25 research outputs found

    Keanekaragaman Arthropoda dan Penyakit Tanaman Padi di Desa Kusambi Hilir Kecamatan Lampihong

    Get PDF
    The purpose of this study was to identify the types of arthropods and diseases in rice plants, especially those in Kusambi Hilir Village, Lampihong District. The method used is a survey method by taking arthropod samples, using insect nets and light traps, observing symptoms of rice plant diseases. The results of the study found that the number of arthropods in paddy fields near the rubber plantations was 219 consisting of 162 individuals (73.97%) pests, 43 individuals (19.63%) predators, 6 individuals (2.73%) parasitoids and 8 individuals ( 3.65%) other arthropods. The number of arthropods in paddy fields near the main road was 159 individuals consisting of 100 individuals (62.89%) pests, 45 individuals (28.30%) predators and 14 individuals (8.81%) parasitoids. The dominant arthropods and diseases in rice are Scirpophaga incertulas Walker and bacterial leaf blight. The diversity index of arthropods is categorized as low because a diversity index of 2.577 is obtained in paddy fields near the main road and (H') is 2.348 in paddy fields near rubber plantations.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis arthropoda dan penyakit - penyakit pada tanaman padi terutama yang terdapat di Desa Kusambi Hilir Kecamatan Lampihong. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pengambilan sampel arthropoda, menggunakan jaring serangga dan lampu perangkap, melakukan pengamatan gejala penyakit tanaman padi. Hasil penelitian ditemukan jumlah arthropoda pada lahan sawah dekat kebun karet sebanyak 219 ekor yang terdiri dari 162 ekor (73,97%) hama, 43 ekor (19,63%) predator, 6 ekor (2,73 %) parasitoid dan 8 ekor (3,65%) arthropoda lainnya. Jumlah arthropoda lahan sawah dekat jalan raya didapat sebanyak 159 ekor yang terdiri dari 100 ekor (62,89%) hama, 45 ekor (28,30%) predator dan 14 ekor (8,81%) parasitoid. Arthropoda dan penyakit yang dominan pada tanaman padi adalah Scirpophaga incertulas Walker dan hawar daun bakteri. Indeks keanekaragaman arthropoda dikategorikan rendah karena didapat indeks keanekaragaman sebesar 2,577 pada lahan sawah dekat jalan raya dan (H’) sebesar 2,348 pada lahan sawah dekat kebun karet

    Pengujian Dua Belas Jenis Trichoderma Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) pada Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian uji dua belas jenis Trichoderma untuk mengendalikan penyakit antraknosaColletotrichum gloeosporioides pada pertanaman bawang merah. di Kalimantan Selatan tujuandaripada penelitian ini untuk mengetahui kemampuan 12 jenis Trichoderma spp., dalam menghambatpertumbuhan C. gloeosporioides. Pengujian ini terdiri dari uji antagonis menggunakan mode kulturganda dan uji Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan C. gloeosporioides. Penghambatan yang palingtinggi sebesar 23,93 % isolat dari Trichoderma spp. asal Sinar Baru, Rantau Badauh, KalimantanSelatan. dan penghambatannya yang terendah 7,31 % isolat Trichoderma spp. asal Margasari,Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan

    Keanekaragaman Arthropoda dan Kelimpahan Musuh Alami pada Empat Jenis Tanaman Refugia

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian keanekaragaman arthropoda dan kelimpahan musuh alami pada empat jenis tanaman refugia pada bulan Mei-Juli 2020. Keanekaragaman ditentukan dengan indeks keanekaragaman (H’) (Shannon-Wiener) dan kelimpahan musuh alami ditentukan dengan menghitung jumlah individunya. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi dengan waktu penangkapan dan fase yang berbeda, pada bunga kenikir pada fase sebelum berbunga pada jam 16.00-17.00 (H’=2,92), berbunga muda pada bunga marigold jam 09.00-10.00 (H’=2,57) dan berbunga tua juga pada bunga marigold jam 09.00-10.00 (H’=2,23), sedangkan indeks keanekaragaman spesies terendah adalah bunga matahari pada fase sebelum berbunga pada jam 16.00-17.00 (H’=0), berbunga muda pada bunga kenikir jam 12.00-13.00 (H’=0,46) dan berbunga tua pada tanaman bunga matahari jam 16.00-17.00 (H’=0,64). Indeks keanekaragaman spesies tertinggi secara keseluruhan pada fase sebelum berbunga adalah bunga kenikir (H’=2,80), kemudian fasel67 berbunga muda yang tertinggi adalah bunga marigold (H’=2,82) dan fase berbunga tua yang tertinggi juga pada bunga marigold (H’=2,73). Kelimpahan musuh alami secara keseluruhan ditentukan dengan menghitung jumlah yang tertangkap. Pada bunga kenikir predator sebesar 35 dan parasitoid sebesar 96 individu, kemudia pada tanaman bunga kertas predator sebesar 20 dan parasitoid sebesar 22 individu, sedangkan pada tanaman bunga marigold predator sebesar 67 dan parasitoid sebesar 52 individu serta pada tanaman bunga matahari predator sebesar 18 dan parasitoid sebesar 0 individu

