang dalam nan gelap. Tak hanya itu, ilmu pengetahuan yang mulanya dipahami sebagai ikhtiar bagi pemuliaan hakikat manusia, malah bergerak mendekati tubir-getir krisis kemanusiaaan multi dimensi. Manusia menjadi teralienasi akan dirinya. Berangkat dari kegagalan manusia kontemporer dalam memahami makna eksistensi manusia dalam proses menuju kesempurnaan diri.  Faktor paling besar penyebab kesalahan  perjalanan manusia saat ini dalam pandangan Misbâh Yazdî karena, ketidakjelasan dan ketiadaan perhatian terhadap hakikat manusia,  manusia lupa akan kemengadaannya. Sehingga manusia alpa bahwa ia punya potensi  untuk menjadi manusia sempurna.Persoalan fundamental ini telah menyebabkan manusia meninggalkan fitrah yang benar dan terjerumus ke lembah kesesatan.  visi manusia hari ini merupakan sesuatu yang tidak alamiah sekaligus menyimpang dari alur penciptaan sang Khaliq. Oleh karena itu, Misbâh Yazdî berusaha memfokuskan diri dalam merenungi secara mendalam sejumlah hasrat-hasrat fitri dan tendensi-tendensi (kecendrungan) alamiah yang berperan penting yang dalam pandangan Misbâh Yazdî bersifat mendasar dan prinsipil dan terdapat pada manusia. Pada terang ini, Misbâh Yazdî mengembangkan suatu skema konseptual yang menarik. Hal itu dapat ditahbiskan dengan usahanya menelusuri hakikat manusia melalui filsafat wûjud  kemudian bergerak melalui analisis epistemology. Ziarah menyusuri apa yang direnungkan Misbâh Yazdî, penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan heuristika, dengan penelitian ‘studi kepustakaan’ (library reseach), guna melingkupi persoalan: a) Bagaimanakah konsep Manusia Sempurna dalam diskursus Filsafat Islam?;  b). Konsep Manusia sempurna seperti apakah yang dimaksud oleh Misbâh Yazdî?. Adapun sumber rujukan dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya Misbâh Yazdî, beserta berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung dalam pembahasan. Berbekal pada konsep ontology Mullâ Shadrâ tentang harakah jawhariyyah, Misbâh Yazdî, menyimpulkan kesempurnaan manusia sebagai evolusi dan gerak menyempurna (harakah istikmâliyah). Melalui prinsip hudûrî sebagai induk semua pengetahuan,  namun pengetahuan burhânî yang di dasarkan pada silogisme-demonstratif dan pengetahuan hushûlli . Akhirnya, apa yang ditelusuri Misbâh Yazdî, merupakan bagian penting dari perjalanan ikhtiar manusia dalam menggapai kesempurnaannya yakni untuk memahami asal dan tujuan manusia. Melalui ilmu dan iman, dan  iman mesti diikuti oleh amal perbuatan. Jika seseorang dapat menyaksikan hakikat kediriannya, maka ia akan menyadari bahwa kediriannya  ditopang oleh Illah-nya

    MENGEMBALIKAN FUNGSI FAQIH DAN ULAMA’ DALAM PEMIKIRAN WILAYAT-I FAQIH KHOMEINI SEBAGAI MODEL ULAMA’ SYI’AH PASCA REVOLUSI IRAN

    Get PDF
    This article discusses the concept of the Al-Faqih Region offered by Khomeini during the Iranian revolution on February 11th 1979, as an ideal form in restoring the role of the faqih to hold power and as a Shia political system and its implementation in state leadership amid world politics. Khomeini explicitly said that the priests are obliged to guide the people after the death of the Prophet Muhammad, the priests have the character of ma'shum. Wilayat-i Faqih articulated Imam Khomeini's essential ideas about the state and its aims. This concept is a normative principle that these powers (or functions) should not be delegated to the same person to prevent abuse of power by the parties involved power. Likewise, the Wilayat-i Faqih concept developed by Imam Khomeini divides the power of implementing Islamic governance into three state institutions, namely the executive, legislative, and judicial institutions. The executive and judicial powers are in the hands of the faqih who carry out the function as representatives of the priests, so the legislative power is entirely the right of God. However, according to Khomeini in the concept of Wilayat-i Faqih, only the faqih holds the highest authority, all power comes from his position as the highest mujtahid who has the greatest authority in interpreting legal sources

