72 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Latihan Isometrik Otot Hamstring Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia

    Get PDF
    Proses menua akan terjadi proses perubahan-perubahan pada diri manusia baik fisik, psikososial maupun mental yang cenderung mengalami penurunan. Dimana lansia memiliki sifat degeneratif yang mempengaruhi penurunan dari sitem kerja koordinasi yang juga mempengaruhi keseimbangan dinamis pada lansia, latihan-latihan ringan diberikan kepada lansia guna untuk meningkatkan kemampuan koordinasi dan juga meningkatkan kekuatan otot, latihan yang aman adalah latihan yang tidak membebani lansia, salah satu pilihan latihan adalah latihan isometrik. Penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Wreda Darma Bakti Surakarta, sampel berjumlah 13 orang diambil melalui metode Total Sampling dengan responden sebagian sebagai control sebanyak 13 orang . Kedua kelompok sampel tersebut diukur nilai keseimbangan dinamis menggunakan TUG Test kemudian dianalisa dengan uji statistik. Uji normalitas Shapiro-Wilk untuk nilai keseimbangan dinamis dengan hasil p=0,000 < 0,005 yang berarti distribusi data tidak normal,maka di uji analisis data menggunakan Paired T-test. Dari hasil uji tersebut menunjukkan adanya hubungan antara latihan isometrik dengan keseimbangan dinamis (p=0,000). Diharapkan akan adanya penelitian selanjutnya dengan menambah jumlah variabel guna memperluas penelitian tentang pengaruh pemberian latihan isometric terhadap kondisi lansia

    Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Osteoarthritis Genu Sinistra Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

    Get PDF
    LatarBelakang : Di Jawa Tengah, kejadian penyakit osteoarthritis sebesar 5,1% dari semua penduduk dan umumnya mengenai usia diatas 50 tahun. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini, meskipun pada usia sebelum 45 tahun lebih sering terjadi pada laki-laki, tetapi setelah usia 45 tahun lebih banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan ± 4 : 1. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam pengurangan nyeri, peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS), peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan aktifitas fungsional pada kondisi osteoarthritis lutut dengan modalitas Infra Red(IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan terapi latihan menggunakan static kontraksi, free active movement, hold relax, dan resisted active movement. Hasil : Hasil yang diperoleh setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali dengan modalitas IR, TENS, danTerapi Latihan adalah sebagai berikut : nyeri diam lutut kiri T1 = 0 mm menjadi T6 = 0 mm, nyeri tekan lutut kiri T1 = 30 mm menjadi T6 = 20 mm, nyeri gerak lutut kiri T1 = 45 mm menjadi T6 = 35 mm, LGS aktif lutut kiri T1 = S : 0-0-110 menjadi T6 = S : 0-0-115, LGS pasif lutut kiri T1 = S : 0-0-120 menjadi T6 = S : 0-0-125, kekuatan otot fleksor lutut kiri T1 = 4 menjadi T6 = 4+, otot ekstensor lutut kiri T1 = 4 menjadi T6 = 4+, adanya peningkatan kemampuan fungsional. Kesimpulan :Infra Red(IR) dan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri tekan dan nyeri gerak, terapi latihan dapat meningkatan LGS, kekuatan otot, dan kemampuan fungsional pada kondisi osteoarthritis lutut

    Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

    Get PDF
    Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic lung disease that is progressive, the disease is marked by shortness of breath, cough and sputum. Objectives: to determine the benefits of Nebulizer, Acbt (active active cycle of breathing technique) in cases of Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Results: after 6 weeks of therapy, there was a decrease in the degree of shortness of breath T0: 6 to T6: 2, an increase in thoracic cage expansion in axilla T0: 1 cm to T6: 2,9 cm, in ICS 4 T0: 1 cm to T6: 2,5 cm, on xyphoid procesus T0: 1 cm to T6: 2,5 cm, and there is increased functional activity ability T0: 4 to T6: 2. Conclusion: Nebulizer, Acbt (active active cycle of breathing technique) can improve of breathing, thoracic and functional activity

    Pengaruh Penambahan Latihan Relaksasi Teknik Jacobson Pada Mobilisasi Dini Pasien Post Sectio Caesaria di RSUD Simo

