4 research outputs found
Subsistence Strategy of Here Sorot Entapa Cave in Kisar Island, Maluku: Dwelling Site in Island with Limited Terrestrial Resources
Penelitian di wilayah Wallacea selalu menghasilkan informasi yang menarik, salah satunya adalah mengenai peran pulau-pulau yang berada di wilayah ini dalam jalur migrasi manusia. Beberapa pulau kecil yang ada di wilayah ini merupakan pulau dengan sumber daya alam yang terbatas. Gua Here Sorot Entapa merupakan salah satu situs yang terletak di Kawasan Wallacea bagian Tenggara, yaitu di Pulau Kisar. Hasil ekskavasi yang dilakukan telah menemukan akumulasi artefak, ekofak dan fitur. Lalu bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh manusia pada masa itu terhadap lingkungan dengan sumberdaya alam yang terbatas, merupakan hal yang akan dibahas dalam tulisan ini. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis hasil ekskavasi yang dilakukan oleh Tim Penelitian gabungan UGM dan ANU serta Balai Arkeologi Maluku. Untuk mengetahui perubahan lingkungan dan pemanfaatannya akan digunakan data botani yang diperoleh secara langsung maupun studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Gua Here Sorot Entapa dihuni sejak sekitar 16.000 BP. Pemanfaatan sumberdaya laut merupakan subsistensi utama di samping pemanfaatan beberapa jenis tumbuhan yang secara kuantitas berbanding lurus dengan pemanfaatan sumberdaya laut.
Research in the Wallacea area always produces exciting information, including the role of the islands in this region in human migration routes. Several small islands in this region are islands with limited terrestrial resources. Here Sorot Entapa cave is one of the sites located on Kisar Island, Southeast Wallacea region. The occupation of small islands presents particular challenges for human communities related to limited terrestrial resources and susceptibility to natural disasters. Then how the adaptation made by humans at that time in an environment with limited terrestrial resources is discussed in this study. This study used excavation methods to obtain data accumulation of artifacts, ecofacts, and features. Literature study and botanical data analysis were used to determine environmental changes and resource utilization. The results of this study indicate that the Here Sorot Entapa Cave has been occupied since around 16,000 BP. Marine resources were the primary subsistence along with several types of plants food in the same quantity. The function of the Here Sorot Entapa Cave may also be related to the existence of rock art that spread on Kisar Island. Eventually, Kisar Island was the main purpose of a prehistoric human in carrying out religious and artistic activities, and the Here Sorot Entapa Cave served as a temporary shelter for these activities
TINJAUAN BUDAYA HUNIAN GUA PRASEJARAH DI ZONA REMBANG MADURA
The Rembang-Madura Karst Zone which extends eastward from Pati to Sakalan Island has several cave settlements sites. Based on previous research, this paper aims to provide an overview of their culture and location. This study uses a descriptive method of analysis to summarize and interpret data obtained from previous research. Through this review, it can be seen that based on the cultural character and location of its sites, the Rembang-Madura Karst Zone can be divided into four segments, namely the west, central, east, and archipelago. The technological trends of each of these segments show differences, but the causative factors cannot be known for sure. Environmental factors are likely to be one of the triggers for the occurrence of that discrepancy. Chronologically, the cave dwellings that developed in this zone were the oldest at 9,500 BP and the youngest at 900 BP.
Karst Zona Rembang-Madura yang membujur dari Kabupaten Pati memanjang ke timur hingga Pulau Sakalan memiliki beberapa situs hunian gua. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan tinjauan mengenai budaya dan lokasi hunian gua prasejarah yang berada di kawasan Zona Rembang-Madura. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analisis menggunakan data yang diperoleh dari referensi hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan ini. Melalui tinjauan ini dapat diketahui bahwa berdasarkan karakter budaya dan lokasi situs-situsnya, Zona Rembang-Madura dapat dibagi menjadi empat segmen, yaitu sisi barat, tengah, timur, dan kepulauan. Trend teknologi masing-masing segmen ini menunjukkan perbedaan, akan tetapi faktor penyebabnya belum dapat diketahui pasti. Faktor lingkungan kemungkinan adalah salah satu pemicu terjadinya perbedaan itu. Secara kronologis, hunian gua yang berkembang di zona ini paling tua terjadi pada kurun 9.500 BP dan paling muda pada 900 BP.The Rembang-Madura Karst Zone which extends eastward from Pati to Sakalan Island has several cave settlements sites. Based on previous research, this paper aims to provide an overview of their culture and location. This study uses a descriptive method of analysis to summarize and interpret data obtained from previous research. Through this review, it can be seen that based on the cultural character and location of its sites, the Rembang-Madura Karst Zone can be divided into four segments, namely the west, central, east, and archipelago. The technological trends of each of these segments show differences, but the causative factors cannot be known for sure. Environmental factors are likely to be one of the triggers for the occurrence of that discrepancy. Chronologically, the cave dwellings that developed in this zone were the oldest at 9,500 BP and the youngest at 900 BP.
