27 research outputs found
Respon Pemberian Phytoestrogen Berasal Dari Tepung Kedelai Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus) Luas Jaringan Interstitial, Spermatogenesis Dan Kualitas Sperma
Kedelai, sebagai salah satu bahan penyusun ransum ternak diketahui mengandung senyawa phytoestrogen. Akumulasi senyawa phytoestrogen ini dalam ternak jantan telah mempengaruhi sistem reproduksi mencakup Perubahan anatomi makro, mikro, dan fungsi organ reproduksi, menghambat pertumbuhan sel gamet, kemampuan fertilisasi dan tingkah laku seksual. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian tepung kedelai dan mencari dosis tepung kedelai yang tidak mengganggu terhadap luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma pada kelinci. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 4 macam dosis tepung kedelai yaitu kontrol (K1), tepung kedelai dosis 123 mg/kg berat badan (bb) kelinci (K2), tepung kedelai dosis 246 mg/kg bb kelinci (K3) dan tepung kedelai dosis 490 mg/kg bb kelinci (K4). Setiap perlakuan diulang 4 kali. Kelinci jantan umur dua bulan digunakan sebagai hewan model berjumlah 16 ekor. Pengujian variabel meliputi pengukuran persentase sperma hidup, abnormalitas sperma, pengamatan spermatogenesis serta luas jaringan interstitial. Data hasil pengujian variabel dianalisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kedelai sebagai sumber phytoestrogen pada kelinci menurunkan luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma akan tetapi dari ketiga dosis tepung kedelai yang diberikan, dosis 123 mg/kg bb kelinci memberikan hasil yang sama dengan kontrol bagi terbentuknya sperma hidup, terbentuknya abnormalitas sperma dan luas jaringan interstitial sehingga dapat dikatakan dosis 123 mg/kg bb kelinci adalah dosis yang relatif aman diberikan pada kelinci
RESPON PEMBERIAN PHYTOESTROGEN BERASAL DARI TEPUNG KEDELAI PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) LUAS JARINGAN INTERSTITIAL, SPERMATOGENESIS DAN KUALITAS SPERMA
Kedelai, sebagai salah satu bahan penyusun ransum ternak diketahui mengandung senyawa phytoestrogen. Akumulasi senyawa phytoestrogen ini dalam ternak jantan telah mempengaruhi sistem reproduksi mencakup perubahan anatomi makro, mikro, dan fungsi organ reproduksi, menghambat pertumbuhan sel gamet, kemampuan fertilisasi dan tingkah laku seksual. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian tepung kedelai dan mencari dosis tepung kedelai yang tidak mengganggu terhadap luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma pada kelinci. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 4 macam dosis tepung kedelai yaitu kontrol (K1), tepung kedelai dosis 123 mg/kg berat badan (bb) kelinci (K2), tepung kedelai dosis 246 mg/kg bb kelinci (K3) dan tepung kedelai dosis 490 mg/kg bb kelinci (K4). Setiap perlakuan diulang 4 kali. Kelinci jantan umur dua bulan digunakan sebagai hewan model berjumlah 16 ekor. Pengujian variabel meliputi pengukuran persentase sperma hidup, abnormalitas sperma, pengamatan spermatogenesis serta luas jaringan interstitial. Data hasil pengujian variabel dianalisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kedelai sebagai sumber phytoestrogen pada kelinci menurunkan luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma akan tetapi dari ketiga dosis tepung kedelai yang diberikan, dosis 123 mg/kg bb kelinci memberikan hasil yang sama dengan kontrol bagi terbentuknya sperma hidup, terbentuknya abnormalitas sperma dan luas jaringan interstitial sehingga dapat dikatakan dosis 123 mg/kg bb kelinci adalah dosis yang relatif aman diberikan pada kelinci.Kata Kunci : phytoestrogen, tepung kedelai, kualitas sperma, spermatogenesis, luas jaringan interstitial, kelinci
Pengaruh Pemaparan Cd Dan Cu Terhadap Abnormalitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus Carpio, Linn) [the Influence of Cd and Cu Exposures to the Abnormalities of Common Carp (Cyprinus Carpio, Linn) Sperm]