    Get PDF
    Labor with caesaria section has a high risk of surgery through incisions in the abdominal wall and uterine wall so that there will be problems of injury incision that will cause pain. Pain itself is a stressor and tension that can change behavior both in the form of physical and psychic responses. The presence of such pain makes the patient afraid to move so as not to be able to perform its functional activities independently. One effort to reduce the pain as well as restore the functional Objective of this Research are To determine the difference in effect between the addition of the relaxation exercise of Jacobson technique to early mobilization by early mobilization of the functional capability of Post Section Caesaria patients. Type of Quasi Experimental Design study with Pretest-postes with control Group Design approach using pre-post test design in two groups. The sample of this research are 24 samples which then divided into two groups, namely treatment and control group. The results of the research are known that after being given Jacobson Technique Relaxation. The value obtained through the wilcoxon test is p = 0.002 (p <0.05). These results show that there is a significant difference between pre test and post test results. This means that the Jacobson Technique relaxation exercise has an effect on the functional ability of the treatment group. The result of hypothesis test comparing functional capability before and after in control group through wilcoxon test obtained p value = 0,006 (p< 0,05) result show that there is significant difference between Pretest and post test Conclusion of this Reseach There is a difference in effect between the addition of the Jacobson technique relaxation exercise to early mobilization with early mobilization of functional ability of the Post Section Caesarian Patient

    Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese Inferior Ec Post Laminectomy Di RSUD Salatiga

    Get PDF
    Latar Belakang: Kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan dan tidak lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan paraparese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena (Ohorella, 2011). Rumusan masalah: Apakah ada manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi paraparese inferior ec post lamictomy dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS,dan meningkatkan aktifitas funngsional. Tujuan: Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi paraparese inferior ec post lamictomy dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS, dan meningkatkan aktifitas fungsional, dengan modalitas SWD, dan terapi latihan. Hasil: Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hasil penurunan nyeri diam dari T1 1 cm menjadi 0 cm, nyeri tekan T1 2 cm menjadi 1 cm, dan nyeri gerak T1 4 cm menjadi 3 cm. meningkatnya LGS pada hip kiri dan trunk, meningkatnya kekuatan otot pada grup otot otot fleksor, ekstensor, adduktor, dan abduktor hip sinistra, dan peningkatan aktifitas fungsional pada terapi ke 6. Kesimpulan: Mekanisme paraparese inferior karena adanya kompresi intervertebra yang secara progresif dan kemudian mengarah pada terjadinya perubahan pada daerah perbatasan tulang-tulang vertebra dan ligament. Proses degenerasi sendiri dimulai dari nucleus, yang menjadi keras dan berkurang elastisitasnya. Anulus fibrosus menjadi mudah sobek dan menonjol keluar dari sela vertebra. Sendi apofiseal menjadi sempit, kartilago menipis atau hilang sama sekali, sehingga sendi menjadi kaku (Caillet, 1978). Problematika fisioterapi yang dihadapi adalah penurunan kekuatan otot pada kedua tungakai. Dengan menggunakann modalitas SWD, dan terapi latihan, bermanfaat terhadap penurunan nyeri, dan peningkatan kekuatan otot, dan meningkatkan serta mengoptimalkan aktifitas fungsional didapatkan hasil penurunan nyeri, meningkatnya LGS, meningkatnya kekuatan otot, dan peningkatan aktifitas fungsional

    Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Terapi Latihan Dan Infra Red (IR) Pada Kondisi Post Dislokasi Sendi Acromioclavicular Dextra

