23 research outputs found

    Pengolahan limbah cair industri pelapisan logam dengan proses elektrokoagulasi secara kontinyu

    Get PDF
    Limbah cair industri pelapisan logam berasal dari hasil pembilasan pada proses pelapisan dengan Chrome, masih banyak terkandung zat berbahaya apabila langsung dibuang kelingkungan. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan elektrokoagulasi. Metode ini memiliki potensi penjernihan limbah cair pelapisan logam dan penurunan kandungan logam yang terkandung tanpa adanya penambahan koagulan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan metoda elektrokoagulasi untuk menetralkan pH, serta menurunkan kadar TSS dan Cr pada limbah dan untuk mengetahui pengaruh perubahan laju alir dan kuat arus untuk menetralkan pH, serta menurunkan kadar TSS dan Cr pada limbah. Parameter yang diuji meliputi pH, TSS (Total Suspended Solid), dan Cr. Proses elektrokoagulasi menggunakan listrik searah melalui elektroda. Reaktor elektrokoagulasi yang dipasangkan kabel ke power suplay kemudian disambungkan ke arus listrik dengan variasi kuat arus (1,2 ; 1,6 ; dan 2 A) dan variasi laju alir (0,78 ; 1,32 ; 2,7 L/menit). Hasil penelitian didapat kondisi optimum pada kuat arus 2 A dan laju alir 0,78 L/menit dengan kenaikan pH dari 4,5 menjadi 6,6, penurunan TSS dari 3,2 menjadi 1,2 mg/L, penurunan Cr sebesar 82,4 % dari 1,5 mg/L menjadi 0,263 mg/L

    Studi Penurunan Konsentrasi Kromium Dan Seng Dalam Limbah Cair Elektroplating Artificial Dengan Metoda Elektrokoagulasi

    Full text link
    Electrocoagulation is selected method to decrease concentration of heavy metal Cr and Zn, because it is easy in operation without using chemical addition that harmful for human. The purpose of this research studied the influence of efficiency toward the loading of concentration and the performance of electrode during electrocoagulation process used on continuous system. This experiment used three types of artificial wastewater, they were waste 1 contained 30.11 mg/L of Cr, 50.61 mg/L of Zn, 50.14 mg/L of Cu, waste 2 contained 41.08 mg/L Cr, 105.30 mg/L Zn, 103.25 mg/L Cu, and waste 3 contained 50.07 mg/L of Cr, 202.58 mg/L of Zn, 208.61 mg/L of Cu. This experiment used aluminum electrode with dimension of 10 cm x 15 cm, voltage of 12 volt, current strength of 5 ampere, and the operating time was 360 minutes by taking sample every 30 minutes. There was the washing of electrode every 120 minutes to increase the performance of electrode. Based on the research had been obtained the optimum time at each sample was 120 minutes which research up to 97% of efficiency and the optimum time of using electrode was 240 minutes. The best reduction of Zn reached 97.68% with the initial concentration of 50.61mg/L

    Pengaruh Kadar BOD, COD, pH dan TSS Pada Limbah Cair Industri Tahu dengan Metode Media Filter Adsorben Alam dan Elektrokoagulasi

    Get PDF
    Tahu merupakan makanan yang digemari di Indonesia dan industri tahu merupakan salah satu industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Tingginya konsumen tahu membuat industri tahu semakin banyak bermunculan, namun dengan bertambahnya industri tahu juga akan berdampak menghasilkan limbah yang lebih banyak. Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri tahu adalah limbah cair. Limbah cair industri tahu mengandung COD, BOD, pH dan TSS yang tinggi dan jika langsung dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu akan mengakibatkan penunuran kualitas sungai tersebut. Sehingga perlu adanya pengolagan limbah industri tahu dengan menggunakan metode media filter adsorben alam dan metode elektrokoagulasi. Dari hasil pengolahan limbah cair industri tahu terdapat penurunan kadar yang cukup signifikan dengan menggunakan metode media filter adsorben alam menghasilkan kada BOD sebesar 784 mg/L, COD sebesar 2166 mg/L, pH sebesar 5, dan TSS sebesar 460 mg/L. Pada metode elektrokoagulasi mendapatkan hasil variasi teganga optimum yang berbeda pada tiap parameter yaitu BOD sebesar 1701 mg/L dengan tegangan 20 volt, COD sebesar 533 mg/L dengan tegangan 20 volt, pH sebesar 7 dengan tegangan 30 volt dan TSS sebesar 400 mg/L dengan tegangan 30 volt

