32 research outputs found

    KAJIAN PEMANFAATAN TANIN DARI EKSTRAK GAMBIR KERING DAN ALBUMIN TELUR AYAM PADA PEMBUATAN DAN SIFAT FISIK BUSA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan pelarut ekstraksi gambir asalan terhadap perolehan tanin dan mengidentifikasi pengaruh perbandingan konsentrasi ekstrak gambir dan albumin telur ayam pada pembuatan dan sifat fisik busa tanin-albumin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 3x3 dan 3 ulangan. Faktor A (pemakaian albumin) terdiri dari 3 taraf : A1 (16%), A2 (24%), A3 (32%). Faktor B (pemakaian ekstrak gambir ) terdiri dari 3 taraf : B1 (14%), B2 (24%), B3 (34%). Data hasil pengamatan dianalisa dengan sidik ragam (Anova) dengan uji lanjut Duncan’n New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Pengamatan dan pengujian terhadap busa tanin-albumin yang dilakukan yaitu : pengamatan pada suhu ruang, SEM, pengukuran kondusktivitas termal, pH, densiti, pengembangan, porositas dan pengujian kuat tekan serta kekerasan busa. Perbedaan proses ekstraksi gambir asalan memberikan hasil yang berbeda terhadap perolehan tanin. Ekstrak gambir kering yang diekstrak dengan menggunakan etanol mempunyai kadar tanin yang lebih tinggi yaitu 37,32% dibandingkan dengan ekstrak gambir yang diekstrak menggunakan air 34,16% dan etil asetat 25,49%. Perbandingan pemakaian konsentrasi albumin telur ayam dan ekstrak gambir berpengaruh pada karakteristik busa tanin albumin. Untuk perlakuan A1B1 dan A1B3 nilai densiti (0,29 gr/cm3 dan 0,27 gr/cm3), nilai porositas busa (80,44% dan 81,30%) pada penggolongan busa dapat digolongkan busa fleksibel, sedangkan untuk perlakuan lainnya dapat digolongkan pada busa semi kaku (semi rigid) dan busa kaku (rigid). Nilai konduktivitas termal yang rendah didapatkan pada perlakuan A1B3 (4,29 W/0C). Nilai pH 6-7 berkisar pada pH normal untuk semua perlakuan. Untuk nilai kuat tekan dan kekerasan busa tertinggi didapatkan pada perlakuan A3B3 dengan nilai 2,82 kg/cm2 dan 106,66 N/cm2. Gambar foto SEM perbesaran 150x untuk perlakuan A3B1, A2B1, A2B2 dan A2B3 secara struktur morfologi berpori teratur, dan pengamatan secara fisik baik. Kata kunci : ekstrak gambir, albumin, tanin, busa tanin-albumin

    Utilization of modified flour (maltodextrin) from yam starch for the manufacture of tomato extract encapsulate

    Get PDF
    Tomato (Solanum lycopersicum ) is a popular vegetable and functional food ingredient. It is typically used to make fruit juice, which is then consumed directly or in a mixed form. The content consists of water, fiber, vitamins, and minerals and functions as an antioxidant. Therefore, this study aimed to utilize modified flour from yam starch as maltodextrin to produce tomato juice encapsulant. Yam starch maltodextrin encapsulation treatment consisted of 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, and 30% aquadest for tomato juice (1:1). The yield, moisture, ash, and vitamin C content were calculated. The 30% treatment produced the highest yield value of 194 g, with water and ash contents of 5.21% and 1.59%, respectively. Meanwhile, the 5% treatment had the highest vitamin C of 0.77%