    Potensi Asap Cair Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Menekan Pertumbuhan Gulma Teki (Cyperus kyllingia)

    Get PDF
    C. kyllingia is an annual weed that can cause problems because it can reduce the quantity and quality of cultivated plant production, so this weed needs to be controlled. Weed control with synthetic herbicides is currently more popular because its effectiveness can be seen more quickly. However, if synthetic herbicides are used for a long period of time, they will affect soil conditions. Therefore, an alternative weed control using liquid smoke from empty oil palm fruit bunches (TKKS) is needed. The research aims to determine the potential of TKKS liquid smoke in controlling the growth of sedge weed (C. kyllingia). The design used a 1 factor Completely Randomized Design consisting of 5 treatments and 5 replications with liquid smoke concentrations of 0%, 8.3%, 16.6%, 25% and 33.3%. Research shows that TKKS liquid smoke has the potential to be used as a natural herbicide because it has an effect on suppressing the growth of the C. kyllingia weed. The best concentration that can suppress weed growth is 33.3% liquid smoke.C kyllingia merupakan salah satu gulma teki tahunan yang dapat menimbulkan masalah karena bisa menurunkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman budidaya sehingga gulma tersebut perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dengan herbisida sintetis saat ini lebih diminati karena lebih cepat terlihat efektivitasnya. Namun apabila herbisida sintetis digunakan dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi kondisi tanah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengendalian gulma menggunakan asap cair dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi asap cair TKKS dalam mengendalikan pertumbuhan gulma teki (C. kyllingia). Rancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap 1 faktor terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan konsentrasi asap cair 0%, 8,3%, 16,6%, 25% dan 33,3%. Penelitian menunjukkan asap cair TKKS berpotensi dijadikan sebagai herbisida alami karena berpengaruh dalam menekan pertumbuhan gulma C. kyllingia. Konsentrasi terbaik yang dapat menekan pertumbuhan gulma adalah asap cair 33,3%

    Efektivitas Beauveria bassiana vuill. dengan Berbagai Media Pembiakan Massal untuk Mengendalikan Wereng Coklat (Nilaparvata lugens stal.)

    Get PDF
    Oryza sativa L. can be called an important commodity because it is used as a staple food. Farmers in cultivating rice expect high yields, but there are obstacles that cause yields to decline, namely the attack of the Brown Stem Planthopper (BSP) (Nilaparvata lugens Stal.) which can lead to crop failure. Farmers controlling N. lugens still use insecticides. Control by using insecticides is known to have a negative impact on users and the environment and can cause resistance, resurgence and residue. One of the safe controls is the use of Beauveria bassiana as an entomopathogenic fungus. This study was conducted to determine the effectiveness of B. bassiana cultured on various media in controlling WBC attacks. The design used was a Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments, namely control treatment without B. bassiana, control with B. bassiana grown on PDA media, B. bassiana grown on corn media, and B. bassiana growing on media. grown on rice media, given B. bassiana grown on bran media, given B. bassiana grown on husk ash and repeated 4 times. Observations were made after one application by observing mortality (mortality) every 24 hours for 7 days. The results of the observation that the highest mortality percentage was found in the corn media treatment reaching 47.50%, rice media 40%, bran media 18.75% while the lowest was found in the husk media, namely 15%.Oryza sativa L. dapat disebut sebagai komoditas penting sebab digunakan sebagai bahan pokok. Petani dalam membudidayakan padi mengharapkan hasil yang tinggi, namun terdapat kendala yang membuat hasil menurun yaitu adanya serangan Wereng Batang Coklat (WBC) (Nilaparvata lugens Stal.) yang dapat  mengakibatkan gagal  panen. Petani  mengendalikan   N. lugens masih menggunakan insektisida. Pengendalian dengan menggunakan insektisida diketahui memiliki dampak negatif bagi pengguna dan lingkungan serta dapat menimbulkan resistensi, resurgensi dan residu. Salah satu pengendalian yang aman adalah penggunaan Beauveria bassiana sebagai cendawan entomopatogen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas B. bassiana yang dibiakkan pada berbagai media dalam mengendalikan serangan WBC. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan, yaitu perlakuan kontrol tanpa pemberian B. bassiana, kontrol dengan pemberian B. bassiana yang ditumbuhkan pada media PDA, pemberian B. bassiana yang ditumbuhkan pada media jagung, pemberian B. bassiana yang ditumbuhkan pada media beras, pemberian B. bassiana yang ditumbuhkan pada media dedak, pemberian B. bassiana yang ditumbuhkan pada abu sekam dan diulang sebanyak 4 kali. Pengamatan dilakukan setelah satu kali aplikasi dengan mengamati kematian (mortalitas) setiap 24 jam sekali selama 7 hari. Hasil pengamatan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan media jagung mencapai 47,50 %, media beras 40%, media dedak 18,75% sedangkan terendah terdapat pada media sekam yaitu 15 %