    PENGOLAHAN LIMBAH CAIR STOCKPILE BATUBARA UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

    Get PDF
    Stockpile batubara merupakan tempat penampungan sementara batubara. Pemanfaatan lahan untuk lokasi stockpile batubara dapat mempengaruhi kualitas lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan dari run-off stockpile dan coal wetting mengandung logam, padatan tersuspensi dan sejumlah zat terlarut. Keberadaan limbah cair yang berasal dari perlindian batubara dapat menurunkan derajat keasaman (pH) serta meningkatkan kandungan padatan tersuspensi total (TSS), besi (Fe), dan Mangan (Mn) yang bila tidak diolah akan memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya. Pemantauan dampak lingkungan pada stockpile dimaksudkan untuk melakukan pengkajian lingkungan akibat adanya dampak yang timbul dengan keberadaan dan kegiatan operasional penumpukan batubara. Analisis dampak, berdasarkan nilai efluen, pencemaran udara (debu), tanah dan air dengan melihat parameter dari limbah cair batubara yaitu pH, TSS, logam Mn, dan Fe (Pergub Sumsel No. 8 Tahun 2012). Penelitian diarahkan pada pengolahan limbah cair stockpile batubara skala laboratorium dengan menggunakan proses elektrokoagulasi (tanpa menggunakan koagulan) secara batch dan kontinyu dengan menggunakan elektroda aluminium dengan memvariasikan arus 1 – 5 ampere dan lamanya waktu kontak antara limbah cair dengan elektroda (60, 75, 90, 120 menit). Pada tahap awal akan mengkarakterisasi limbah cair stockpile batubara. Hasil dari karakterisasi yaitu pH 4,8, kadar TSS 324 ppm, kadar logam Fe 7,86 ppm, dan kadar logam Mn 6,44 ppm. Hasil ini dipakai sebagai acuan dalam mengolah limbah cair stockpile batubara. Hasil pengolahan secara batch menunjukkan efisiensi penyisihan polutan 89,7% untuk logam Fe, 94,6% untuk logam mangan dengan waktu reaksi optimum 120 menit dan density arus 1000 A/m2, sedangkan hasil dari pengolahan limbah cair stockpile batubara secara kontinyu menunjukkan hasil yang lebih baik, dimana efisiensi penyisihan untuk logam Fe 99,11%; logam Mn 95,65%, dan TSS 88,67% dengan kondisi operasi potensial listrik 24 volt dan waktu reaksi 120 menit

    MODEL PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TERPADU DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

    Get PDF
    Teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan adalah koagulasiflokulasi. Metode ini mempunyai kelemahan pada biaya pengolahan yang tinggi dan volume sludge yang besar. Untuk itu digunakan metode alternatif yang lebih efektif yaitu metode elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan metode koagulasi dengan menggunakan arus listrik melalui peristiwa elektrokimia. Prinsip kerja elektrokoagulasi adalah pelarutan logam anoda (M+) yang kemudian bereaksi dengan ion hidroksi (OH-) membentuk koagulan. Limbah yang akan diolah dengan metode elektrokoagulasi ini adalah limbah cair terpadu. Penelitian ini dilakukan secara batch dimana limbah cair diletakkan di dalam sel elektrokimia yang terdapat elektroda dengan dimensi 15 cm x 15 cm. Parameter yang divariasikan adalah jenis elektroda yaitu elektroda aluminium dan tegangan 6, 9 dan 12 volt, serta waktu proses 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Pada saat awal dilakukan karakterisasi beberapa jenis sampel limbah cair seperti limbah cair tahu, limbah cair kelapa sawit, limbah domestic dan laundry, serta lindi pada TPA. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap limbah cair terpadu dengan kondisi operasi yang diperoleh sebelumnya. Kondisi optimum untuk elektroda aluminium yaitu tegangan 12 volt dan waktu proses 150 menit. Efektivitas elektrokoagulasi limbah cair terpadu menggunakan elektroda aluminium adalah TDS 88,96%, TSS 50%, COD 87,96%, BOD5 52,98%, PO4 35,37%, Fe 62,5% dan Pb 85% dengan efisiensi arus 78,91%. Hasil penelitian ini telah memenuhi standar baku mutu lingkungan

    Separation of Chromium(VI) Metal in Wastewater Using Electrocoagulation Method with NaCl Coagulant

