834 research outputs found

    VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC)

    Get PDF
    Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu material penyusun lapisan ini haruslah material yang  berkualitas baik. Kadar agregat dalam perkerasan lentur umumnya berkisar antara 90-95% dari berat total.  Partikel pipih dan kelonjongan dari agregat pada perbandingan antara 1:5, tidak boleh lebih besar dari 10 % (spesifikasi  divisi 6, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh agregat pipih dalam campuran aspal beton dengan menambahkan kadar agregat pipih yang bervariasi: 0%; 5%; 10%; 15%; 20% dan 25% pada campuran aspal beton yang mempunyai kombinasi agregat yaitu: 18% Batupecah 2/3 + 17% Batupecah 1/2 + 19% Batu pecah 1/1 + 44% abubatu + 2% Filler. Setelah dibuat masing-masing 3 benda uji dengan kadar aspal  berkisar antara: 5%; 5,5%; 6,0%; 6,5% dan 7,0%, maka didapat kadar aspal  sebesar 6% yang akan dipergunakan untuk pembuatan sampel benda uji untuk menentukan pengaruh agregat pipih terhadap nilai karaktristik aspal beton. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar agregat yang akan dipergunakan pada campuran aspal beton tidak boleh >10% karena hal ini akan mempengaruhi stabilitas dari aspal beton

    Analisa Agregat terhadap Kuat Tekan Beton pada Pembangunan Jalan Isimu-paguyaman (Pavement Rigid)

    Full text link
      Beton adalah suatu material bangunan yang diperoleh dari pencampuran agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil, split), air dan semen Portland dengan suatu takaran tertentu. Dalam perencanaan suatu beton dituntut adanya hasil perencanaan yang menghasilkan beton dengan kuat tekan yang sesuai dengan yang diinginkan. Agregat kasar selalu memiliki porsi perbandingan campuran yang lebih banyak dibanding bahan lainnya, sehingga peranan agregat kasar diduga akan sangat menentukan karakteristik dari beton yang akan dibuat. Sejalan dengan berkembangnya teknologi beton yang digunakan oleh masyarakat maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan agregat kasar dengan karakteristik tertentu agar dapat dihasilkan kuat tekan beton yang paling menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton yang didesain dengan rancangan metode SK SNI 03-2847-2002 dengan beton mutu f'cr 29,05 Mpa atau 350 kg/cm2, dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 452,41 kg/cm2 atau f'cr 37,55 Mpa. Dengan menggunakan material batu pecah yang bergradasi seragam dan berukuran maksimum 50 mm yang diambil dari material pembangunan ruas jalan Isimu – Paguyaman. Berdasarkan pengujian di laboratorium menunjukan hasil nilai rata-rata kuat tekan beton adalah 168,67 kg/cm2  atau f'cr 14 Mpa. Itu artinya nilai kuat tekan yang diperoleh lebih rendah dari nilai kuat tekan rencana. Sehingga nilai rata-rata kuat tekan beton dianggap tidak memenuhi persyaratan mutu kekuatan beton.   Kata-kata kunci : gradasi, agregat kasar, kuat tekan beto

    PENGARUH KEPIPIHAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS-A

    Get PDF
    Lapis Pondasi Agregat kelas-A atau juga disebut lapis pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang berada dibawah lapis perkerasan aspal dan terbuat dari campuran agregat kasar dan agregat halus sedemikian rupa sehingga sesudah dihampar dan dipadatkan memberikan kestabilan dan daya dukung yang tinggi; yang diukur dengan nilai CBR. Selain susunan ukuran butir atau gradasi, bentuk butiran batu mempengaruhi besarnya CBR. Bentuk butiran yang pipih (dinyatakan dengan indeks kepipihan) juga akan mempengaruhi daya dukung. Dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh kepipihan butiran agregat kasar terhadap daya dukung Lapis Pondasi Agregat Kelas-A. Penelitian dilakukan terhadap sample material yang terpilih dan sudah sering digunakan yakni dari lokasi sumber Lilang. Penelitian diawali dengan memeriksa sifat-sifat bahan yang digunakan mengacu pada persyaratan spesifikasi Teknik Bina Marga 2010, kemudian dibuat benda uji dengan kandungan agregat kasar yang berbentuk pipih bervariasi; dalam hal ini dibuat variasi 0 %, 25 %, dan 50 % dan dilakukan uji pemadatan yang ditentukan berdasarkan SNI 03-1743-1989 untuk memperoleh kadar air optimum dan berat kering maksimum, selanjutnya dilakukan pengujian CBR berdasarkan SNI 03-1744-1989. Hasil penelitian diperoleh jika indeks kepipihan 0% didapat nilai CBR =117%, indeks kepipihan 25% didapat nilai CBR= 110% dan indeks kepipihan 50% didapat nilai CBR =95%. Dengan demikian disimpulkan bahwa kepipihan mempengaruhi daya dukung Lapis Pondasi Agregat Kelas-A, dan semakin banyak kandungan agregat kasar yang berbentuk pipih semakin rendah nilai CBR. Kata kunci : Kepipihan, Lapis Pondasi Agregat kelas-A, CB