    Kemampuan Bacillus thuringiensis untuk Mengendalikan Spodoptera frugiperda J.E. Smith

    Get PDF
    Spodoptera frugiperda is the main pest that attacks corn plants, so it is necessary to control it. One of the control alternatives is using the biological agent Bacillus thuringiensis (Bt). In this study the use of biological agents B. thuringiensis bacteria against S. frugiperda larvae. This study aims to determine the ability of B. thuringiensis bacteria to control S. frugiperda on a laboratory scale. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 replications. The treatment used doses of 2 ml, 2.5 ml and 3 ml of B. thuringiensis bacteria and as a comparison, namely sterile water which acted as a control in this study. Mortality observations were made every 12 hours for 96 hours. Each replicate was infested with 10 S. frugiperda larvae so that 240 S. frugiperda larvae were obtained in each experimental unit. The results of this study indicate that the biological agent of B. thuringiensis at a dose of 3 ml has the pathogenicity ability to S. frugiperda mortality with a percentage of 23.3% and has the best lethal time value of 9.3 days to kill 50% of S. frugiperda.Spodoptera frugiperda adalah hama utama yang menyerang tanaman jagung sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian. Salah satu alternatif pengendalian menggunakan agensia hayati Bacillus thuringiensis (Bt). Pada penelitian ini penggunaan agensia hayati bakteri B. thuringiensis terhadap larva S. frugiperda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari bakteri B. thuringiensis dalam mengendalikan S. frugiperda untuk skala di laboratorium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 kali ulangan. Perlakuan menggunakan dosis 2 ml, 2,5 ml dan 3 ml bakteri B. thuringiensis serta sebagai pembanding yaitu air steril yang bertindak sebagai kontrol dalam penelitian ini. Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 12 jam selama 96 jam. Setiap ulangan diinfestasikan 10 ekor larva S. frugiperda sehingga didapatkan 240 ekor larva S. frugiperda pada setiap unit satuan percobaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agensia hayati bakteri B. thuringiensis pada dosis 3 ml memiliki kemampuan  patogenisitas terhadap mortalitas S. frugiperda dengan persentase yaitu sebesar 23,3% dan memilki nilai Lethal Time dengan waktu terbaik yaitu 9,3 hari untuk mematikan 50% S. frugiperda

    Pengaruh Tanaman Refugia Kenikir (Cosmos caudatus) dan Marigold (Tagetes erecta L.) terhadap Serangan Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.) di Lahan Gambut

    Get PDF
    Big red chili (Capsicum annuum L.) is a commodity that is very much needed, especially in the food industry and its needs are often increasing. The increasing demand is inversely proportional to the availability of chili that cannot be fulfilled. The causes include the constraints of fruit fly (Bactrocera spp.) attacks that always occur on chili plants. Symptoms caused by the presence of small holes in the chili fruit, the fruit falls out and there are larvae in the fruit. Control that is often done is to use chemical insecticides which can cause environmental pollution. One solution is to use refugia plants. This study was conducted to determine the effect of refugia plants on fruit fly attacks on chili plants and the effectiveness of kenikir (Cosmos caudatus) and marigold (Tagetes erecta L.) plants in suppressing fruit fly attacks on chili plants. The design used was a randomized block design (RAK) with 4 treatments, control (T0), kenikir and marigold plants planted with chili (T1), kenikir plants planted with chili (T2), marigold plants planted with chili (T3) and repeated as many as six times. The results of observations, refugia plants affect fruit fly attacks. Refugia marigold plant, the intensity of attack of fruit flies reached 6.01% and 19.30%, while the intensity of attack of kenikir was 13.61% and 33.61%, respectivelyCabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan, khususnya dalam industri makanan dan kebutuhannya sering meningkat. Kebutuhannya yang meningkat tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan cabai yang tidak dapat terpenuhi. Penyebabnya antara lain adanya kendala serangan lalat buah (Bactrocera spp.) yang selalu terjadi pada tanaman cabai. Gejala yang ditimbulkan berupa adanya lubang kecil pada buah cabai, buah rontok dan terdapat larva di dalam buah. Pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida kimia yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaatan tanaman refugia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tanaman refugia terhadap serangan lalat buah pada tanaman cabai dan efektifitasnya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) dan marigold (Tagetes erecta L.) dalam menekan serangan lalat buah pada tanaman cabai. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan, kontrol (T0), tanaman kenikir dan marigold ditanam bersama cabai (T1), tanaman kenikir ditanam bersama cabai (T2), tanaman marigold ditanam bersama cabai (T3) dan diulang sebanyak enam kali. Hasil pengamatan, tanaman refugia berpengaruh terhadap serangan lalat buah. Tanaman refugia jenis marigold, intensitas serangan lalat buah mencapai 6,01% dan 19,30%, sedangkan jenis kenikir intensitas serangannya mencapai 13,61% dan 33,61%