    Get PDF
    Latar Belakang : Karya tulis ilmiah penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi post dislokasi acromion clavicula joint dextra ini dimaksudkan untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan pemahaman tentang kondisi post dislokasi acromion clavicula joint dextrayang menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan fisik yang berhubungan dengan daerah bahu dan modalitas yang diberikan pada kondisi ini adalah IR, dan Terapi Latihan. Tujuan:Pembatasan yang ada pada karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas IR, dan Terapi Latihan pada kondisi post dislokasi acromion clavicula joint dextraguna mencapai tujuan fisioterapi berupa penanganan dan pencegahan permasalahan yang berhubungan dengan sendi bahu. Pada kasus ini fisioterapis memberikan terapi dengan IR, dan Terapi Latihan yang diberi terapi sebanyak 6 kali tindakan, dan didapatkan hasil sebagai berikut : adanya penurunan nyeri pada bahu kanan, untuk nyeri tekan : T1 =4 sedangkan untuk T6 =3 , untuk nyeri gerak : T1=3 sedangkan untuk T6=2. Hasil:Untuk gerakan pada bidang fleksi-ektensi(sagital) gerakan T1=(500-00-200), sedangkan untuk T6=(700-00-400). Untuk gerakan pada abduksi-adduksi bidang (frontal) gerakan T1=(200-00-400), sedangkan untuk T6=(400-00-450). Untuk gerakan eksorotasi-endorotasi pada bidang (transfersal) T1=(450-00-900), sedangkan untuk T6=(450-00-900). Peningkatan kekuatan otot untuk penggerak fleksor T1=4-, sedangkan untuk T6=4- penggerak ekstensor T1=4-, sedangkan untuk T6=4-, penggerak adduktor T1=4-, sedangkan untuk T6=4-, penggerak abduktor T1=4-, sedangkan untuk T6=4-, penggerak endorotator T1=4-, sedangkan untuk T6=5, penggerak eksorotator T1=4, sedangkan untuk T6=4-. Kesimpulan: Penatalaksanaan fisioterapi yang diberikan akan dapat memberikan hasil yang optimal jika dilakukan dengan tekhnik yang benar dan intensitas terapi yang tepat. Dari hasil data yang diperoleh selama terapi diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan modalitas fisioterapi yang telah diterapkan di atas dapat membantu mengatasi masalah postdislokasi acromion clavicula joint dextra. Saran : Selanjutnya pada karya tulis ilmiah ini adalah perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui modalitas fisioterapi apa yang berpengaruh diantara modalitas yang telah diterapkan tersebut di atas pada kondisi post dislokasi acromion clavicula joint dextra

    Pengaruh Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) Dengan Penambahan Latihan Isotonik Quadriceps Terhadap Penurunan Nyeri Osteoatritis Knee

    Get PDF
    Angka harapan hidup manusia meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini diikuti dengan meningkatnya penyakit rematik yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan kualitas hidup manusia sehingga mengakibatkan peningkatan biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah pengaruh pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan penambahan latihan isotonik Quadriceps lebih efektif menurunkan nyeri pada Osteoarthritis Knee. Penelitian ini dilakukan dibagian instalasi rehabilitasi poli fisioterapi Rst.Dr.Soedjono magelang selama 3 minggu. Penelitian ini menggunakan jenis quasi exsperimental dengan menggunakan desain two group pre and post-test design. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 16, dengan 8 subyek sebagai kelompok control dan 8 subyek sebagai kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini pengukuran tingkat nyeri menggunakan skala kuesioner McGill. Data yang diperoleh berdistribusi normal, uji statistic menggunakan Shapiro-Wilk Test. Hasil uji pengaruh menggunakan uji paired sample t-test pada kelompok kontrol yang terdiri dari nilai sensoris, afektif, VAS, PPI dapat diketahui nilai P 0,000, P < 0,05 berarti data signifikan. Dan pada kelompok perlakuan yang terdiri dari nilai sensoris, afektif, VAS, PPI dapat diketahui p 0,000, p < 0,05, berarti data signifikan. Hasil uji beda pengaruh menggunakan uji independent sample test pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang terdiri dari nilai sensoris, afektif, VAS, PPI dapat diketahui bahwa P 0.007, 0.000, 0.022, 0,032, P < 0,05, berarti data signifikan. Artinya, ada perbedaan pengaruh antara pemberian tens dengan pemberian tens dan penambahan latihan pembebanan isotonik terhadap penurunan nyeri osteoartritis knee. Dengan demikian pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan penambahan latihan isotonik Quadriceps lebih efektif menurunkan nyeri pada Osteoarthritis Knee