    PERFORMANCE OF ASPHALT CONCRETE CONTAINING CRUSHED AND UNCRUSHED GRAVEL WITH HIGH FLAT-PARTICLE CONTENT

    Get PDF
    The aggregate shapes affect corresponding asphalt concrete performance. Asphalt concrete composed of more cubical, angular, and coarse-textured aggregates has higher performance than the one composed of elongated, flat, rounded, and smooth aggregates. Nevertheless, the available materials might be not perfect, for example, the materials might be the gravel with high flat-particle content. These gravels commonly are crushed to form angular and coarse-textured particles; however, the post-crushing products might be flatter, although the shapes become angular and coarse. No research has been found that compares the performance of asphalt concrete containing such aggregates. The objective of this study is to compare the performance of asphalt concrete containing high flat-particle content crushed gravel and the one containing high flat-particle content uncrushed gravel, in term of Marshall stability and Marshall durability. The Marshall method was used, in which, a total of 27 samples of asphalt concrete were tested. The result shows that the stability of asphalt concrete composed of crushed gravel with high flat-particle content is 38.8% better than the one composed of uncrushed gravel with high flat-particle content. In addition, the durability of the asphalt concrete composed of the crushed aggregate is 5.6% better than the one composed of the uncrushed aggregate. Bentuk agregat mempengaruhi kinerja beton aspal. Beton aspal yang mengandung agregat yang menyerupai kubus, bersudut, dan bertekstur kasar memiliki kinerja lebih baik dibandingkan dengan beton aspal yang mengandung agregat yang relatif bulat, lonjong, pipih, dan bertekstur licin. Namun, agregat yang tersedia tidak selalu sempurna. Material yang tersedia terkadang dapat berupa kerikil dengan kandungan agregat pipih yang tinggi. Kerikil ini biasanya dipecah untuk menjadi agregat yang bersudut dan bertekstur kasar, namun setelah dipecah agregat dapat lebih pipih walaupun bentuknya bersudut dan teksturnya kasar. Sejauh ini, belum ditemukan penelitian yang membandingkan kinerja beton aspal yang mengandung kerikil dengan kandungan agregat pipih yang tinggi pada saat agregat belum dan sudah dipecah. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan beton aspal yang mengandung kerikil yang dipecah dengan kepipihan yang tinggi dan beton aspal yang mengandung kerikil yang tidak dipecah juga dengan kandungan agregat pipih yang tinggi, dalam hal stabilitas dan durabilitas Marshall. Metode yang digunakan adalah Metode Marshall. Pada metode ini, total 27 benda uji dites. Hasil penelitian menunjukkan stabilitas beton aspal yang mengandung agregat yang dipecah adalah 38.8% lebih baik dibandingkan dengan beton aspal yang mengandung agregat yang tidak dipecah. Begitu juga, durabilitas beton aspal yang mengandung agregat yang dipecah 5.6% lebih baik daripada beton aspal yang mengandung agregat yang tidak dipecah