    Get PDF
    Waste has become an environmental problem that needs attention in its handling. Metal Cr (VI) is one of the components of a very dangerous pollutant produced by industrial activities, such as textiles. In fact, there are still many textile industry players who do not treat their waste because they feel that the processing requires expensive upfront costs. Therefore, this research was conducted to perform a sewage treatment system with a separation technique using an alternative method, namely electrocoagulation using NaCl coagulant. The research was conducted at the Laboratory of Applied Chemistry and Toxicology at the Rajawali Health Institute. The sample used is a sample of liquid waste taken directly from a textile industry in Bandung, Indonesia. The results showed a decrease in the levels of Cr (VI) after the electrocoagulation process until it reached a percentage value of 64.02%. Based on this, it can be said that the electrocoagulation method is effective enough to be used as a simple treatment technique to reduce the levels of Cr (VI) metal in wastewater.Limbah telah menjadi masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian dalam penanganannya. Logam Cr(VI) merupakan salah satu komponen limbah yang sangat berbahaya yang dihasilkan oleh kegiatan industri, seperti tekstil. Faktanya, masih banyak pelaku industri tekstil yang tidak mengolah limbahnya karena merasa pengolahannya membutuhkan biaya  mahal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan sistem pengolahan limbah dengan teknik pemisahan menggunakan metode alternatif yaitu elektrokoagulasi menggunakan koagulan NaCl. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Terapan dan Toksikologi, Institut Kesehatan Rajawali. Sampel yang digunakan adalah sampel limbah cair yang diambil langsung dari sebuah industri tekstil di Bandung, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar Cr(VI) setelah proses elektrokoagulasi hingga mencapai nilai persentase 64,02%. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa metode elektrokoagulasi cukup efektif digunakan sebagai teknik pengolahan sederhana untuk menurunkan kadar logam Cr(VI) dalam air limbah

    PENGARUH WAKTU DAN KUAT ARUS PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

    Get PDF
    Air payau biasa terjadi akibat intrusi air asin ke air tanah. Hal ini karena degradasi lingkungan. Air payau yang mengandung pencemaran logam tingkat tinggi seperti Fe, Cl, Mn, Zn, dll. Air payau juga biasanya memiliki kadar TDS (Total Dissolved Solid), total kesadahan yang tinggi dan nilai pH air payau bersifat asam. Oleh karena itu, air payau harus diolah terlebih dahulu agar layak untuk digunakan sebagai air tawar. Instalasi pengolahan air payau dijalankan berdasarkan elektrokoagulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menkaji pengaruh waktu dan kuat arus terhadap menetralkan pH, dan menurunkan kadar TDS, total kesadahan dan Mn pada air payau. Parameter yang diuji meliputi pH, TDS, total kesadahan dan Mn menggunakan AAS. Proses elektrokoagulasi menggunakan daya listrik yang mengalir searah dengan elektroda. Reaktor elektrokoagulasi dipasangkan dengan kabel yang dihubungkan ke catu daya kemudian dihubungkan ke arus listrik dengan variasi waktu (20, 50, 80 dan 110 menit) dan variasi arus (1,2 ; 1,6 ; 2 ; 2,2 ; dan 2,6A). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi terbaik penurunan TDS  pada waktu 110 menit dan kuat arus 2,2 A yaitu 940 mg/l, total kesadahan pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 480 mg/l, dan nilai pH yang terbaik pada waktu 80 menit dan 110 menit dengan kuat arus 0,8 A yaitu 7. Terjadi penurunan pada konsentrasi Mn pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 0.0124 mg/l dan perubahan warna setelah elektrokoagulasi

    Pengolahan limbah elektroplanting Untuk Penurunan TSS, Total Krom, Dan Nikel Dengan teknik Fitoremediasi Sistem SSF-Wetland

