587 research outputs found

    Peningkatan Kapasitas Masyarakat melalui Pengolahan Limbah Organik untuk Pupuk Tanaman di Pekarangan Perkotaan

    Get PDF
    The most sources of waste have been from households in urban area. The urban high population and daily food consumption effect the waste is potential to pollute the environment. Innovation of waste treatment should be applied by local community in urban area to reduce the household waste. This activity was a community service program UGM 2022 and supporting the Bantul Government program "Bantul free of waste 2025". The aims of this program were to improve community capacity and practice through household organic waste treatment. The activity was carried out at the Singosaren Padukuhan, Wukirsari Village, Imogiri, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta (DIY), in April‒October 2022. The method of program in community were included of field learning by teaching and practicing, community assistance, and evaluation of implementation. The 35 participants of PKK group from Singosaren hamlet joined this program that divided into 6 groups from 5 neighbourhood organisation (Rukun Tentangga). Organic waste process can be processed through fermentation of fresh organic waste (FLOS) or ecoenzyme and into liquid organic fertilizer using the stacked bucket (POCET) for 2–3 months. The FLOS and POCET products of waste fermentation are used as liquid fertilizers for cultivating plants in their yard Pekarangan. FLOS can also be used as multi-purpose liquid cleaner for home appliances. The raw materials included of fruit rind and vegetable waste. The results have showed the community enthusiasm, community capacity on organic waste processing and its utilization independently in the community. The application of FLOS and POCET as plant fertilizer showed better growing of plants in urban home gaden Pekarangan.The most sources of waste have been from households in urban area. The urban high population and daily food consumption effect the waste is potential to pollute the environment. Innovation of waste treatment should be applied by local community in urban area to reduce the household waste. This activity was a community service program UGM 2022 and supporting the Bantul Government program "Bantul free of waste 2025". The aims of this program were to improve community capacity and practice through household organic waste treatment. The activity was carried out at the Singosaren Padukuhan, Wukirsari Village, Imogiri, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta (DIY), in April‒October 2022. The method of program in community were included of field learning by teaching and practicing, community assistance, and evaluation of implementation. The 35 participants of PKK group from Singosaren hamlet joined this program that divided into 6 groups from 5 neighbourhood organisation (Rukun Tentangga). Organic waste process can be processed through fermentation of fresh organic waste (FLOS) or ecoenzyme and into liquid organic fertilizer using the stacked bucket (POCET) for 2–3 months. The FLOS and POCET products of waste fermentation are used as liquid fertilizers for cultivating plants in their yard Pekarangan. FLOS can also be used as multi-purpose liquid cleaner for home appliances. The raw materials included of fruit rind and vegetable waste. The results have showed the community enthusiasm, community capacity on organic waste processing and its utilization independently in the community. The application of FLOS and POCET as plant fertilizer showed better growing of plants in urban home gaden Pekarangan

    Pengolahan Limbah Dapur Menjadi Pupuk Organik Cair (POC) untuk Aplikasi Pertanian Lahan Pekarangan di Kecamatan Pace dan Ngronggot Kabupaten Nganjuk