    PENGARUH BENTUK AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON, KUAT LENTUR BETON, DAN ABSORPSI BETON

    Get PDF
    Beton adalah suatu elemen dalam konstruksi yang merupakan struktur sederhana yang dibentuk oleh campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar yang berupa kerikil dan bahan campuran lainnya. Pada penelitian ini akan membahas tentang pemilahan bentuk agregat kasar yang berbentuk lonjong, pipih dan kubikal apakah berpengaruh pada kuat tekan beton, kuat lentur beton dan absorpsi beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan campuran beton normal dan beton yang menggunakan 100% agregat kasar lonjong, 100% agregat pipih dan 100% agregat kasar kubikal. Penelitian ini terdiri terdiri dari dua jenis benda uji yaitu beton silinder dan beton balok yang masing-masing terdiri tiga sample benda uji. Benda uji kuat tekan beton menggunakan silinder berukuran Ø15 cm, tinggi 30 cm sebanyak 12 buah, benda uji kuat lentur beton menggunakan balok berukuran panjang 60 cm, tebal 15 cm, dan lebar 15 cm sebanyak 12 buah, benda uji absorpsi menggunakan silinder berukuran Ø10 cm, tinggi 20 cm sebanyak 12 buah. Dengan menggunakan perbandingan beton normal dan pemilahan agregat kasar berbentuk lonjong, pipih dan kubikal dengan mutu beton fc’ 25 MPa. Pengujian kuat tekan beton, kuat lentur beton dan absorpsi beton dilakukan pada saat umur 28 hari. Berdasarkan uji kuat tekan beton nilai rata-rata kuat tekan beton penggunaan agregat pipih sebesar 24,90 MPa, nilai rata-rata kuat tekan beton penggunaan agregat lonjong sebesar 25,24 MPa, nilai rata-rata kuat tekan beton penggunaan agregat kubikal sebesar 26,36 MPa. Untuk uji kuat lentur beton nilai rata-rata kuat lentur beton penggunaan agregat pipih sebesar 3,02 MPa, nilai rata-rata kuat lentur beton penggunaan agregat lonjong sebesar 3,14 MPa, nilai rata-rata kuat lentur beton penggunaan agregat kubikal sebesar 3,28 MPa. Dan dari hasil perhitungan pengujian absorpsi untuk penggunaan agregat berbentuk pipih mendapat nilai 0,017 %, untuk penggunaan agregat berbentuk lonjong mendapat nilai 0,010 %, untuk penggunaan agregat berbentuk kubikal mendapat nilai 0,020 %. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai terbaik dengan menggunakan agregat kasar berbemtuk kubikal. i Kata kunci : beton, agregat, kuat tekan, kuat lentur, absorps

    Pengaruh Penggunaan Pasir Menggala Kabupaten Rokan Hilir pada Campuran Laston Lapis Aus

    Full text link
    Menggala sand is one of the natural sand obtained from the mound excavation located in the Province of Riau, and if the terms of the costs of using natural sand is certainly cheaper than the fine aggregates quarry result, it is not required additional costs for the fragmentation. Use of Menggala sand still limited and not optimal so that there should be research on the use Menggala sand as fine aggregate against asphalt concrete wearing course (AC-WC) with reference to the Specifications of Bina Marga 2010 3rd Revision. The purpose of this study was to determine the characteristics (properties) of natural Menggala sand whether it meets the requirements to be used as a mixture of AC-WC and influence the use of Menggala sand on performance or quality AC-WC through an examination of the characteristics of Marshall. Specifications of Bina Marga 2010 3rd Revision restricting the use of natural sand 15% of the total weight of the mixture of aggregate. Given the low cost of natural sand use in this study tested levels of sand with a variation of 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. The results showed that a mixture of AC-WC with Menggala sand as fine aggregate eligible VMA (voids in mineral aggregate), VIM (voids in the mix), VFA (voids filled with asphalt), stability, Flow and Index of Retained Strength (IRS ) determined by the Specifications of Bina Marga 2010 3rd Revision to 20% sand content with optimum bitumen respectively - were based on variations in the sand content of 6.3%, 6.33%, 6.15%, 6.1% and 5.925%

    Pemanfaatan Limbah Oil Sludge untuk Campuran Beraspal Jenis Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton) dengan Pengujian Marshall

    Full text link
    Riau Province is well-known for its petroleum industry. The exploration and production activities of the industry produce waste products which potentially contaminate the environment. One of the petroleum waste is oil sludge. Based on the PP 101 2014, oil sludge is categorized as hazardous and toxic waste (B3) that must be processed before disposal. This study aims to investigate the potential of oil sludge as a partial replacement of asphalt in Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC). In this study the variation of oil sludge addition was 0%, 4%, 6% and 8% of the weight of asphalt. The addition of oil sludge decreased the optimum asphalt content (OAC) and increased the unit weight of the asphalt concrete mixture. This is caused by the fine grains contained in the oil sludge. Based on the Marshall characteristics test results, the maximum allowable content of oil sludge that could be used was 4% with 6.43% of OAC and 1,231 kg of average stability value which satisfied the specifications of Bina Marga 2010 Revision 3
    • …
    corecore