24 research outputs found
Evaluation of Larvae Production and Growth of Juvenile Red Tilapia NIFI F1 During the Nursery Phase
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas genetik yaitu melalui program pemuliaan. Per-baikan karakter reproduksi dan pertumbuhan dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi larva dan pertumbuhan benih ikan nila merah NIFI F1 dari induk seleksi dan kontrol. Kegiatan dilaksanakan selama empat bulan di Balai Riset Pemuliaan Ikan. Pemijahan dilakukan di kolam air tawar pada hapa 1 m x1 m. Perbandingan induk ikan nila jantan dan betina 1:1. Larva yang sudah dipanen dimasukkan pada hapa pendederan ukuran 2x2x1 m3 dengan padat tebar 125 ekor m-2 . Selama pendederan , larva diberi pakan (protein 38-42%) secara ad libitum tiga kali sehari pada bulan pertama dan selanjutnya diberi pakan dua kali sehari 15-20% dari biomassa. Pakan yang diberikan selama pendederan mempunyai protein berkisar 38-42%. Parameter yang diamati meliputi produksi larva, pertumbuhan, laju pertumbuhan spesifik, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan produksi larva ikan nila merah seleksi yaitu 540±114 ekor dan kontrol 508±142 ekor. Performa pertumbuhan benih ikan nila merah seleksi menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kontrol dengan nilai pertumbuhan panjang 6,33 ±0,43cm, pertumbuhan bobot 6,60±0,52 g, laju pertumbuhan spesifik 7,33±0% g hari-1 serta sintasan 81,50±4,46%, se-dangkan populasi kontrol masing-masing 5,76±0,52 cm; 4,90±0,58 g; 4,50±0,35% g hari-1; dan 74,85±3,26%. Nilai ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pertumbuhan sebesar 25,76% pada benih ikan nila merah NIFI F1
Evaluation of Growth Performance and Improving Genetic Gain of Blue Tilapia (<I>Oreochromis aureus</I>) Fourth-generation (F-4) at Brackish Water Pond
Highlight Reseacrh
• The study showed that the selected F-4 blue tilapia had a better growth pattern than the control (non-selection) F-4 blue tilapia
• The difference in performance between the two populations of blue tilapia is an illustration of the genetic improvement that is passed on from parents to offspring as a result of the selective breeding
• The realized heritability value of the weight character of F-4 blue tilapia in the high category
• There was an increase in growth in the F-4 blue tilapia population with a positive response to selection
Abstract
Breeding program in order to increase genetic improvement in blue tilapia have not been widely carried out at brackish water ponds. This study aimed to evaluate the increase in growth and genetic gain of F-4 blue tilapia from family selection in ponds with 25-30 gL-1 salinity. The parent used for the formation of F-4 is the selected parent F-3 and as a control using the non-selected parent F-3. Spawning was carried out in a full-sib mating design using the family selection method. The ratio of male and female broodstock is 1: 2. Spawning and nursery activities of F-4 blue tilapia are carried out in freshwater. The enlargement test was carried out in the net cage 5m x2.5m x1 m which was installed in the ponds with a salinity of 25-35 g l-1 for 120 days, at a stocking density of 10 fish m-2. At the end of maintenance, a selection process is carried out on the weight traits. Parameters observed included growth, survival, and genetic values. The results showed that the growth and survival in the F-4 blue tilapia population, male and female selected populations, had a higher value than in the non-selected population. The realized heritability value of the population growth character of the F-4 blue fish is in the high category. The difference in the average weight of the selected blue tilapia and the control was equivalent to an increase in genetic value added by 15.06% (male population) and 17.92% (female population)
Effect of Different Feed Restrictions on Growth, Biometric, and Hematological Response of Juvenile Red Tilapia (Oreochromis spp)
Highlight Research
• There has been a significant decrease in growth, condition factors, hepatosomatic index along viscerosomatic index with the length of time for feed restriction, although fasting for up to 28 days did not cause fish mortality
• Hematological parameters such as RBCs, WBCs, hematocrit, and hemoglobin decreased significantly, but after re-feeding increased significantly in consecutive times
• The blood glucose levels decreased during feed restriction and gradually increased after re-feeding
• Feed restriction ï¬sh gained weight continuously during re-feeding, but no displaying compensatory growth
• The decrease in hematological parameters did not indicate stress levels in fish, but reflected a lack of nutrition condition
Abstract
The management of red tilapia culture can be improved through restriction of feed. This study aimed to determine the impact of feed restriction time and re-feeding on the growth and hematological performance of juvenile red tilapia. This study used an experimental method with a completely randomized design consisting of five treatments with four replications, namely the fish were given food for 28 days (A), 7 days of feed restriction followed by 21 days of refeeding (B), 14 days of feed restriction followed by 14 days of refeeding (C), 21 days of feed restriction followed by 7 days of refeeding (D) and 28 days of feed restriction (E). The parameters observed were growth, biometry, and hematological values. The results showed that during the feed restriction period there was a significant decrease in growth, condition factors, hepatosomatic index along with viscerosomatic index with the length of time for feed restriction, although fasting for up to 28 days did not cause fish mortality. Hematological parameters such as RBCs, WBCs, hematocrit, and hemoglobin decreased significantly, but after re-feeding, they increased significantly in consecutive times. As for the blood glucose levels decreased during feed restriction and gradually increased after re-feeding. This study stated that feed restriction ï¬sh gained weight continuously during re-feeding, but no displaying compensatory growth. The results suggested that the decrease in hematological parameters did not indicate stress levels in fish, but reflected a lack of nutrition condition
PERBAIKAN PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI SALINITAS IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x O. niloticus) MELALUI HIBRIDISASI DAN BACK-CROSS DENGAN O. aureus F-1 DI KARAMBA JARING APUNG LAUT
Ikan nila Srikandi merupakan hasil persilangan antara ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) dan ikan nila biru (O. aureus) yang dapat tumbuh baik pada salinitas 10-30 g/L. Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan budidaya di tambak adalah mortalitas tinggi akibat tingginya fluktuasi salinitas air tambak. Perairan laut mempunyai fluktuasi salinitas yang rendah sehingga dapat dijadikan solusi. Namun demikian, salinitas di atas 30 g/L menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan sintasan ikan. Persilangan antara ikan nila biru F-1 (AuF1) hasil seleksi famili dengan ikan nila hitam Nirwana 2 (Nw2) atau nila Srikandi (Sr) diharapkan dapat meningkatkan toleransi salinitas dan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan toleransi salinitas ikan nila hibrida hasil persilangan dengan AuF1 di karamba jaring apung (KJA) laut di Kabupaten Brebes. Penelitian eksperimental dengan tiga ulangan dilakukan pada lima populasi hasil kombinasi perkawinan Nw2 x AuF1, Sr x AuF1, Nw x Au (Nirwana x Aureus atau Srikandi), Nw2 x Nw2 dan AuF1 x AuF1. Benih