Suatu studi tentang pengaruh pemaparan Cd dan Cu terhadap abnormalitas spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio, Linn) telah dilakukan. Untuk melihat pengaruh pemaparan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) terhadap abnormalitas spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio, Linn) maka pada 2 percobaan terpisah telah dilakukan pemaparan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) terhadap semen ikan mas matang gonad. Hasil pemaparan menunjukkan bahwa rata-rata abnormalitas spermatozoa ikan mas menjadi 12,42; 22,00 dan 32,67% pada pemaparan dengan konsentrasi masing-masing 25, 50 dan 75 ppm Cd dan menjadi 15,50; 27,67 dan 40,33% pada pemaparan dengan masing-masing 31, 62 dan 93 ppm Cu selama 30 detik dibandingkan dengan abnormalitas pada semen segar sebesar 2,83 - 3,33%. Peningkatan kandungan Cd atau Cu menjadi 25 - 30 ppm di dalam air menyebabkan peningkatan abnormalitas spermatozoa sebesar 10 -12%
Uji Ekstrak Etanol Pakkat Terhadap Gambaran Histopatologi Pankreas Tikus Wistar Jantan Yang Diinduksi Aloksan
Objective: This take a look at ambitions to study the effectiveness of pakkat extract on the histopathological functions of the pancreas of male Wistar rats (Rattus novergicus) prompted with the aid of alloxan. methods: The layout used was an experimental layout with a pre-take a look at and publish-check randomized manipulate layout, the pattern used became 25 hyperglycemic rats divided into 5 groups: terrible manage (given NaCMC), high quality control (metformin), remedy 1 ( pakkat extract 125 mg/weight), remedy 2 (packkat extract 250 mg/ weight), treatment 3 (packkat extract 500 mg/weight) for 14 days. outcomes: The outcomes showed that pakkat extract (Calamus caesius blume) with tracking doses of one hundred twenty five mg/weight and 250 mg/weight for 14 days continuously ought to lessen the advent of alloxan-caused damage to the pancreas of male Wistar rats, which became characterized with the aid of reduced cellular look. infection, decreased interstitial bleeding, and reduced vascular congestion. conclusion: Pakkat extract (Calamus caesius blume) in positive doses can repair the harm to the structure of histopathological picture in male Wistar rats prompted via alloxan with the finest dose of 250 mg/weight
Efek Antifidan Andrografolida terhadap Aktivitas Kelenjar Pencernaan Larva Plutella Xylostella L.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui mekanisme pengaruh antifidan andrografolida sebagai komponen aktif dari tanaman sambiloto, Andrographis paniculata terhadap kelenjar pencernaan pada usus tengah larva instar ke-4, Plutella xylostella L. Pengujian dilakukan secara eksperimental di laboratorium. Konsentrasi Andrografolida yang digunakan adalah 1000, 1600, 2500, 4000 dan 6500 ppm dengan ulangan sebanyak empat kali. Setelah pendedahan selama 24 jam, larva difiksasi kemudian ditanam dalam blok parafin untuk disayat dan diwarnai dengan teknik pewarnaan Mallory-Azan. Parameter yang diamati adalah Perubahan intensitas warna sekret sel goblet sebagai salah satu kelenjar pencernaan dan Perubahan diameter lumen pada usus larva. Sayatan diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100× dan 400×. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan intensitas warna sekret pada sel goblet dan pembesaran diameter lumen seiring dengan meningkatnya konsentrasi Andrografolida. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antifidan Andrografolida menyebabkan kerusakan sel dan penurunan aktivitas sekresi kelenjar pencernaan pada jaringan usus tengah larva P. xylostella L