    Pengaruh Jenis Tepung dan Pengolahan Ikan Terhadap Mutu Tepung Sala Lauk

    Get PDF
    Sala lauk is a specific food of Pariaman City of West Sumatera which is made from rice flour, fish, chilli and other spices, then mixed together, cooked with low heat until smooth. The dough was formed into small balls and then fried. It is now available sala lauk flour mixed with spices, but chilli and fish are not included in the mixture and the flour still has short shelf life. The research was conducted to enrich the nutrients in the sala lauk by adding fish as a protein source. Completely randomized design (CRD) in factorial was used to see the effect of the use of flour, rice flour 100%, rice flour 95% and glutinous rice flour 5%, rice flour 95% and tapioca flour 5% and the variation of fish treatment that was directly dried, cooked in a pressure cooker and steamed. The result showed that sala lauk flour using rice flour 95% and glutinous rice flour 5% with directly dried fish gave preferred result in terms of organoleptic (taste, colour, flavour, and texture), with water content was 8.97%, acid degree was 0.35%, and protein content was 71.31%. Mold/yeast, salmonella and other bacteria were not found and the product had shelf life for 3 months.ABSTRAKSala lauk merupakan makanan khas Pariaman Sumatera Barat yang terbuat dari bahan baku tepung beras, ikan, cabe, dan bumbu lainnya dengan cara diadon, dimasak dengan api kecil sampai kalis. Adonan dibentuk menjadi bulat-bulat kecil dan kemudian digoreng. Saat ini sudah tersedia tepung sala lauk yang dicampur langsung dengan bumbubumbu, tetapi cabe dan ikan belum termasuk dalam campuran, dan tepung tersebut masih memiliki daya tahan simpan yang masih rendah. Penelitian dilakukan untuk memperkaya nutrisi dalam sala lauk dengan menambahkan sumber protein yaitu ikan. Rancangan acak lengkap (RAL) secara faktorial digunakan untuk melihat pengaruh tiga perlakuan pemakaian tepung yaitu tepung beras 100%, tepung beras 95% dan tepung beras ketan 5%, tepung beras 95% dan tepung tapioka 5% dan variasi pengolahan ikan yaitu langsung dikeringkan, dipresto serta dikukus. Hasil penelitian menunjukkan, tepung sala lauk yang menggunakan komposisi tepung beras 95% dan tepung beras ketan 5% dengan variasi pengolahan ikan yang langsung dikeringkan memberikan hasil yang lebih disukai dari segi organoleptik (rasa, warna, aroma dan tekstur), dengan kadar air 8,97%, kadar abu 0,44%, derajat asam 0,35% dan kadar protein 71,20%. Kapang/khamir, Salmonella dan bakteri lainnya tidak ditemukan, dan memiliki ketahanan simpan selama 3 bulan

    Efek Perbedaan Jenis Alpukat dan Gula Terhadap Mutu Selai Buah

    Get PDF
    Avocado is a very popular fruit because it contains a lot of vitamins and minerals. It is more consumed in the form of fresh or juice at this time and is rarely treated into processed products. Avocado is easily decay in storage so that is necessary to be processed in order to keep the availability, for example by processing into jam. The making of jam generally use granulated sugar, however it can also use palm sugar. Palm sugar has a specific taste and flavor that can reduce the bitter taste of avocado. The study was conducted with a variety of treatments that used round green avocado (Porsea americana Mill) and long green avocado (Porsea gratissima Gaertn) with type of sugar, the granulated sugar and brown palm sugar. The resulted of jam then analyzed the moisture content, sugar content, soluble solids, ash content, fat content and level of panelists preference for color, aroma, flavor and microbiological testing. The results showed that the jam products that was made of round green avocado (Porsea americana Mill) with the use of palm sugar was preferably for organoleptic of color, flavor, and aroma, with 31,18% water content, 50.19% sugar content, 68,82% dissolved solids, 0.63% ash content, 8.48% fat content, microbe contamination of total plate count < 10 col/g, coliform bacteria < 3 MPN /g, mold yeast < 10 col/g, and meet the Indonesian National Standard for fruit jam, SNI 3746:2008.ABSTRAKBuah alpukat merupakan buah yang sangat digemari karena banyak mengandung vitamin dan mineral. Selama ini buah alpukat lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar atau jus dan jarang diolah menjadi produk olahan. Buah alpukat mudah sekali mengalami kerusakan dalam penyimpanannya sehingga perlu dilakukan pengolahan agar ketersediaanya tetap terjaga, misalnya dengan mengolah menjadi selai. Pembuatan selai umumnya menggunakan gula pasir, namun dapat juga mengunakan gula aren. Gula aren memiliki rasa aroma yang khas sehingga dapat mengurangi rasa pahit dari alpukat. Penelitian dilakukan dengan variasi perlakuan pemakaian jenis buah alpukat yaitu alpukat hijau bulat (Porsea americana Mill) dan alpukat hijau panjang (Porsea gratissima Gaertn) dengan jenis gula, yaitu gula pasir dan gula aren. Selai yang didapatkan selanjutnya diuji kadar air, kadar gula, padatan terlarut, kadar abu, kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan uji mikrobiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk selai dengan jenis alpukat hijau bulat (Porsea americana Mill) dan pemakaian gula aren disukai dari organoleptik warna, rasa, dan aroma,  dengan kadar air 31,18%, kadar gula 50,19%, padatan terlarut 68,82%, kadar abu 0,63%, kadar lemak 8,48%, cemaran mikoba ALT < 10 kol/g, bakteri coliform < 3 APM/g, kapang khamir < 10 kol/g, dan memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk selai buah, SNI 3746:2008