Karst Zona Rembang-Madura yang membujur dari Kabupaten Pati memanjang ke timur hingga Pulau Sakalan memiliki beberapa situs hunian gua. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan tinjauan mengenai budaya dan lokasi hunian gua prasejarah yang berada di kawasan Zona Rembang-Madura. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analisis menggunakan data yang diperoleh dari referensi hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan ini. Melalui tinjauan ini dapat diketahui bahwa berdasarkan karakter budaya dan lokasi situs-situsnya, Zona Rembang-Madura dapat dibagi menjadi empat segmen, yaitu sisi barat, tengah, timur, dan kepulauan. Trend teknologi masing-masing segmen ini menunjukkan perbedaan, akan tetapi faktor penyebabnya belum dapat diketahui pasti. Faktor lingkungan kemungkinan adalah salah satu pemicu terjadinya perbedaan itu. Secara kronologis, hunian gua yang berkembang di zona ini paling tua terjadi pada kurun 9.500 BP dan paling muda pada 900 BP
AKTIVITAS PRODUKSI DAN DISTRIBUSI DI SITUS GUNUNG WINGKO: KAJIAN ARKEOLOGI EKONOMI
Mount Wingko Site is one of the sites which is rich in artifacts and ecofacts findings. This research aims to understand production and distribution activities occured in the community at Gunung Wingko Site. This research applies economic archaeology approach with tray pottery artifacts as primary data, supported by other findings. Based on the analysis, it is found that there are two activities at Mount Wingko Site, namely salt production and cattle raising. Formerly, distribution activity was done by exchange, then it was developed into trading. Situs Gunung Wingko merupakan salah satu situs yang kaya akan temuan artefak dan ekofak. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kegiatan produksi dan distribusi yang terjadi pada masyarakat di Situs Gunug Wingko. Pendekatan yang digunakan adalah arkeologi ekonomi dengan data utama yang dipakai adalah artefak gerabah tampah dan didukung oleh temuan lain. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa di Situs Gunung Wingko terdapat dua aktivitas produksi, yaitu pembuatan garam dan pemeliharaan binatang. Aktivitas distribusi pada awalnya dilakukan secara pertukaran, kemudian berkembang menjadi perdagangan
Pemanfaatan sumber daya alam masa prasejarah berdasarkan temuan arkeologis Gua Arca, Pulau Kangean, Jawa Timur
This paper discusses the exploration and utilization of natural resources by a cave-dwelling community. Data was obtained from the excavation at Gua Arca site in Kangean Island, Sumenep, East Java. The results from ecofact analysis and micro-botanical residue analysis on artifacts show the adaptation pattern of the inhabitants of this island by optimizing the exploration of terrestrial and marine resources. During the early occupancy period of c. 6000 BP, there was a fairly dominant use of terrestrial resources, indicated by open forest animal remains, such as Cervidae, Bovidae, Macaca sp., as well as small animals, such as Cercopithecidae, Rodentia, and Varanidae. In the later period of c. 900 BP, the exploitation of natural resources shifted to marine resources, which mainly from the mangrove forest and intertidal zones. Plant utilization was indicated by the presence of wild bananas, wild rice, coconuts, tubers, and the intensive use of Zingiberaceae plants.Tulisan ini membahas tentang eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam oleh penghuni gua. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah hasil ekskavasi situs Gua Arca di Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Metode yang digunakan deskriptif dengan analisis ekofak dan analisis residu mikrobotani pada artefak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola adaptasi dari penghuni pulau ini, dengan melakukan eksplorasi maksimal terhadap sumber daya alam di darat dan laut. Pada periode awal hunian sekitar 6000 BP, terjadi pemanfaatan sumber daya darat yang cukup dominan berupa binatang dengan habitat hutan terbuka, yaitu Cervidae, Bovidae, Macaca sp., dan binatang kecil seperti Cercopithecidae, Rodentia dan Varanidae. Pada periode setelahnya, sekitar 900 BP, terjadi perubahan pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya laut menjadi lebih dominan, yang sebagian besar diperoleh dari lingkungan perairan mangrove dan daerah pasang surut. Tumbuhan yang dimanfaatkan antara lain pisang liar, padi liar, kelapa, umbi, dan penggunaan intensif tanaman Zingiberacea