    Get PDF
    Industri elektroplating memiliki karakteristik air limbah yang bervariasi. Kuantitas air limbah yang dihasilkan tidak terlampau besar tetapi, tingkat toksisitasnya sangat berbahaya dilihat dari parameter utama Krom dan Nikel. Oleh karena itu diperlukan sistem pengolahan lanjutan menggunakan teknik fitoremediasi lahan basah buatan sistem aliran bawah permukaan (SSFwetland). Pada penelitian ini menggunakan reaktor kontiyu yang memanfaatkan Tanaman Bambu Air dan Tanaman Lotus, mengunakan variasi berat basah tanaman 81 gr dan 198 gr serta variasi laju pembebanan hidrolis 100 l/m .hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi reaktor aliran bawah permukaan dengan variasi berat basah tanaman, dan mengetahui pengaruh laju pembebanan hidrolis dalam menyisihkan konsentrasi TSS, Nikel, dan Total Krom pada limbah elektroplating setelah pengolahan fisik-kimia (Flokulasi-Koagulasi). Reaktor aliran bawah permukaan dengan variasi berat basah tanaman 198 gr dan laju pembebanan hidrolis 210 l/m 2 2 .hari dan 210 l/m .hari mampu menurunkan TSS sebesar 75% dengan menggunakan Tanaman Lotus pada berat-basah tanaman 198 gr dan laju pembebanan hidrolis 100 l/m 2 .hari, sedangkan parameter Nikel dan Total Krom memiliki efisiensi penurunan sebesar 55,47% dan 61,13% dengan menggunakan Tanaman Lotus pada berat-basah tanaman 198 gr dan laju pembebanan hidrolis 210 l/m 2 .hari.

    MODEL KINETIKA REAKSI ADSORBSI PADA PROSES ELEKTROKOAGULASI

    Get PDF
    Stockpile batubara merupakan tempat penampungan sementara sebelum batubara dikirim ke produsen atau konsumen. Pemanfaatan lahan untuk lokasi stockpile batubara dapat mempengaruhi kualitas lingkungan, baik lingkungan udara, air, dan tanah. Aktivitas di stockpile batubara berdampak terhadap kualitas udara seperti kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat dan peningkatan debu akibat bongkar muat batubara. Kualitas air terganggu akibat dari limbah cair yang dihasilkan dari run-off stockpile dan coal wetting, yang mengandung logam, padatan tersuspensi dan sejumlah zat terlarut. Keberadaan limbah cair yang berasal dari perlindian batubara dapat menurunkan derajat keasaman (nilai pH) serta meningkatkan kandungan padatan tersuspensi (TSS), logam besi (Fe) dan mangan (Mn) yang bila tidak diolah akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Penelitian diarahkan pada pembuatan model kinetika reaksi adsorbs pada proses elektrokoagulasi stockpile batubara. Dengan adanya data-data kinetika maka untuk jangka panjang dampak negatif akibat keberadaan dan aktivitas stockpile batubara dapat dikurangi dan dapat dilakukan tindakan preventif. Penelitian diawali dengan menentukan karakteristik limbah cair stockpile batubara, mengolah limbah cair stockpile batubara dan melihat penurunan konsentrasi polutan akibat proses elektrokoagulsi tersebut. Hasil pengukuran dan analisis di laboratorium digunakan untuk membuat model kinetika baik untuk model Langmuir dan Freundlich. Model persamaan penurunan TSS untuk volume 1000 mL adalah y = 406 e-0,131, dimana nilai k adalah 0,131. Model persamaan penurunan logam Fe untuk volume 1000 mL adalah y = 6,34 e-0,113, dimana nilai k adalah 0,113. Model persamaan penurunan logam Mn untuk volume 1000 mL adalah y = 2,47e-0,058, dimana nilai k adalah 0,058. Untuk adsorpsi secara elektrokoagulasi untuk logam Fe dan Mn, model kinetika yang cocok adalah reaksi orde 1, dan model kinetika adsorpsi Isotherm Langmuir daripada Isotherm Freundlich

    Studi Penurunan Kadar Logam Kromium (Cr)Dalam Limbah Buatan Elektroplating Menggunakan Metode Presipitasi dan Adsorpsi