EFEK ANTIFIDAN ANDROGRAFOLIDA TERHADAP AKTIVITAS KELENJAR PENCERNAAN LARVA Plutella xylostella L.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui mekanisme pengaruh antifidan andrografolida sebagai komponen aktif dari tanaman sambiloto, Andrographis paniculata terhadap kelenjar pencernaan pada usus tengah larva instar ke-4, Plutella xylostella L. Pengujian dilakukan secara eksperimental di laboratorium. Konsentrasi Andrografolida yang digunakan adalah 1000, 1600, 2500, 4000 dan 6500 ppm dengan ulangan sebanyak empat kali. Setelah pendedahan selama 24 jam, larva difiksasi kemudian ditanam dalam blok parafin untuk disayat dan diwarnai dengan teknik pewarnaan Mallory-Azan. Parameter yang diamati adalah perubahan intensitas warna sekret sel goblet sebagai salah satu kelenjar pencernaan dan perubahan diameter lumen pada usus larva. Sayatan diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100× dan 400×. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan intensitas warna sekret pada sel goblet dan pembesaran diameter lumen seiring dengan meningkatnya konsentrasi Andrografolida. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antifidan Andrografolida menyebabkan kerusakan sel dan penurunan aktivitas sekresi kelenjar pencernaan pada jaringan usus tengah larva P. xylostella L.Kata Kunci: Antifidan, Adrografolida, Andrographis paniculata , Plutella xylostella, Sel Goblet
Bibliografi terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa hingga Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (1975-2012)
Bibliografi ini berisi informasi tentang pustaka terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sejak tahun 1975 hingga terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tahun 2012. Bibliografi ini memuat 2.357 judul terbitan. Informasi yang termuat dalam bibliografi ini dikelompokkan berdasarkan subjek, nomor klasifikasi, dan deskripsi buku. Dalam penentuan deskripsi buku bibliografi ini mengacu pada Anglo American Cataloging Rules 2 (AACR). Penentuan nomor klasifikasi merujuk pada Decimal Catalog Clasification (DOC) Edisi 20 dan buku Klasifikasi Persepuluhan llmu Bahasa dan Kesastraan (Buku Petunjuk Pengolahan Pustaka Kebahasaan)
Pengaruh Metode Kangaroo Mother Care Terhadap Pembentukan Bounding Attachment Antara Ibu Dan Bayi Dan Peningkatan Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr)
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi faktor yang
menyumbang tingginya angka kematian bayi. Inkubator adalah salah satu alat
yang digunakan untuk perawatan BBLR, namun seringkali penyediaan jumlah
inkubator di Rumah Sakit belum memenuhi kebutuhan pasien. Inkubator
memiliki kekurangan, dimana penggunaan inkubator berdampak pada
pemisahan bayi dari ibu, dan pengunaan inkubator menyulitkan ibu dan bayi
dalam pembentukan bounding attachment. Maka, dengan pelaksanaan
Kangaroo Mother Care (KMC), dapat memberikan banyak keuntungan yang tidak
bisa diberikan oleh penggunaan inkubator diantaranya meningkatkan bounding
attachment, dan meningkatkan berat badan bayi. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh metode KMC terhadap pembentukan bounding attachment
antara ibu dan bayi serta peningkatan berat badan bayi BBLR. Lokasi yang
digunakan adalah RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang. Penelitian ini
menggunakan desain pre-eksperimental, dengan one group pretest—posttest
design tanpa kelompok kontrol. Sampel penelitian berjumlah 16 ibu dan bayinya
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data bounding attachment
dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon, sedangkan data peningkatan berat badan
bayi dianalisis dengan uji statistik Paired T-Test. Hasil yang diperoleh yaitu
terdapat perbedaan yang bermakna antara pembentukan bounding attachment
sebelum dan setelah dilakukan metode KMC (p = 0.000), dan terdapat
perbedaan yang bermakna antara berat badan bayi BBLR sebelum dan setelah
dilakukan metode KMC (p = 0.046). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat
pengaruh bermakna dari pelaksanaan metode KMC terhadap pembentukan
bounding attachment antara ibu dan bayi dan peningkatan berat badan bayi
BBLR di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang