1,191 research outputs found
Pemberian Scaffolding untuk Memperbaiki Proses Berpikir Komputasional Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Berpikir komputasional didefinisikan sebagai proses pemecahan masalah menggunakan logika secara bertahap dan sistematis. Kemampuan berpikir ini sangat dibutuhkan untuk membantu dan memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa belum mampu menggunakan abstraksi terhadap masalah matematika yang diberikan serta melakukan algoritma. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses berpikir komputasional siswa pada pemecahan masalah matematika melalui scaffolding menggunakan soal HOTS model PISA materi program linear kelas XI di MA Daruttauhid Malang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun data penelitian terdiri atas jawaban siswa, think aloud, dan hasil wawancara semiterstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scaffolding dapat membantu dan memperbaiki proses berpikir komputasional karena pemberian pertanyaan, petunjuk, pengingat, arahan, atau dorongan membuat berpikir komputasional siswa menjadi aktif secara optimal. Hal ini dibuktikan dari tahapan berpikir komputasional siswa yang sebelumnya hanya mampu mencapai pengenalan pola, menjadi siswa yang dapat mencapai tahap abstraksi dan berpikir algoritma dalam memecahkan masalah masalah matematika
PENGGUNAAN DEFRAGMENTING STRUKTUR BERPIKIR PADA PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI BERPIKIR PSEUDO
Berpikir merupakan aktivitas melibatkan pikiran manusia yang digunakan untuk mengambil keputusan melalui informasi yang diberikan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan yang sering dilakukan oleh peserta didik yang sering ditemukan dalam cara berpikir pseudo adalah tidak bisa menghubungkan antara konsep berpikir yang diberikan dan penyelesaian dari permasalahan yang ada. Penelitian ini berfokus pada penggunaan defragmenting struktur berpikir pada peserta didik yang mengalami berpikir pseudo dengan melihat masalah berpikir secara utuh tentang konstruksi konsep, berpikir analogi, penempatan konsep dan pseudo konsep matematika. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat proses berpikir pseudo dengan menggunakan defragmenting struktur berpikir pada peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan sistematik kualitatif. Pengumpulan data berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap pencarian dan tahap pemilihan artikel. penulis memfilter 5 artikel yang memenuhi persyaratan untuk tinjauan sistematis. Kelima artikel ini memuat 52 subjek penelitian dengan hasil sebelum dan sesudah defragmenting. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat tiga jenis proses defragmenting yang dilakukan dalam menyelesaikan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik dalam struktur berpikir pseudo yaitu memperbaiki pemikiran logis, perbaikan pemikiran analogis dan memperbaiki skema. Jenis defragmenting yang paling banyak dilakukan adalah scaffolding, Conflict Cognitive dan gabungan Scaffolding, Conflict Cognitif dan desiquilibrasi dan defragmenting dengan melakukan intervensi terhadap peserta didi
Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Kalkulus Integral Berdasarkan Newman's Error Analysis dan Upaya Pemberian Scaffolding
Kalkulus integral merupakan salah satu mata kuliah matematika yang memerlukan tingkat penalaran, kemampuan komunikasi serta kemampuan berpikir tingkat tinggi yang memadai untuk dapat memahami dan menyelesaikan soal. Oleh karena itu, banyak mahasiswa mengalami kesulitan saat mempelajarinya sehingga melakukan banyak kesalahan saat memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kesalahan mahasiswa berdasarkan Newman’s Error Analysis (NEA) dalam menyelesaikan soal kalkulus integral disertai dengan pemberian scaffolding. Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Unika Santu Paulus yang mengikuti perkuliahan kalkulus integral. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan wawancara tidak terstruktur. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukan mahasiswa pada tipe indikator 1 (reading error), mahasiswa rata-rata melakukan kesalahan pada indikator 2 (comprehension error) sebesar 39%, rata-rata kesalahan pada indikator 3 (transformation error) sebesar 71%, rata-rata kesalahan pada indikator 4 (process skills error) sebesar 76% dan rata-rata kesalahan yang paling banyak dilakukan pada indikator 5 (encoding error) sebesar 87%. Scaffolding yang digunakan untuk mengatasi semua kesalahan mahasiswa hanya sampai pada scaffolding level 2 yaitu explaining, reviewing, dan restructuring. Pemberian scaffolding yang dilakukan dosen bersifat menjelaskan, meninjau dan merestrukturisasi sehingga mendorong mahasiswa untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Bertolak dari hasil penelitian ini, maka dosen diharapkan untuk melakukan kegiatan perkuliahan yang bermakna bagi mahasiswa sehingga tidak mudah untuk melupakan konsep-konsep materi yang telah dijelaskan
Pemberian scaffolding terhadap berpikir pseudo penalaran siswa dalam mengkonstruksi grafik fungsi
Struktur berpikir pseudo merupakan struktur berpikir semu yang dialami siswa ketika memecahkan suatu masalah, dimana siswa tidak mengetahui letak kesalahan yang dilakukan. Siswa diberikan masalah berupa soal mengkonstruksi grafik fungsi eksponensial dan logaritma. Beberapa penyebab terjadinya proses berpikir pseudo siswa ketika mengkonstruksi grafik fungsi eksponensial dan logaritma adalah adalah (1) salah satu langkah proses penyelesaian diabaikan siswa, (2) tergesa-gesa ketika menghitung atau menggambar, (3) tidak bisa mengaitkan konsep satu dengan yang lain, (4) kurang memahami materi prasyarat, dan (5) tidak melakukan aktivitas refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pemberian scaffolding terhadap struktur berpikir pseudo siswa dalam mengkonstruksi grafik fungsi eksponensial dan logaritma. Subjek penelitian ini terdiri dari 2 siswa dengan kemampuan matematika sedang dan rendah. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes dan wawancara untuk mengetahui proses berpikir pseudo siswa ketika mengkonstruksi grafik fungsi eksponensial dan logaritma. Dalam penerapan scaffolding, alat bantu yang digunakan adalah Geogebra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses scaffolding akan berhasil jika siswa memiliki kemauan untuk memperbaiki kesalahan sampai diperoleh jawaban yang benar. Pemberian scaffolding dimulai dari level 1 environmental provisions yaitu pemberian stimulus berupa masalah dengan alat bantu visualisasi, level 2 explaining, reviewing, and restructuring yaitu penjelasan rumusan masalah dan proses review. Pada level 3 developing conceptual thinking, yaitu tanya jawab hal-hal yang bersifat konseptual
Pemberian Scaffolding Berdasarkan Kesalahan Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
This research was aimed to elaborate on the form of scaffolding given by learners on algebra problem-solving. The approach used is descriptive qualitative. The study conducted in a junior high school in Malang Regency with 25 students and only two students were selected as research subjects to be given scaffolding level 2. Data collection method begins by requiring learners to solve algebra and next identify the pattern of mistakes or mistakes. Learners who have wrong answers, used as research samples. The results prove the form of scaffolding given the subject. If the subject experiences an error in understanding the problem, the scaffolding is given asking the subject to re-read the problem properly and carefully and give direction questions. However, if the subject has difficulty in making the planning of the settlement, the scaffolding given is giving the subject the opportunity to rearrange the design of the right answer. If the subject experiences an error in carrying out the planning, the scaffolding given is asking the subject to pay attention to the mathematical concept and to be careful in operating algebra
Pemberian scaffolding dalam pemecahan masalah matematis siswa SMP
This study aims to observe students' systematic problem solving by applying scaffolding. Providing a framework plays an important role for students who struggle to solve problems in the system of linear equations of two variables. The research subjects were Jambi Junior High School VIII grade students as many as two students. The research method used is descriptive qualitative method applied in the research process with data collected through Polya's problem solving description test two questions with unstructured interviews. Two students who solve problems in the form of descriptions begin to plan solutions to problems that are analyzed in general. So, the framework that can be given consists of description, structuring, and validation. Errors in problem solving can be addressed by observing the understanding of the problem, planning the solution, implementing the solution plan, and checking back
Struktur Berpikir Siswa Terhadap Kesalahan Membaca Berdasarkan Teori Newman dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Defragmentasi
Struktur berpikir merupakan refresentasi internal dari aktifitas mental siswa yang menggambarkan alur penyelesaian masalah matematika. Struktur berpikir ialah salah satu faktor yang mempengaruhi kesalahan penyelesaian masalah matematika siswa. Oleh karena itu, kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, membutuhkan solusi yang tepat, salah satunya dengan melakukan defragmentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan defragmentasi struktur berpikir siswa sekolah menengah pertama terhadap kesalahan membaca berdasarkan teori newman dalam menyelesaikan masalah matematika. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria, yaitu siswa yang memiliki kesalahan membaca (reading error). Data penelitian terdiri atas jawaban, rekaman hasil wawancara semi terstruktur dan hasil think aloud siswa. Adapun teknik analisis yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defragmentasi dapat membantu siswa untuk menata ulang struktur berpikir yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dengan lengkapnya struktur berpikir siswa dari tahap menafsirkan/memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