    Get PDF
    Logam kromium (Cr) merupakan salah satu logam yang bersifat sangat toksik bagi manusia dan hewan karena sifatnya yang karsinogenik. Logam Cr ini banyak dihasilkan dari limbah industri elektroplating karena bahan utama yang digunakan dalam kegiatan plating logam menggunakan larutan kromium. Tujuan dari penelitian ini mengetahui efisiensi kombinasi metode presipitasi dan adsorpsi dalam pengolahan limbah elektroplating secara batch dan kontinyu di Laboratorium, kemudian menganalisis isotherm dan kinetika adsorpsi karbon aktif yang digunakan, selanjutnya menentukan desain kolom scale up. Dalam penelitian ini, untuk adsorpsi digunakan arang tempurung kelapa yang telah diaktivasi menggunakan asam sulfat (H2SO4). Variasi ukuran adsorben yang digunakan adalah 8 mesh (3,60 mm), 10 mesh (2,00 mm), dan 12 mesh (1,70 mm). Karbon aktif sebelum dan sesudah digunakan sebagai adsorben dikarakterisasi menggunakan metode SEM-EDX. Penurunan kadar Cr dalam sampel limbah dilakukan dengan menambahkan Ca(OH)2 sebagai presipitan. Selanjutnya efluen proses presipitasi dilanjutkan proses adsorpsi menggunakan variasi ukuran dan massa adsorben, konsentrasi Cr, dan waktu adsorpsi. Analisis kandungan logam Cr menggunakan metode AAS. Adsorpsi sistem kontinyu dilakukan berdasarkan efisiensi penyisihan optimum yang diperoleh pada sistem batch. Hasil karakterisasi karbon aktif tempurung kelapa sebelum adsorpsi mengandung pori yang teratur dan terdistribusi merata pada permukaan adsorben dan digunakan dalam adsorpsi pori yang terbentuk sebelumnya dan telah tertutupi oleh logam Cr pada permukaan adsorben. Efisiensi penurunan kadar Cr pada presipitasi terjadi pada pH optimum 9 adalah dengan penurunan kadar Cr sebesar 76,42% dari konsentrasi awal Cr yang adalah 98,07 mg/l. Efisiensi penurunan kadar Cr pada proses adsorpsi sistem batch adalah 97,39% pada konsentrasi larutan 11,52 mg/l, dan massa adsorben adalah 8 gram dengan ukuran adsorben 12 mesh (2,37 mm). Isotherm adsorpsi yang terjadi mengikuti persamaan Freundlich sedangkan kinetika adsorpsi mengikuti persamaan reaksi orde satu. Efisiensi penyisihan optimum pada proses proses kontinyu adalah 98.95% pada perlakuan awal dengan ketinggian media 40 cm dan konsentrasi larutan Cr 11,52 mg/l. Perhitunga desain kolom scale up yang diperoleh adalah kapasitas air yang dapat diolah sebesar 0,05 BV/jam dengan densitas adsorben sebesar 529,20 kg/m3 dan jumlah volume terolah per massa adsorben adalah 29,4 liter/kg. ================================================================================================ Chromium (Cr) is a very toxic metal to humans and animals due to its carcinogenic nature. Cr is mostly produced from electroplating industrial waste as the main material used in metal plating activities is Cr solution. The purpose of this study was to determine the efficiency of the combination of precipitation and adsorption methods in batch and continuous electroplating waste treatment in the laboratory, thereafter analyze the isotherm and the adsorption kinetics of the activated carbon used subsequently determine the scale up column design. This study used coconut shell charcoal which was activated using sulfuric acid (H2SO4) for adsorption. The size variations of the adsorbent used were 8 mesh (3.60 mm), 10 mesh (2.00 mm), and 12 mesh (1.70 mm). Activated carbon was characterized using the SEM-EDX method before and after use as an adsorbent. Reduction level of Cr in samples occurred by adding Ca(OH)2 as a precipitant. Furthermore, the effluent of the precipitation was processed towards adsorption using size and mass variations of the adsorbent, Cr concentration, and adsorption time. Analysis of Cr metal content was carried out by using AAS method. Continuous adsorption was carried out based on the optimum removal efficiency obtained in a batch system. Characterization result of activated carbon from coconut shell before adsorption contained regular and evenly distributed pores on the surface of the adsorbent. After adsorption, the pores previously formed were covered by Cr metal on the surface of the adsorbent. The removal efficiency of Cr level through precipitation occurred at optimum pH 9 with Cr reduction of 76.42% from the initial Cr concentration which was 98.07 mg/L. The removal efficiency of Cr in the batch system adsorption process was 97.39% at a solution concentration of 11.52 mg/L. Adsorbent mass was 8 grams with a size of 12 mesh adsorbent (2.37 mm). The adsorption isotherm occurred, following the Freundlich equation while the adsorption kinetics following the first order reaction equation. The optimum removal efficiency in the continuous process was 98.95% in the initial treatment with a media height of 40 cm and Cr solution concentration of 11.52 mg/L. The scale up column design obtained at the capacity of treated water of 0.05 BV/hour with an adsorbent density of 529.20 kg/m3 and the quantity of treated volume per adsorbent mass was 29.4 liters/kg
    corecore