8 research outputs found

    Efektivitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus Lanceolatus, Bloch 1790) Melalui Perendaman Dan Oral Terhadap Pertumbuhan Elver Ikan Sidat (Anguilla Bicolor Bicolor) [Effectiveness of Recombinant Giant Grouper (Ephinephelus Lanceolatus) Growth Hormone Through Immersion and Oral Delivery on Growth of Eel (Anguilla Bicolor Bicolor) Elver]

    Full text link
    Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) telah dibudidayakan secara intensif di Indonesia. Pertumbuhan ikan sidat relatif lambat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan metode pemberian hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) (rElGH) untuk memacu pertumbuhan, dan mengevaluasi performa budi daya dan pemanfaatan pakan pada elver ikan sidat. Tiga metode pemberian rElGH diuji, yakni perendaman, oral, dan kombinasi perendaman dan oral. Dosis rElGH yang digunakan merupakan hasil penelitian sebelumnya, yakni 12 mg L-1 untuk me-tode perendaman dan 30 mg kg-1 pakan untuk metode oral. Ikan dipelihara dalam akuarium volume 23 L selama 120 hari, dengan padat tebar 45 ekor per akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa tertinggi (p<0,05) diper-oleh pada perlakuan kombinasi perendaman dan oral (73,68±2,07 g), sekitar 102,9% lebih tinggi daripada kontrol tanpa pemberian rElGH (36,32±0,97 g). Perlakuan rElGH juga meningkatkan retensi protein dan lemak, masing-masing 142,5% dan 720,0% lebih tinggi daripada kontrol (p<0,05). Selanjutnya, perlakuan rElGH meningkatkan nafsu makan, dan konversi pakan (4,75) sekitar 55,2% lebih rendah (p<0,05) daripada kontrol (7,37). Perlakuan kombinasi perendaman dan oral juga meningkatkan indeks hepatosomatik, dan ekspresi gen insuline-like growth factor I. Sebagai kesimpul-an, pemberian rElGH melalui kombinasi perendaman dan oral merupakan metode terbaik dalam memacu pertumbuhan elver ikan sidat, dan penerapan rElGH dapat digunakan untuk meningkatan produksi budi daya

    Morfologi, Fisiologi, Preservasi Sel Sperma Ikan Betok, Anabas Testudineus Bloch 1792 Dan Ketahanannya Terhadap Kejut Listrik [Morphology, Physiology, Preservation of Climbing Perch Anabas Testudineus Bloch 1792 Sperm and the Endurance to Electric Shock]

    Full text link
    Kualitas sperma yang baik dan dalam keadaan tak aktif selama proses elektroporasi sangat menentukan keberhasilan transgenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakter morfologis dan fisiologis sel sperma, serta menge-valuasi efek voltase dan jumlah kejut listrik berbeda terhadap motilitas dan viabilitas sperma ikan betok. Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada mikroskop dengan pembesaran 400x, karakter fisiologi dengan berbagai parameter yakni tingkat osmolaritas, volume, pH, kepadatan dan total sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sperma ikan betok terdiri atas tiga bagian, yakni kepala yang berbentuk oval, bagian tengah, dan ekor sperma. Viabilitas sperma ikan betok dalam air adalah selama 116±34 detik. Induksi ovaprim dapat meningkatkan volume sperma, pH, kepadatan dan total sperma (p<0,05). Tingkat osmolaritas tubuh dan testis ikan betok (390-405 mOsmol kg-1). Penyimpanan sperma yang diencerkan dengan larutan NaCl 1,3% hanya dapat bertahan maksimum selama 60 menit pada suhu ruang (26°C) dan suhu dingin (4°C), sedangkan tanpa pengenceran dapat bertahan selama 360 menit. Derajat pembuahan dan kelangsungan hidup larva hingga 10 hari pascatetas menggunakan sperma dari testes cacah sama dengan pemijahan semi alami. Elektroporasi sperma ikan betok dengan pengencer larutan NaCl 1,3% berhasil dilakukan menggunakan lama kejut 0,5 milidetik, dan jeda antar kejut 0,1 detik. Peningkatan voltase dan jumlah kejut yang diberikan saling berinter-aksi menurunkan motilitas dan viabilitas sperma (p<0,05). Metode kejut listrik tersebut berpotensi digunakan untuk menghasilkan ikan betok transgenik dengan metode elektroporasi