berukuran 3-5 cm diaklimatisasi hingga salinitas laut. Pemeliharaan dilakukan pada jaring 3 m x 5 m x 2 m dengan padat tebar 10 ekor/m3 selama tiga bulan. Pemberian pakan komersial berprotein 30% dilakukan dua kali sehari sebanyak 3%-5% biomassa. Hasil pengujian menunjukkan rerata bobot akhir pada seluruh populasi berkisar antara 126,9-182,7 g dengan rerata sintasan 14,67%-70,13%. Ikan nila biru F-1 dapat meningkatkan karakter sintasan 33,54% pada hasil hibridisasi Nw2xAuF1 dan 35,27% pada persilangan backcross (Sr x AuF1) dibandingkan dengan ikan nila Srikandi, sedangkan pada karakter bobot badan meningkat sebesar 4,34% pada populasi hibrida dan 11,68% pada populasi backcross. Populasi Nw2 x AuF1 dan Sr x AuF1 menghasilkan biomassa panen yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila Srikandi sehingga dapat dijadikan kandidat untuk budidaya ikan nila di KJA laut
PERBAIKAN PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI SALINITAS IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x O. niloticus) MELALUI HIBRIDISASI DAN BACK-CROSS DENGAN O. aureus F-1 DI KARAMBA JARING APUNG LAUT
Ikan nila Srikandi merupakan hasil persilangan antara ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) dan ikan nila biru (O. aureus) yang dapat tumbuh baik pada salinitas 10-30 g/L. Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan budidaya di tambak adalah mortalitas tinggi akibat tingginya fluktuasi salinitas air tambak. Perairan laut mempunyai fluktuasi salinitas yang rendah sehingga dapat dijadikan solusi. Namun demikian, salinitas di atas 30 g/L menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan sintasan ikan. Persilangan antara ikan nila biru F-1 (AuF1) hasil seleksi famili dengan ikan nila hitam Nirwana 2 (Nw2) atau nila Srikandi (Sr) diharapkan dapat meningkatkan toleransi salinitas dan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan toleransi salinitas ikan nila hibrida hasil persilangan dengan AuF1 di karamba jaring apung (KJA) laut di Kabupaten Brebes. Penelitian eksperimental dengan tiga ulangan dilakukan pada lima populasi hasil kombinasi perkawinan Nw2 x AuF1, Sr x AuF1, Nw x Au (Nirwana x Aureus atau Srikandi), Nw2 x Nw2 dan AuF1 x AuF1. Benih berukuran 3-5 cm diaklimatisasi hingga salinitas laut. Pemeliharaan dilakukan pada jaring 3 m x 5 m x 2 m dengan padat tebar 10 ekor/m3 selama tiga bulan. Pemberian pakan komersial berprotein 30% dilakukan dua kali sehari sebanyak 3%-5% biomassa. Hasil pengujian menunjukkan rerata bobot akhir pada seluruh populasi berkisar antara 126,9-182,7 g dengan rerata sintasan 14,67%-70,13%. Ikan nila biru F-1 dapat meningkatkan karakter sintasan 33,54% pada hasil hibridisasi Nw2xAuF1 dan 35,27% pada persilangan backcross (Sr x AuF1) dibandingkan dengan ikan nila Srikandi, sedangkan pada karakter bobot badan meningkat sebesar 4,34% pada populasi hibrida dan 11,68% pada populasi backcross. Populasi Nw2 x AuF1 dan Sr x AuF1 menghasilkan biomassa panen yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila Srikandi sehingga dapat dijadikan kandidat untuk budidaya ikan nila di KJA laut
PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS REPRODUKSI INDUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Penambahan vitamin E sintetis pada pakan induk sangat penting, karena vitamin E tidak dapat disintesis oleh ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan vitamin E dalam pakan terhadap kualitas reproduksi induk ikan nila. Penelitian dilakukan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi selama tiga bulan. Pakan uji adalah pakan formulasi berkadar protein kasar 35,83%-36,13%; lemak kasar 8,17%-9,79%; BETN 43,10%-45,72%; dan serat kasar 1,98%-2,58% dengan penambahan vitamin E berbeda, yaitu: A) 0 (kontrol), B) 150, C) 225, dan D) 300 mg/kg pakan. Ikan uji berumur 6,5 bulan sebanyak 80 ekor betina dan 40 ekor jantan, dan setiap induk ikan betina diberi tanda (tagging). Wadah ikan uji adalah jaring hapa berukuran 3 m x 2 m x 1,25 m sebanyak empat buah yang ditempatkan di kolam tanah seluas 6.000 m2 dengan ketinggian air ± 1 m. Setiap jaring diisi 20 ekor induk betina dan 10 ekor induk jantan. Parameter yang diamati adalah: gonad somatik indeks, frekuensi pemijahan, fekunditas, diameter telur, derajat tetas telur, produksi larva, abnormalitas larva, dan gonad pada akhir percobaan. Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali selama tiga bulan pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin E 225 mg/kg pakan memberikan hasil terbaik, dapat meningkatkan produksi larva sebesar 78,55% dibanding dengan tanpa penambahan vitamin E (kontrol). Jumlah induk memijah sebesar 85% dengan jumlah frekuensi pemijahan terbanyak yaitu 28 kali dan total produksi larva tertinggi yaitu 37.927 ekor (produktivitas induk 2.231 larva/ekor) dan rataan fekunditas individu sebesar 1.886 ± 513 butir.The addition of synthetic vitamin E in broodstock feed is a necessity due to fish inability to synthesized vitamin E. Currently, there is limited information on vitamin E requirement to boost the reproductive performance of tilapia. The purpose of this study was to determine the effects of vitamin E in feed on the reproductive performance of tilapia broodstock. The study was conducted for three months at the Sukamandi Fish Breeding Research Center. The test feeds were formulated feeds with crude protein content of 35.83%-36.13%, crude fat 8.17%-9.79%, NFE 43.10%-45.72%, and crude fiber of 1.98%-2.58% with the addition of different vitamin E, namely: A) 0 (control), B) 150, C) 225, and D) 300 mg/kg of feed. The test fish were aged 6.5 months consisted of 80 females and 40 males, where each female was given a unique tagging code. The fish were reared in four hapa nets sized 3 m x 2 m x 1.25 m which were constructed in a pond of 6,000 m2 with a water level of ± 1 m. Each hapa net contained 20 female and ten male broodstocks. The parameters observed were: gonadal somatic index, spawning frequency, fecundity, egg diameter, hatching rate, larval production, larval abnormalities, and gonadal development at the end of the experiment. Sampling was done once a week during the three months of the experiment. The results showed that the addition of vitamin E 225 mg/kg of feed gave the best results. Larval production increased by 78.55% compared to without the addition of vitamin E (control). The percentage of spawning broodstock was 85% with the highest number of spawning frequencies of 28 times, the highest total larvae production of 37,927 larvae (broodstock productivity 2,231 larvae/fish), and the average individual fecundity of 1,886 ± 513 eggs
NILAI HERITABILITAS DAN RESPONS SELEKSI POPULASI F-3 BENIH IKAN NILA BIRU (Oreochromis aureus) PADA FASE PENDEDERAN
Salah satu upaya meningkatkan performa ikan nila Srikandi (Oreochromia aureus x Oreochromia niloticus), yang dirilis oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi pada tahun 2012, adalah dengan meningkatkan keragaan genetik ikan nila biru (Oreochromis aureus), salah satu strain pembentuknya. Peningkatkan kualitas genetik ikan nila biru dapat dilakukan dengan program seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas, serta respons seleksi benih ikan nila biru F-3 pada fase pendederan. Kegiatan pembenihan dilakukan di air tawar dengan wadah pemijahan berupa hapa 1 m x 1 m x 1 m. Induk jantan dan betina dipijahkan secara berpasangan dengan perbandingan 1:1. Larva dipanen pada hari ke-