    DINAMIKA EKSISTENSI JARINGAN DAN GERAKAN KELOMPOK ISLAM RADIKAL INDONESIA

    Get PDF
    This article entitled the dynamics of the existence of a network of radical Islamic group movements of Indonesia, tried to give an overview of the initial group that did the first Islamic radicalism in Indonesia, namely the Padri movement do violence not only against people outside of Islam, but also against fellow Muslims who do not want to follow their teachings. Violence and such action is not necessarily the case, but more refer to the movement and the view of Saudi Arabia wahabisme idiologis. The radical Islamic movement in post-independence Indonesia itself appeared since the Islamic Sharia enforcement of exacting formalist formally in the Constitution of Indonesia and want the formation of Indonesia into an Islamic State. in this movement the TII/leading kartosoewiryo in West Java and continues in some areas of indonesia. The idea of radical Islam in Indonesia is actually heavily influenced by the views of Islamic scholars such as Ibn Taymiyyah, Muhammad ibn Abdul Wahhab and also radical Islamist thinker Sayid Qutb Muslim Brotherhood Egypt through Ma'alim fi at Thorieq, Shaykh Abdullah Azzam in his work entitled Ayatur Rahman fi Jihadi Afghanistan with the concept of staging, and Osama bin Laden who then managed to influence the muslim activists Indonesia to go to Jihad to Afghanistan

    NEGOSIASI IDENTITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DALAM MENGHADAPI STIGMA NEGATIF (Studi Kasus Pada Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kota Bandung)

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi negosiasi identitas yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam menghadapi stigma negatif. Penelitian ini penting dilakukan guna mengetahui bagaimana kelompok JAI sebagai kelompok minoritas menghadapi stigma negatif yang ada di masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Stigma Sosial dari Goffman (1963) dan Teori Negosiasi Identitas Ting Toomey (1999). Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kota Bandung. Berdasarkan data penelitian menunjukan bahwa stigma yang dirasakan oleh para anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia terbagi menjadi empat kategori yaitu, pelabelan, stereotip negatif, pengasingan, dan diskriminasi, dari masing-masing kategori tersebut peneliti mendapat temuan terkait bentuk, pelaku, dampak, dan sikap informan dalam menghadapi stigma negatif. Peneliti juga mendapat temuan terkait strategi negosiasi identitas JAI yang terbagi dalam dimensi status keanggotaan kelompok, kebutuhan motivasi dasar, dan dimensi lingkungan akrab. Kata Kunci: Stigma Sosial, Negosiasi Identitas, Ahmadiyah   IDENTITY NEGOTIATION OF JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA IN FACING NEGATIVE STIGMA (Case Study of Jemaat Ahmadiyah Indonesia Congregation in Bandung City) This thesis is guided by: Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. and Tito Edy Priandono, M.Si. ABSTRACT This research was conducted to determine how the identity negotiation strategy carried out by Jemaat Ahmadiyah Indonesia in dealing with negative stigma. This research is important to do in order to find out how the JAI group as a minority group faces the negative stigma that exists in society. The theory used in this research is the Social Stigma Theory from Goffman (1963) and the Identity Negotiation Theory of Ting Toomey (1999). This research was conducted using a qualitative approach with a case study research method. The subjects of this research are members of the Jemaat Ahmadiyah Indonesia in Bandung. Based on the research data, it shows that the stigma felt by the members of the Jemaat Ahmadiyah Indonesia is divided into four categories, namely, labeling, negative stereotypes, isolation, and discrimination, from each of these categories the researcher found findings related to the form, perpetrator, impact, and attitude of the informants in face a negative stigma. The researcher also found findings related to the JAI identity negotiation strategy which is divided into dimensions of group membership status, basic motivation needs, and dimensions of the familiar environment. Keywords: Social Stigma, Identity Negotiation, Ahmadiya

    EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN DEMABIL (DERETAN MANGKOK BILANGAN) BERBASIS LOCAL WISDOM TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 2 PAYUNGSARI

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan dilapangan bahwa pembelajaran matematika masih monoton dan kurang bervariasi. Guru hanya menggunakan LKS dan menyampaikan materi dengan metode ceramah, tidak terdapat media pembelajaran yang mendukung, sehingga siswa sulit memahami materi yang disampaikan. Pembejaran di sekolah menjadi tidak efektif, fokus siswa berkurang, dan pada akhirnya siswa menganggap pembelajaran matematika sulit dan membosankan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengajaran yang inovatif dan menarik agar siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran DEMABIL berbasis local wisdom terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDN 2 Payungsari. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain pre-eksperimen One-Group Pre-test Post-test Design. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan teknik sampel jenuh berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata pemahaman siswa setelah penerapan media DEMABIL lebih tinggi sebesar 81,19 dibandingkan rata-rata nilai sebelum penerapan media yaitu 20,00. Dan hasil uji paired sample test diperoleh nilai sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan rata-rata nilai pemahaman siswa sebelum dan setelah penerapan media DEMABIL. Hasil uji N-Gain diperoleh besaran rata-rata N-Gain skor 0,7685 > 0,7 menunjukkan adanya peningkatan efektivitas yang termasuk pada kategori “tinggi”. Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran DEMABIL efektif digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi KPK dan FPB di kelas IV SDN 2 Payungsari. Kata Kunci: Media pembelajaran, Pemahaman konsep, Pembelajaran matematika di Sekolah dasa

    PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DAN REKREASI KRACAKAN DI DESA PAYAMAN KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO

    Get PDF
    Pariwisata merupakan hal yang sangat penting untuk meningaktkan pendapatan daerah dan melalui pariwisata perekonimian disebuah daerah akan berjalan. Kabupaten Bojonegoro memiliki banyak potensi wisata, salah satunya di Kecamatan Ngraho di Desa Payaman yakni Wisata Kracakan. Wisata Kracakan ini menyimpan banyak pesona keindahan, akan tetapi wisata ini masih belum terkelola dengan baik. Dari permasalah inilah perlu dilakukan pendampingan untuk memaksimalkan potensi wisata Kracakan. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah ABCD (Asset Based Community Development). Dalam pengabdian ini tim melakukan pelatihan, pendampingan dan pembuatan spot-spot foto selfie di sekitar wisata Kracakan

    IMPLEMENTASI SPIRITUAL CAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Get PDF
    AbstrakKaum santri merupakan simbol representasi muslim yang memahami agama, karena pola hidup yang kental dengan nuansa aktifitas keagamaan. Biasanya kaum santri hidup dilingkungan pesantren yang dipimpin oleh kyai. Demikian pula yang terjadi di Pondok Pesantren Darussalam Sindangsari  Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat yang didirikan pada tanggal 12 Shafar 1392 H. bertepatan dengan 28 Mei 1972 M, pada tahun 1986 tepatanya tanggal 9 Desember 1986 M, bertepatan dengan tanggal 7 Rabi’utsani 1407 H, didirikan Tarbiyatul Mu’alimin al-Islamiyyah (TMI). Pondok Pesantren ini berkiblat pada pondok pesantren modern Gontor Ponorogo Propinsi Jawa Timur. Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi pemberdayaan santri di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah. Maksud dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis proses implementasi spiritual capital, dan pola pemberdayaan masyarakat lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tradisi fenomenologi, dengan pendekatan kualitatif. Metode ini bertujuan mengungkap fenomena-fenomena kaum santri yang ditemukan di lapangan. AbstractThe santri community is a symbol representing Muslims who understand their religion, characterized by a lifestyle rich in the nuances of religious activities. Typically, santri live in the environment of pesantren, led by a kyai (Islamic scholar). This is also the case at Pondok Pesantren Darussalam Sindangsari, Kersamanah Subdistrict, Garut Regency, West Java Province, established on the 12th of Shafar 1392 H., corresponding to May 28, 1972 AD. In 1986, precisely on December 9, 1986 AD, corresponding to the 7th of Rabi'utsani 1407 H., Tarbiyatul Mu'alimin al-Islamiyyah (TMI) was founded. This pesantren aligns itself with the modern Gontor Pesantren in Ponorogo, East Java Province. The focus of this research is on how the empowerment of santri is implemented within the environment of Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah. The purpose of this study is to analyze the process of implementing spiritual capital and the pattern of community empowerment in the Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah Garut environment. The method used in this research is the phenomenological tradition method with a qualitative approach. This method aims to reveal the phenomena of the santri community found in the field

    Contesting the Social Spaces: Gender Relations of Literary Communities in Yogyakarta and Surakarta

    Get PDF
    This research seeks to map the gender relations within literary communities and their contestations in gaining social and financial capital in Yogyakarta and Surakarta social spaces. The presence of literary communities in these spaces, on the one hand, explains the local and specific self-identities of the communities, as well as their heterogeneity in gender relations. In particular, this research maps these communities' differences in expressions, trajectories (visions for the future), themes, narrations, language, and networks based on their gender relations. The Geographic Information System (GIS) method is used to map and explore the gender issues in these literary communities. By understanding the mapping of these literary communities, the dynamics of the social spaces used by these communities can be traced synchronically within a specific period. It can also be followed up when the database is used diachronically over time. This research finds that social spaces that enable open narration are insufficient to ensure the equality of women and men. Flexible domestic spaces for women are also necessary to ensure women to be active in creating the trajectory of the literary communities since they have capacities to do it
    • …
    corecore