    Efektivitas Beberapa Jenis Feromon Organik Sebagai Atraktan Lalat Buah Pada Tanaman Cabai

    Get PDF
    Red chili (Capsicum annuum L.) is a commodity that has high economic value, but the potential loss experienced in chili cultivation is also quite high, because chili is quite vulnerable to fruit fly pests. This study aims to determine the response of fruit flies to the use of pheromones derived from various kinds of fruit peels and flesh added with yeast (organic pheromones). This research took place on chili farmers' land located in the village of Tambak Langsat, West Ulin Platform, Banjarbaru City. This study used a randomized block design (RBD) with 11 treatments including the control. The results showed that the treatment given organic pheromones was able to trap fruit flies. Of all the pheromones that were most effective at getting lots of fruit flies was the chili pheromone (0.2 ml) with a catch of 25 individuals and for organic pheromones that were less effective was the mango pheromone (0.2 ml) with a catch of 4 individuals. The type of fruit fly B. dorsalis dominates of the four species with the Diversity Index (H´) of fruit flies being classified as moderate, namely 1.1082, the Dominance Index (D) being high 1 and for fruit flies dominating B. dorsalis.Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tetapi potensi kerugian yang dialami dalam budidaya cabai juga cukup tinggi, karena cabai cukup rentan terhadap serangan hama lalat buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon lalat buah terhadap penggunaan feromon yang berasal dari berbagai macam kulit dan daging buah yang di tambahkan ragi (feromon organik). Penelitian ini bertempat di lahan petani cabai yang terletak di desa Tambak Langsat, Landasan Ulin Barat, Kota Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 11 perlakuan termasuk kontrol. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang diberi feromon organik mampu memperangkap lalat buah. Dari semua feromon yang paling efektif mendapatkan lalat buah banyak adalah feromon cabai (0,2 ml) dengan jumlah tangkapan 25 ekor dan untuk feromon organik yang kurang efektif adalah feromon mangga (0,2 ml) dengan jumlah tangkapan 4 ekor. Jenis lalat buah B. dorsalis mendominasi dari empat jenis dengan Indeks Keanekaragaman (H´) lalat buah tergolong sedang yaitu 1,1082, Indeks Dominasi (D) tergolong tinggi 1 dan untuk lalat buah yang mendominasi B. dorsali

    Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Yang Diaplikasi Dengan Berbagai Pestisida Nabati

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian penggunaan campuran beberapa bahan tumbuhan terhadap larva Spodoptera litura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan beberapa pestisida nabati dalam mengendalikan hama ulat grayak dengan metode sandwich daun. Metode yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 perlakuan yang terdiri dari tiga larutan bahan uji yaitu dari daun mimba (Azadirachta indica A.Juss), dari daun bintaro (Carbera manghas) dan dari daun kepayang (Pangium edule Reinw), satu bahan pembanding yaitu air sebagai kontrol dengan 4 ulangan. Pengamatan dilakukan setiap 6 jam selama 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi daun kepayang dengan bintaro memiliki persentase mortalitas tertinggi yaitu sebesar 58,75%, diikuti dengan kombinasi daun bintaro dengan mimba sebesar 53,75% dan kombinasi daun mimba dan kepayang sebesar 46,25%

    Kemampuan Larva Haltica spp Mengendalikan Gulma Air Ludwigia hyssopifolia

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian terhadap serangga pemakan gulma Haltica spp pada gulma Ludwigia hyssopifolia, yang bertujuan untuk melihat pengaruh populasi larva Haltica spp terhadap kerusakan gulma Ludwigia hyssopifolia. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, menggunakan larva Haltica spp dengan jumlah0,  3, 6, 9, dan 12 larva yang diaplikasikan pada gulma Ludwigia hyssopifolia. Hasil penelitian ini  menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan populasi larva Haltica spp maka semakin besar pula tingkat kerusakan yang ditimbulkan, seperti pengaplikasian larva Haltica spp dengan jumlah 12 ekor menunjukkan intensitas kerusakan tertinggi yaitu sebesar 96,25%
    corecore