10 sampai ke-15, dan selanjutnya dipelihara di hapa pendederan berukuran 2 m x 2 m x 1 m selama 90 hari dengan padat tebar 125 ekor/m2. Selanjutnya benih dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina pada masing-masing famili. Paramater yang diamati meliputi pertumbuhan bobot dan panjang, koefisien keragaman (KK) panjang dan bobot, nilai heritabilitas nyata dan respons seleksi. Hasil penelitian menunjukkan ikan nila biru F-3 hasil seleksi mempunyai performa lebih baik dibandingkan nila biru nonseleksi. Pada akhir masa pemeliharaan, rataan bobot individu benih F-3 seleksi adalah sebesar 11,58±2,54 g; sementara pada populasi non-seleksi (kontrol) sebesar 8,95±2,80 g. Benih F-3 mempunyai nilai KK panjang dan bobot masing-masing sebesar 4,94%-25,05% dan 19,62%-53,47%. Nilai heritabilitas nyata pada populasi F-3 benih nila biru sebesar 0,81 dengan respons seleksi sebesar 2,63 g atau 22,74%
NUTRITIVE COMPOSITION OF RED TILAPIA REARED IN FRESHWATER AND BRACKISHWATER
The aim of this research was to investigate the nutritive composition (especially fatty acids) in red tilapia that was reared in freshwater and brackishwater. The fatty acid contents were determined by gas chromatography. The fatty acids profile were -3 (linolenic acid, eicosapentaenoic acid/EPA, docosahexaenoic acid/DHA), -6 (linoleic acid, arachidonic acid/AA), and -9 (oleic acid). Red tilapia samples were obtained from Research Institute for Fish Breeding, Sukamandi, West Java (freshwater ponds) and Congot, Yogyakarta (brackishwater ponds; salinity 20 ppt). In this research, red tilapia reared in different ecosystems showed different fatty acid profiles. Red tilapia inhabiting brackishwater ecosystem has EPA (0.26±0.05%), DHA (3.42±0.26%), and linoleic acid (17.20±0.56%) content higher than freshwater ecosystem (EPA = 0%; DHA = 0.67±0.44%; linoleic acid = 9.08±4.76%), except for linolenic acid (0.30±0.15% vs 0.25±0.10%), arachidonic acid (0.77±0.39% vs 0.93±0.13%) and oleic acid (38.67±2.58% vs 37.44±0.74%). The ratio of -6/-3 in red tilapia inhabiting freshwater ecosystem was about 11/1. The culture tilapia in brackishwater ecosystem decrease -6/-3 ratio (4.5:1). So that for human health, it will be better to consume brackishwater red tilapia than freshwater red tilapia
ESTIMASI HERITABILITAS DAN RESPONS SELEKSI IKAN NILA MERAH (Oreochromis spp.) PADA TAMBAK BERSALINITAS
Salah satu jenis ikan nila yang memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dibudidayakan di air tawar maupun di air payau adalah ikan nila merah. Dalam rangka pengembangannya diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas genetik di antaranya dengan cara seleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui estimasi nilai heritabilitas dan respons seleksi populasi jantan dan betina F-0 ikan nila merah hasil seleksi. Pemijahan dilakukan secara full-sib dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 dan menghasilkan 10 famili dari 50 famili yang dibentuk. Pembesaran benih dilakukan di tambak bersalinitas 30 ppt menggunakan waring berukuran 3 m x 5 m x 1,5 m dengan padat tebar 10 ekor/m2. Seleksi calon induk pada populasi jantan dan betina ikan nila merah dilakukan setelah mencapai bobot 200-300 g. Cut off seleksi ditentukan pada bobot berkisar 225-354 g (jantan) dan 201-258 g (betina). Parameter yang diamati meliputi koefisien keragaman panjang dan bobot, diferensial seleksi, estimasi nilai heritabilitas, dan respons seleksi. Hasil penelitian menunjukkan koefisien keragaman karakter panjang pada populasi jantan berkisar dari 7,89%-11,18% dan bobot 21,22%-34,12% dengan diferensial seleksi 45,87-115,18 g; sedangkan populasi betina sebesar 6,08%-13,22% dan 16,39%-31,55%; serta 46,12-71,67 g. Hasil analisis estimasi nilai heritabilitas dalam arti luas) pada karakter bobot ikan nila merah jantan 0,47±0,19 dan betina 0,19±0,11. Adapun prediksi respons seleksi yang akan diperoleh adalah 33,06 g (jantan) dan 11,65 g (betina)