    Pengaruh penambahan tepung agar terhadap komposisi kimia serbuk agar dari kolang-kaling

    Get PDF
    Pemanfaatan kolang-kaling sebagai produk pangan dalam bentuk serbuk memberikan nilai tambah bagi buah tersebut. Buah ini memiliki kandungan mineral yang cukup banyak, seperti: potassium, besi dan kalsium yang bermanfaat dan dapat memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari penambahan konsentrasi tepung agar pada pembuatan serbuk agar dari kolang-kaling. Penelitian dilakukan dengan penambahan tepung agar 1%, 2%, 3% dan 4%  pada bubur kolang kaling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung agar secara statistik tidak berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar karbohidrat dan jenis ikatan rangkap (uji FTIR), tetapi berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% pada kadar beberapa mineral alami yaitu fosfor, kalsium dan besi. Perlakuan optimal didapatkan pada perlakuan penambahan tepung agar 2% dengan nilai kadar air 4,98%, kadar abu 0,49%, kadar serat 5,19%, kadar karbohidrat 64,29% dan mineral fosfor 400 ppm, kalsium 292,8 ppm dan besi 44,8 ppm, serta absorpsi air 10 kali. Produk  memenuhi SNI 01-2802-1995 tepung agar-agar untuk kadar air, abu dan absorpsi air.ABSTRACTThe utilization of kolang-kaling fruit as a food product in powder form can add the value of the fruit. The fruit has a lot of mineral content, such as: potassium, iron, and calcium which are useful and can facilitate the body metabolic processes. The research  purpose was to  find  the addition effect of the concentration of agar flour in the making of kolang-kaling agar powder. The research was done with the addition of agar flour 1%, 2%, 3% and 4%  into kolang-kaling puree. The results showed that the addition of agar flour statistically had no significant different to the water content, ash content, crude fiber content, carbohydrate content and type of double bond (FTIR test), but significantly different at 95% confidence on some natural minerals namely phosphorus, calcium and iron. The optimal treatment was obtained in the addition of 2% agar flour with a moisture content 4.98%, ash content 0.49%, fiber content  5.19%, carbohydrate content  64.29% and minerals phosphorus 400 ppm, calcium 292.8 ppm and iron 44.8 ppm with 10 times water absorption. Products meet the SNI 01-2802-1995 agar-agar powder for moisture content, ash content, and water absorption