    Kloning Promoter P-actin Ikan Mas, Cyprinus Carpio Lin. 1758 Dan Analisis Fungsionalnya Menggunakan Gen Target Protein Pendaran Hijau (GFP) [P-actin Promoter Cloning of Common Carp, Cyprinus Carpio Lin. 1758 and Its Functional Analysis Using Targeted Green Fluorescent Protein (GFP) Gene]

    Full text link
    Promoter dalam vektor ekspresi berperan penting dalam mengatur ekspresi gen pada ikan transgenik. Dalam transgenesis ikan, peneliti yakin bahwa penggunaan vektor ekspresi semua ikan aman dan prospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi promoter P-aktin, promoter yang memiliki karakteristik ubiquitous, constitutive, house keeping, dari ikan mas sebagai langkah awal untuk mengkonstruksi vektor ekspresi semua ikan mas. Promoter P-aktin ikan mas (ccBA) diisolasi menggunakan metode PCR dengan primer FBP1, RBP1, dan RBP2. Sequensing dilakukan dengan menggunakan mesin ABI PRISM 3100, dan analisis sekuen dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GENE-TYX versi 7. Hasil analisis sekuen menunjukkan bahwa panjang fragmen DNA yang diperoleh adalah sekitar 1,5 kb. Hasil homologi dengan sekuen promoter P-aktin dari pangkalan data bank gen (No. Aksesi: M24113) adalah sebesar 97,5%. Faktor transkripsi yang tetap secara evolusioner untuk promoter P-aktin promoter termasuk CCAT, CArG, dan boks TATA ditemukan dalam sekuen. Ubiquitous dan ekspresi tertinggi protein pendaran hijau (GFP) dikendalikan oleh promoter ccBA dalam otot larva ikan mas yang dideteksi. Dengan demikian, kemungkinan besar bahwa sekuen yang terisolasi adalah promoter P-aktin ikan mas

    Peningkatan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Gurame (Osphronemus Goramy Lac.) yang Direndam dalam Air yang Mengandung Hormon Pertumbuhan Ikan Mas [Growth Enhancement Of Osphronemus Goramy Lac.juvenile Immersed In Water Containing Recombinant Cyprinus Carpio Growth Hormone]

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan benih ikan gurame melalui perendaman dengan hormon pertumbuhan rekombinan ikan mas (rCcGH). Hormon pertumbuhan rekombinan diekspresikan oleh plasmid pCold-I/CcGH di dalam Escherichia coli BL21(DE3). Badan inklusi diisolasi dari E. coli menggunakan lisozim dan metode sentrifugasi. Perendaman dilakukan selama 1 jam di dalam air yang mengandung 0,9% NaCl, 0,01% albumin serum sapi (BSA), dan badan inklusi rCcGH pada dosis5 mg L-1 (C1),15 mg L-1 (C3), dan 30mg L-1 (C6),sekali seminggu pada 4 minggu pertama. Ikan diberi kejutan salinitas 30 ppt NaCl selama dua menit sebelum ikan dipindahkan ke dalam air yang mengandung rCcGH.Sebagai kontrol ialah: benih ikan gurame tanpa perendaman (kontrol), benih ikan gurame yang diberi kejutan salinitas (SS), benih ikan gurame yang direndam di dalam air media yang mengandung BSA (BSA), dan benih ikan gurame yang direndam di dalam air yang mengandung BSA dan protein pCold-I tanpa rCcGH (pCold). Setelah tujuh minggu pemeliharaan, kelompok ikan yang direndam dalam air yang mengandung 30 mg L"1 rCcGH,72,90% bobot lebih berat dan 21,04% badan lebih panjang di-bandingkan dengan kontrol serta 43,07% bobot lebih berat dan 14,64% badan lebih panjang dibandingkan dengan pCold (p>0,05). Kelangsungan hidup antar perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata. Biomassa kelompok ikan yang direndam dengan 30 mg L-1 adalah yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. GH rekombinan ikan mas meningkatkan sintesis protein terlarut dan pemanfaatan lipid sebagai sumber energi sehingga mengoptimalkan pemanfaatan protein untuk pertumbuhan (protein sparing effect). Dengan demikian, perendaman dengan rCcGH dapat diaplikasikan untuk memacu pertumbuhan benih ikan gurame

    Nisbah Panjang Usus Terhadap Bobot Tubuh Ikan Gurami, Osphronemus Goramy Lac. 1801, Yang Diberi Pakan Berkadar Protein Berbeda Dengan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan (RGH) [Ratio of Intestine Length to Body Weight of Giant Gourami, Osphronemus Goramy Lac. Feed with Different Protein Levels of the Diets Supplemented with Recombinant Growth Hormone (RGH)]

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya dengan rGH pada nisbah panjang usus dan bobot tubuh ikan gurami. Pakan dengan kadar protein berbeda (21%, 28%, 34%;isoenergi) dibalut kuning telur yang mengandung rGH. Masing-masing perlakuan memiliki kontrol tanpa penam-bahan rGH. Yuwana ikan gurami (bobot tubuh15,83±0,13 g) diberi pakan mengandung rGH dua kali seminggu. Yuwa-na ikan dipelihara dalam akuarium volume100 L dengan padat tebar 10 ekor per akuarium selama 42 hari. Pada akhir perlakuan dilakukan pengukuran bobot tubuh dan panjang usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-ma-sing taraf perlakuan kadar protein pakan, pemberian rGH berpengaruh nyata (p0,05)

    Ekspresi Gen Aromatase pada Pengarahan Diferensiasi Kelamin Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linnaeus 1758) Menggunakan Madu [Aromatase Gene Expression Of Sex Reversal Nile Tilapia (Oreochromis Niloticus Linnaeus 1758) Using Honey]

    Full text link
    Budi daya ikan nila dengan populasi jantan semua (monoseks) lebih memberikan keuntungan karena laju pertumbuhan-nya lebih cepat dan dapat mencegah pemijahan liar.Teknik pengarahan diferensiasi kelamin(sex reversal) digunakan untuk mengarahkan pembentukan jenis kelamin pada budi daya ikan.Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pe-ngaruh perendaman larva ikan nila menggunakan tiga sumber madu berbeda terhadap persentase ikan jantan dan ekspresi gen aromatase. Pada percobaan satu, 30 larva ikan nila berumur 12 hari setelah menetas direndam menggunakan madu hutan, madu ternak dan madu bakau, dengan dosis 10 ml L-1 air selama 10 jam. Ikan dipelihara dalam kondisi yang sama selama dua bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ikan jantan tidak berbeda nyata antar perlakuan madu (p>0,05), tetapi semuanya berbeda nyata dengan kontrol (p<0,05). Pada percobaan kedua, larva ikan nila direndam dalam air mengandung dua bahan bioaktif madu, yakni chrysin dan kalium dengan dosis masing-masing 20 mg L-1 dan 0,026 g L-1. Ekspresi gen aromatase tipe gonad (aroma-g) dan tipe otak (aroma-o) dianalisis menggunakan metode RT-PCR. Sampel jaringan diambil pada waktu 1, 6, 12, 24, dan 48 jam pascaperlakuan madu, chrysin, dan kalium, serta setelah ikan berumur dua bulan.Ukuran fragmen DNA aromatase pada gonad betina sekitar 200 bp. Perendaman chrysin dan kalium meningkatkan persentase ikan jantan (p<0,1). Analisis RT-PCR menunjukkan bahwa madu, chrysin, dan kalium dapat menekan ekspresi gen aroma-g pada jam ke-12 pascaperendaman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa madu, chrysin dan kalium dapat digunakan untuk pengarahan diferensiasi ikan nila, dan mekanis-menya seperti penghambat aromatase

    Insersi Gen Lisozim pada Ikan Patin Siam Pangasianodon Hypophthalmus (Sauvage, 1878) untuk Membentuk Galur Tahan Penyakit [Lysozyme Gene Insertion In Striped Catfish Pangasianodon Hypophthalmus (Sauvage, 1878) To Generate Desease Resistence Breeds Line]

    Full text link
    Serangan penyakit bakterial pada ikan patin telah banyak merugikan para pembudi daya ikan patin terutama pada seg-men perbenihan hingga ukuran siap tebar. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu menghasilkan ikan patin yang tahan penyakit. Berkaitan dengan hal itu, salah satu enzim antimikroba yaitu lisozim yang memainkan peranan penting dalam imunitas bawaan dapat diintroduksikan ke dalam genom ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalu-asi keberhasilan insersi gen lisozim ke dalam genom ikan patin siam sebagai galur ikan patin tahan penyakit. Transfer gen dilakukan dengan menggunakan teknik elektroporasi pada spermatozoa ikan patin siam. Elektroporasi dilakukan dengan konstruksi gen lisozim berupa plasmid DNA dosis 100 ^g.ml-1 dengan voltase 125 V. cm-1, panjang kejutan 30 milidetik dengan interval kejutan 0.1 milidetik dan jumlah kejutan lima kali. Spermatozoa hasil elektroporasi digunakan untuk membuahi telur. Pengujian keberhasilan insersi gen lisozim dilakukan pada tahap embrio larva, dan pada benih. Hasil pengujian, baik pada tingkat DNA maupun pada tingkat RNA dari sampel spermatozoa dan larva (whole cell), memperlihatkan hasil yang positif. Individu ikan patin yang membawa gen lisozim dan telah terintegrasi ke dalam ge-nomnya akan digunakan sebagai kandidat dalam pembentukan galur ikan patin tahan penyakit

    Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan Secara “Putus Dan Sambung” Pada Tiga Kelompok Ukuran Benih Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes Altivelis (Valenciennes 1828) [“Stop and Go” Treatment of Recombinant Growth Hormone to Different Sizes of Humpback Grouper Juveniles, Cromileptes Altivelis (Valenciennes 1828)]

    Full text link
    Penelitian bertujuan membandingkan respons pertumbuhan tiga kelompok ukuran benih ikan kerapu bebek dari kelompok induk dan periode pemijahan yang sama terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang Epine-phelus lanceolatus (rElGH); melalui eksperimen “putus dan sambung” yaitu dengan, tanpa, dan perlakuan kembali rElGH masing-masing selama 42 hari. Setiap kelompok ukuran dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, kelompok pertama diberi perlakuan rElGH dengan dosis 50 mg rElGH-HP55 kg-1 pakan (pC) sedangkan kelompok kedua sebagai kontrol. Pertambahan bobot badan kelompok pC dibandingkan dengan kontrol pada benih berukuran kecil, sedang dan besar berturut-turut pada eksperimen tahap pertama 85,89%, 39,66% dan 16,34%; tahap kedua -34,57%, -14,76%, dan -5,27%, dan tahap ketiga 56,16%, 50,24% dan 59,14%. Perbedaan laju pertumbuhan spesifik benih berukuran kecil, se-dang dan besar perlakuan pC terhadap kontrol pada eksperimen tahap pertama 41,6%, 19,06% dan 7,52%; tahap kedua -44,81%, -27,23% dan -14,66%; dan tahap ketiga 55,9%, 40,62% dan 48,42%. Faktor kondisi pC dan kontrol pada se-mua kelompok ukuran tidak berbeda nyata. Kandungan dan retensi protein, dan kandungan glikogen hati gabungan sampel dari semua kelompok ukuran ikan perlakuan pC pada eksperimen tahap kedua menurun dibandingkan eksperi-men tahap pertama, masing-masing sebesar 11,49%, 35,14% dan 84,73%. Dapat disimpulkan pemberian rElGH mema-cu pertumbuhan semua kelompok ukuran benih ikan, namun benih berukuran kecil mempunyai respons pertumbuhan lebih tinggi daripada kelompok benih berukuran sedang dan besar. Penghentian pemberian rElGH menyebabkan ber-hentinya faktor pemacu pertumbuhan, sehingga performa pertumbuhan, kandungan dan retensi protein, dan kandungan glikogen hati menurun
    corecore