    Pengaruh Latihan Keseimbangan Terhadap Penurunan Risiko Jatuh Pada Lansia

    Get PDF
    Latar belakang: Pada lansia terjadi penurunan fisiologis sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah, ketahanan, koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM) yang menyebabkan gangguan keseimbangan sehingga menyebabkan jatuh pada lansia. Latihan keseimbangan dapat dijadikan alternatif bagi lansia. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan terhadap penurunan risiko jatuh pada lansia. Metode penelitian: dengan pendekatan quasi eksperiment dan desain penelitian pre and post test with control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita lansia anggota posyandu Lansia di Ngadisono Kadipiro Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi selama 3 minggu. Total sampel sebanyak 30 responden dengan rincian pada kelompok perlakuan 15 responden, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 15 responden. Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji Paired Sample T-Test dan Independen Sample T-Test. Hasil penelitian: uji statistic kelompok perlakuan menggunakan Paired Sample T-Test didapatkan hasil p= 0,001, berarti ada pengaruh latihan keseimbangan terhadap penurunan risiko jatuh pada lansia. Independent Sample T-Test didapatkan hasil p= 0,001, berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan latihan keseimbangan terhadap penurunan risiko jatuh pada lansia

    Hubungan Antara Ekspansi Thoraks Dan Indeks Massa Tubuh Dengan VO2max Pada Lanjut Usia (Lansia)

    Get PDF
    Latar Belakang : Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran dan penurunan kapasitas fisik. Karena bekerja maupun berolahraga pada dasarnya berkaitan dengan akibat sistem Muskuloskeletal (otot dan tulang) serta sistem kardiopulmonar (jantung dan paru-paru) Tujuan : Untuk mengetahui adanya hubungan antara ekspansi thoraks dan indeks massa tubuh dengan VO2max. Metode Penelitian : penelitian jenis survei dengan pendekatan cross-sectional Subyek dan Interverensi : lima puluh dua lansia di Posyandu Lansia Gonilan, Kartasura, Sukoharjo, dengan usia antara 45-65 tahun, diberikan interverensi berupa jalan selama enam menit. Hasil Penelitian: Six Minutes Walking Test digunakan untuk mencari nilai VO2max. Responden ini diberikan satu kali latihan kemudian dihubungkan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Dengan confidence internal (CI) (95%). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada ekspansi thoraks bagian Axilla, ICS, dan P.Xypoideus dengan VO2max (p=0,301(p>0,05), p=0,316 (p>0,05), dan p=0,299 (p>0,05)) sedangkan pada indeks massa tubuh dengan VO2max(p=0,98 (p>0,05)). Kesimpulan : disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ekspansi thoraks dan indeks massa tubuh dengan VO2max pada lanjut usia (lansia)

    Manfaat Latihan Jogging Dan Bersepeda Terhadap Nilai Vo2 Maksimum

    Get PDF
    VO2 Maks adalah konsumsi oksigen maksimal atau oksigen maksimum yang diambil saat berlatihan atau kapasitas aerobik dan merupakan kapasitas maksimum tubuh individu untuk memanfaatkan oksigen selama latihan, hal ini menunjukkan bagaimana keadaan sistem kardiovaskular. Fisioterapi adalah salah satu praktisi yang sering menjumpai pemeriksaan dan kondisi dalam hal tersebut. Ada dua latihan yang akan dikorelasikan dalam penelitian ini, yaitu jogging dan bersepeda. Jogging ialah lari yang bukan kompetitif, terutama untuk kesehatan dan kebugaran, karena jogging merupakan latihan aerobik, maka terutama bermanfaat untuk menigkatkan dan mempertahankan kesehatan dan kebugaran dari jantung, paru-paru, perdaran darah, otot-otot, dan sendi tungkai. Bersepeda merupakan latihan aerobik. Pada latihan ini berat badan tidak ditunjang (karena melakukannya sambil duduk). Oleh karena itu bersepeda di anjurkan bagi mereka yang kegemukan, terutama bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran dari jantung, paru-paru, peredaran darah, otot dan sendi dari tungkai. Penelitian ini dilaksanakan melalui Observasi dengan design One Shot Study, dimana melakukan observasi dan pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama.. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota komunitas sepeda Fixie Solo dan komunitas Jogging UNS, Sampel jogging dan bersepeda sebanyak 38 orang. Kedua kelompok sampel tersebut akan diukur nilai volume oksigen maksimumnya, dan kemudian dianalisa dengan uji statistik. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, diketahui adanya perbedaan nilai VO2 maks antara latihan jogging dengan latihan bersepeda (p=0,020)
    corecore