    Pengaruh Penambahan Gula dan Karagenan Terhadap Mutu Jelly Mentimun

    Get PDF
    Jelly is a semi-solid form of snacks made from fruit juice which is cooked with sugar. Vegetables and fruits Jelly are a drink that is made from natural ingredients such as cucumber jelly maker given additional flour as a thickener, cane sugar as a sweetener, salt and citric acid. Cucumber jelly contains elements of nutritional and functional, efficacious for preventing high blood pressure, digestive cleanse, rejuvenate the skin and others. The purpose of this study to provide an alternative of cucumber processing became cucumber jelly and to increase the added value and shelf life of cucumbers processed products. Research design used a completely randomized design (CRD) in factorial used to see the effect of adding sugar 40%, and 30% as well as the addition of carrageenan treatment variations 1% and 0.75%. The results showed that the addition of sugar 30% and 1% carrageenan gave jelly yield of cucumber preferred organoleptic taste, aroma, color and texture was favored on the organoleptic, whereas treatment of sugar concentration 40% and 1% carrageenan gave the highest results for sugar 22.99%, 44.99% moisture content, ash content 0.99%. All treatments showed no contamination of Cu, Sn, As and Pb, for microbial contamination such as Fungus / Yeast and Total Plate Count undetectable (<10 colonies / g) as well as Coliform bacteria <2 APM / g as well as shelflife for 3 months at storage temperature conditions 5 - 10 degC.ABSTRAKJelly adalah sejenis makanan ringan berbentuk semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan yang dimasak dengan gula. Jelly sayuran adalah minuman  yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti mentimun yang diberi tambahan tepung pembuat jelly sebagai pengental, gula tebu  sebagai pemanis, garam dan asam sitrat. Jelly mentimun mengandung unsur nutrisi dan bersifat fungsional, berkhasiat untuk mencegah darah tinggi, membersihkan pencernaan, meremajakan kulit dan lain-lain. Penelitiani ini bertujuan untuk memberikan alternatif pengolahan mentimun menjadi jelly mentimun dan dapat meningkatkan nilai tambah serta  daya simpan dari produk olahan mentimun Rancangan penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL)  secara faktorial digunakan untuk melihat pengaruh penambahan gula 40%, dan 30% serta variasi perlakuan penambahan karagenan 1% dan 0,75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan gula 30% dan karagenan 1% memberikan hasil jelly mentimun yang lebih disukai dari uji organoleptik rasa, aroma, warna dan cukup disukai dari organoleptik tekstur, sedangkan perlakuan kosentrasi gula 40% dan karagenan 1% memberikan hasil yang tertinggi untuk kadar gula 22,99%, kadar air 44,99%, kadar abu 0,99%. Semua perlakuan menunjukkan tidak adanya cemaran logam Cu, Sn, As dan Pb, untuk cemaran mikroba seperti Kapang/Khamir dan Angka Lempeng Total tidak terdeteksi (<10 koloni/g) serta bakteri Koliform <2 APM/g serta memiliki ketahanan simpan selama 3 bulan penyimpanan pada kondisi suhu 5 - 100C

    Efek Perbedaan Jenis Alpukat dan Gula Terhadap Mutu Selai Buah

    Get PDF
    Avocado is a very popular fruit because it contains a lot of vitamins and minerals. It is more consumed in the form of fresh or juice at this time and is rarely treated into processed products. Avocado is easily decay in storage so that is necessary to be processed in order to keep the availability, for example by processing into jam. The making of jam generally use granulated sugar, however it can also use palm sugar. Palm sugar has a specific taste and flavor that can reduce the bitter taste of avocado. The study was conducted with a variety of treatments that used round green avocado (Porsea americana Mill) and long green avocado (Porsea gratissima Gaertn) with type of sugar, the granulated sugar and brown palm sugar. The resulted of jam then analyzed the moisture content, sugar content, soluble solids, ash content, fat content and level of panelists preference for color, aroma, flavor and microbiological testing. The results showed that the jam products that was made of round green avocado (Porsea americana Mill) with the use of palm sugar was preferably for organoleptic of color, flavor, and aroma, with 31,18% water content, 50.19% sugar content, 68,82% dissolved solids, 0.63% ash content, 8.48% fat content, microbe contamination of total plate count &lt; 10 col/g, coliform bacteria &lt; 3 MPN /g, mold yeast &lt; 10 col/g, and meet the Indonesian National Standard for fruit jam, SNI 3746:2008.ABSTRAKBuah alpukat merupakan buah yang sangat digemari karena banyak mengandung vitamin dan mineral. Selama ini buah alpukat lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar atau jus dan jarang diolah menjadi produk olahan. Buah alpukat mudah sekali mengalami kerusakan dalam penyimpanannya sehingga perlu dilakukan pengolahan agar ketersediaanya tetap terjaga, misalnya dengan mengolah menjadi selai. Pembuatan selai umumnya menggunakan gula pasir, namun dapat juga mengunakan gula aren. Gula aren memiliki rasa aroma yang khas sehingga dapat mengurangi rasa pahit dari alpukat. Penelitian dilakukan dengan variasi perlakuan pemakaian jenis buah alpukat yaitu alpukat hijau bulat (Porsea americana Mill) dan alpukat hijau panjang (Porsea gratissima Gaertn) dengan jenis gula, yaitu gula pasir dan gula aren. Selai yang didapatkan selanjutnya diuji kadar air, kadar gula, padatan terlarut, kadar abu, kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan uji mikrobiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk selai dengan jenis alpukat hijau bulat (Porsea americana Mill) dan pemakaian gula aren disukai dari organoleptik warna, rasa, dan aroma,  dengan kadar air 31,18%, kadar gula 50,19%, padatan terlarut 68,82%, kadar abu 0,63%, kadar lemak 8,48%, cemaran mikoba ALT &lt; 10 kol/g, bakteri coliform &lt; 3 APM/g, kapang khamir &lt; 10 kol/g, dan memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk selai buah, SNI 3746:2008.</p

    Pemanfaatan Daun Ubi Kayu Menjadi Dendeng Sebagai Makanan Alternatif Vegetarian Pengganti Protein

    Get PDF
    The research on utilization of cassava leaves in making of jerky as a protein source  was aimed to optimize the utilization of cassava leaves became products which were delicious, preferably and as a source of protein for vegetarians. Processing of cassava leaves became jerky was made by several stages of the process and addition of fillers, flour, and other seasoning condiment to produce a soft jerky with preferred taste. The first  stage was done to get  the right process and variation of flour addition, control (0%) craftsmen version, the addition of tapioca flour 25%, 50% and 75%. The results showed that the addition of flour ratio affected the levels of protein, carbohydrate and organoleptic of cassava leaves jerky. The making of cassava leaves jerky by treatment tapioca flour addition of 50% indicated optimal results with water content  2.91%, ash content  4.47%, protein 14.01%, fat content 20.15%, and crude fiber 11.10 %, and organoleptic testing for taste, color, aroma and texture were preferred. Observations storability of cassava leaves jerky with plastic packaging at room temperature was still in good condition visually for three months of storage.ABSTRAK Penelitian pemanfaatan daun ubi kayu dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun ubi kayu menjadi produk olahan yang enak, disukai dan sebagai sumber protein bagi vegetarian. Pengolahan daun ubi kayu menjadi dendeng dilakukan dengan beberapa tahapan proses dan penambahan bahan pengisi, tepung, dan bumbu-bumbu yang lain sehingga dihasilkan dendeng yang empuk dengan rasa yang disukai. Tahap awal dilakukan untuk mendapatkan proses yang tepat dan variasi penambahan tepung yaitu kontrol (0%) versi pengrajin, penambahan tepung tapioka 25, 50, dan 75%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penambahan tepung berpengaruh terhadap kadar protein,  karbohidrat, dan organoleptik dendeng daun ubi kayu.  Pembuatan  dendeng daun ubi kayu dengan perlakuan penambahan tepung tapioka 50% menunjukkan  hasil yang optimal dengan  kadar air 2,91%, kadar abu 4,47 %, protein 14,01%,  lemak 20,15%, dan serat kasar 11,10%, dan uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur disukai.  Dendeng daun ubi kayu dengan kemasan plastik pada suhu ruang masih dalam kondisi baik secara visual selama tiga bulan  penyimpanan