Analisis Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Penyajian Data dalam Diagram dan Pemberian Scaffoldingnya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan koneksi matematis Mahasiswa dalam menyelesaikan masalah penyajian data dalam diagram dan pemberian scaffoldingnya. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 mahasiswa Pendidikan Matematika kelas offering D Universitas Negeri Malang. Pemilihan subjek penelitian menggunakan cara purposive sampling dimana didasarkan pada proses penyelesaian tes koneksi matematis yang benar namun masih banyak proses yang salah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui tes serta wawancara. Teknik analisis data mengikuti model Miles dan Huberman dengan uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koneksi matematis mahasiswa dalam menyelesaikan masalah penyajian data masih rendah ditunjukkan dengan adanya kesalahan mahasiswa dalam mengoneksikan antar konsep matematika, dan ide matematika dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kegiatan scaffolding yang peneliti terapkan pada bentuk reviewing adalah dengan meminta mahasiswa untuk menjelaskan langkah-langkah penyelesaian maksud dari isitilah-istilah yang digunakan. Sedangkan pada bentuk restructuring, peneliti memberikan pertanyaan yang mengarahkan mahasiswa untuk memparafrase masalah, dan kata kunci permasalahan. Selain pada developing conceptual thinking, peneiliti mengarahkan mahasiswa untuk menghubungkan informasi yang diperoleh dari masalah dengan konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya, dan melibatkan mahasiswa untuk berdiskusi bersama guna membangun pemahaman konseptual terkait penyelesaian masalah. Temuan ini diharapkan dapat memperbaiki cara pendidik dalam mengajarkan statistika deskriptif, terutama konsep penyajian data dalam diagram yang sedemikian hingga membantu koneksi matematis mahasiswa
Defragmenting Struktur Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Pertidaksamaan Eksponen
The aim of this study is to describe the thinking structure students' error related to solve inequality exponent problem and the effort of defragmenting. The subject of this study is student of X class SMAN 6 Malang which learned this material. The subject choose considered procedural error and their communication skill. The thinking structure students' error found from think out loud result in a process to solve inequality exponent problem. The obtained data will code and be based to describe defragmenting process. The founding of this study is the thinking structure students' error such as misgeneralization, misidentification, overspecialization, and repair theory. Defragmenting create disequilibration, conflict cognitive, and scaffolding.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang kesalahan struktur berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan eksponen serta upaya defragmentingnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas X SMAN 6 Malang yang telah menempuh materi pertidaksamaan eksponen. Subjek penelitian dipilih dengan mempertimbangkan kesalahan prosedural yang dilakukan siswa ketika menyelesaikan masalah serta kemampuan komunikasi yang baik agar pengungkapan proses berpikir dapat dilakukan dengan baik. Kesalahan struktur berpikir siswa ditelusuri dari hasil think out loud siswa selama proses penyelesaian masalah pertidaksamaan eksponen. Data yang diperoleh kemudian dikodekan dan dijadikan dasar untuk menggambarkan proses defragmenting yang dilakukan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kesalahan prosedural siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan eksponen, antara lain berupa misgeneralization, misidentification, overspecialyzation, dan repair theory. Defragmenting yang dilakukan peneliti adalah menciptakan disequlibrasi, conflict kognitif, dan scaffolding
Scaffolding Berdasarkan Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematis Menggunakan Integral tak Tentu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui scaffolding berdasarkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis menggunakan materi integral tak tentu kelas XI SMA. Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika diakibatkan oleh kesulitan dalam memahami ide-ide yang menjadi material pembangun dari ide baru. untuk mereduksi kesulitan dengan teknik scaffolding, yang terdiri dari 5 langkah yakni: 1) menawarkan penjelasan (offering explanations), 2) meminta/merangsang partisipasi siswa (inviting student participation), 3) verifikasi dan klarifikasi pemahaman siswa (verifying and clarifying student understandings), 4) memodelkan perilaku yang diinginkan (modeling of desired behaviors), dan 5) meminta siswa untuk mengungkapkan petunjuk soal (inviting students to contribute clues). Reduksi kesulitan dengan scaffolding terhadap analisis tersebut diambil dari 6 orang siswa yang dianggap mewakili keseluruhan sampel, dan hasil scaffolding terhadap analisis kesulitan tersebut menyimpulkan bahwa scaffolding dapat membantu mereduksi kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematis, membantu siswa dalam membangun pemahaman dan memperoleh pemahaman yang cukup dan benar sesuai dengan kebutuhan siswa.
 
- …