    Pemanfaatan Gambir sebagai Bahan Dasar Pembuat Tinta Spidol Ramah Lingkungan

    Get PDF
    Gambier can be used as a raw material for the manufacture of eco-friendly ink. This study was aimed to produce an alternative marker ink which is safer for the environment and human health. The current ink products generally contain volatile organic compound the chemical that can damage health. The study was done in several stages, raw material preparation, gambier extraction, color pigment making, ink formulation, and continued with stirring by used a high-speed homogenizer for the best formula. Variations of stirring speed were 1000, 1500, 2000 rpm and stirring time 10, 20, 30 minutes. The results showed that the best ink was obtained from the homogenization process with stirring time 30 minutes and speed 1000 rpm. The composition of gambier pigment 85%, glycerol 3%, polyethylene glycol 2%, propylene glycol 5%, and the addition of preservatives crystal violet 1%. The characteristics of markers ink were size particles 15.44 d.nm with a poly diversity index 0.186 and specific gravity 1.0254, black color ink, homogeneous, writings were not disjointed, and 6 minutes dry time.ABSTRAK Gambir dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tinta spidol  yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan tinta spidol alternatif yang lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Tinta yang diproduksi saat ini pada umumnya masih mengandung volatile organic compound yang merupakan bahan kimia yang dapat merusak kesehatan. Pembuatan tinta dilakukan dalam beberapa tahap yaitu persiapan bahan baku gambir, pengekstrakan gambir, pembuatan pigmen warna, pembuatan formula tinta, dan dilanjutkan dengan pengadukan menggunakan alat high speed homogenizer untuk formula terbaik. Variasi kecepatan pengadukan adalah 1000, 1500, 2000 rpm dan lama pengadukan 10, 20, 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinta spidol yang terbaik diperoleh dari proses homogenisasi dengan waktu pengadukan 30 menit pada kecepatan 1000 rpm. Komposisi pigmen gambir 85%, gliserin 3%, polietylen glikol 2%, dan propilen glikol 5% serta penambahan pengawet kristal violet 1%. Karakteristik tinta spidol berupa partikel dengan ukuran 15,44 d.nm dengan indek polidiversitas 0,186 dan berat jenis 1,0254, tinta berwarna  hitam, homogen, tulisan tidak terputus-putus dan waktu kering 6 menit

    Pemanfaatan Daun Ubi Kayu Menjadi Dendeng Sebagai Makanan Alternatif Vegetarian Pengganti Protein

    Get PDF
    The research on utilization of cassava leaves in making of jerky as a protein source  was aimed to optimize the utilization of cassava leaves became products which were delicious, preferably and as a source of protein for vegetarians. Processing of cassava leaves became jerky was made by several stages of the process and addition of fillers, flour, and other seasoning condiment to produce a soft jerky with preferred taste. The first  stage was done to get  the right process and variation of flour addition, control (0%) craftsmen version, the addition of tapioca flour 25%, 50% and 75%. The results showed that the addition of flour ratio affected the levels of protein, carbohydrate and organoleptic of cassava leaves jerky. The making of cassava leaves jerky by treatment tapioca flour addition of 50% indicated optimal results with water content  2.91%, ash content  4.47%, protein 14.01%, fat content 20.15%, and crude fiber 11.10 %, and organoleptic testing for taste, color, aroma and texture were preferred. Observations storability of cassava leaves jerky with plastic packaging at room temperature was still in good condition visually for three months of storage.ABSTRAK Penelitian pemanfaatan daun ubi kayu dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun ubi kayu menjadi produk olahan yang enak, disukai dan sebagai sumber protein bagi vegetarian. Pengolahan daun ubi kayu menjadi dendeng dilakukan dengan beberapa tahapan proses dan penambahan bahan pengisi, tepung, dan bumbu-bumbu yang lain sehingga dihasilkan dendeng yang empuk dengan rasa yang disukai. Tahap awal dilakukan untuk mendapatkan proses yang tepat dan variasi penambahan tepung yaitu kontrol (0%) versi pengrajin, penambahan tepung tapioka 25, 50, dan 75%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penambahan tepung berpengaruh terhadap kadar protein,  karbohidrat, dan organoleptik dendeng daun ubi kayu.  Pembuatan  dendeng daun ubi kayu dengan perlakuan penambahan tepung tapioka 50% menunjukkan  hasil yang optimal dengan  kadar air 2,91%, kadar abu 4,47 %, protein 14,01%,  lemak 20,15%, dan serat kasar 11,10%, dan uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur disukai.  Dendeng daun ubi kayu dengan kemasan plastik pada suhu ruang masih dalam kondisi baik secara visual selama tiga bulan  penyimpanan.</p
    corecore