    Get PDF
    Materials for producing organic fertilizers are abundant around the house, cheap, and easy to reach. Various kitchen and household organic wastes can be processed into fertilizer, including vegetable waste, skin and fruit residue, food waste, and agricultural and livestock waste. Although farmers can make their organic fertilizers from various natural ingredients, expert assistance is needed for fertilizer production with more consistent results. Provision of knowledge about the essential elements of plant needs that a variety of natural ingredients can represent can increase the ability to produce quality organic fertilizers. The community service team at the Faculty of Agriculture, Kadiri University, took the initiative to introduce the management of kitchen waste into organic fertilizer, its functions, its advantages, its production, and its application on land or planting media to partner communities: farmers and their families in Nganjuk Regency. The partner community welcomed it well. Not only did they directly benefit from this training, but also this community service project contributed to the closer partnership between community members and between communities and higher education institutions for sustainable development.Bahan untuk pembuatan pupuk organik tersedia melimpah di sekitar rumah, murah, dan mudah dijangkau. Beragam limbah organik dapur dan rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk termasuk sisa sayuran, kulit dan sisa buah, limbah makanan, dan limbah pertanian serta peternakan. Meski petani dapat membuat sendiri pupuk organik dari beragam bahan alami, pendampingan ahli diperlukan untuk produksi pupuk yang hasilnya lebih konsisten. Pembekalan pengetahuan tentang elemen penting kebutuhan tanaman yang dapat diwakili oleh beragam bahan alami tadi dapat meningkatkan kemampuan produksi pupuk organik berkualitas. Tim pengabdian kepada masyarakat Fakultas Pertanian Universitas Kadiri berinisiasi untuk melakukan introduksi pengelolaan sampah dapur menjadi pupuk organik, fungsinya, keuntungan penggunaannya, cara pembuatan, dan aplikasinya di lahan atau media tanam kepada masyarakat mitra, petani dan keluarga tani di Kabupaten Nganjuk. Masyarakat mitra menyambutnya dengan baik, tidak hanya mereka memperoleh manfaat langsung dari pelatihan ini, namun juga proyek pengabdian kepada masyarakat ini berkontribusi terhadap semakin eratnya kemitraan antar warga masyarakat dan antara warga dan institusi pendidikan tinggi untuk pembangunan berkelanjutan

    Pelatihan Budidaya Tanaman Sayur menggunakan Pupuk Organik Cair dalam Pemanfaatan Pekarangan RW 03 Kel. Sukorame Kec. Mojoroto Kota Kediri

    Get PDF
    The yard is a suitable agro-ecosystem and potential to meet the needs of people's lives. In addition, there are efforts to utilize kitchen waste as a step in reducing waste accumulation. Then there is a breakthrough in training in planting in the yard that utilizes organic waste. The method used is community development, based on the community as the leading actor in planning and sustainably implementing program activities. The study results were; first, the training went well by providing training for fifteen homemakers applied to plant in their respective yards according to the direction of the community service implementing team. This training has an economic impact by reducing household expenses in the third month after harvest and can even be given to other neighbors. Another benefit is the community's ability to sort waste and use it as liquid organic fertilizer.Pekarangan adalah agroekosistem yang sangat baik serta berpotensi cukup besar dalam hal memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu terdapat upaya pemanfaatan sampah dapur sebagai langkah dalam mengurangi penumpukan sampah. Maka terdapat terobosan pelatihan dalam penanaman di lahan pekarangan yang memanfaatkan sampah organik. Metode yang diterapkan yaitu Community Development, yang berbasis masyarakat sebagai pelaku utama merencanakan, melaksanakan program kegiatan, secara berkelanjutan. Hasil penelitian adalah pertama, Pelatihan Berjalan dengan baik dengan memberikan pelatihan 15 Orang ibu-ibu PKK dan semuanya mengaplikasikan penanaman di pekarangan rumahnya masing-masing sesuai dengan arahan tim pelaksana pengabdian masyarakat. Pelatihan ini memberikan dampak ekonomi dengan memberikan manfaat mengurangi pengeluaran biaya rumah tangga pada bulan 3 setelah panen dan bahkan mampu di berikan kepada tetangga yang lain. Manfaat lainnya adalah kemampuan masyarakat dalam memilah sampah dan memanfaatkan sebagai pupuk organik cai

    Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Kompos

    Full text link
    Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea terletak di Kawasan Industri Makassar, profesi warga Parangloe pada umumnya adalah petani dan karyawan Perusahaan dengan jumlah penduduk sebanyak 10.122 jiwa. Kelurahan Parangloe memiliki organisasi PKK yang diketuai oleh Ibu Lurah Parangloe dengan 4 pokja yang terdiri atas pengurus pokja PKK sebanyak 28 orang. Kegiatan PKK umumnya dalam aktivitas sosial kemasyarakatan diantaranya pembinaan rumah sehat warga, pengolahan sampah plastik serta pembentukan kelompok wanita tani yang mengelolah kebun sayuran organik. Kesadaran warga dalam menciptakan kebersihan lingkungan sangat diperlu-kan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, kegiatan penanganan dan pe-ngelolaan limbah organik di lingkungan tempat tinggal masyarakat sangat bermanfaat khususnya dalam menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Masalah penanganan limbah organik ini menjadi tanggung jawab setiap warga masyarakat sehingga kelompok ibu-ibu PKK merasa punya kewajiban untuk memanfaatkan sampah atau limbah organik. Ipteks bagi masyarakat PKK parangloe ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam penanganan sampah oleh PKK Parangloe, sehingga solusi yang ditawarkan adalah mengadakan pelatihan pengelolaan dan pemanfaatan limbah organik. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah : untuk melatih kelompok-kelompok masyarakat kota dalam bidang Lingkungan hidup, untuk memperkuat masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta kesehatan lingkungannya, untuk mendorong masyarakat agar menjadi manusia yang bersih, sehat dan peduli akan kesehatan lingkungan baik secara pribadi maupun bagi lingkungannya. Metode pendekatan yang di tawarkan dan telah disepakati oleh mitra meliputi empat kegiatan utama, (1) Pendekatan umum, (2) Penentuan peserta pelatihan, (3) Jenis dan prosedur pelatihan (Strategi Pelatihan), dan (4) Skala kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi sosialisasi program, pelatihan pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos, pemanfaatan alat decomposer aerob dalam produksi kompos yang hasilnya dipakai dalam budidaya tanaman sayuran anggota kelompok mitr

    URBAN FARMING SEBAGAI USAHA MENJAGA KETAHANAN PANGAN BERKONSEP SAYURAN HIJAU

    Get PDF
    Ketahanan pangan menjadi salah satu isu menarik di Perkotaan. Penduduk kota sekarang banyak bergantung pada hasil pedesaan untuk kebutuhan pangan. Namun pembangunan perkotaan mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. Konsep urban farming membawa solusi menciptakan dan mengelola lahan terbuka ditengah banyaknya bangunan. Aktivitas urban farming pada masyarakat seperti tersedianya sayuran sebagai sumber nutrisi, impor sayura menjadi berkurang, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman lainnya tentang urban farming yaitu konsep untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas hidup bagi dari segi makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar. Target luaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah publikasi ilmiah, peningkatan penerapan iptek di masyarakat, perbaikan tata nilai masyarakat, dan jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang. Metode kegiatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan sosisalisasi kepada kelompok masyarakat mengenai manfaat dan cara pelaksanaan konsep Urban Farming dilanjutkan dengan melakukan pendampingan dalam membuat sebuah kebun berkonsep urban farming sebagai percontohan untuk masyarakat

    Pemanfaatan Teknik Hidroponik Alternatif Bagi Rptra Pondok Kelapa Berseri

    Get PDF
    Salah satu masalah produksi pangan di Indonesia khususnya di daerah perkotaan adalah terbatasnya area pertanian. Hidroponik dapat menjadi satu solusi untuk masalah ini. Hidroponik umumnya menggunakan formula nutrisi AB-Mix yang terkadang masyarakat sulit mendapatkannya. Bahan alternatif yang memiliki potensi sebagai sumber nutrisi hidroponik adalah air sisa pencucian beras. Ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) Pondok Kelapa Berseri merupakan suatu komunitas yang dapat direkomedasikan untuk produksi sayuran daerah urban khususnya di wilayah Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penggunaan air beras sebagai medium hidroponik memiliki potensi untuk dikembangkan walaupun penambahan konsentrasi air beras masih perlu dilakukan. Sosialisasi dan sharing pengalaman dengan masyarakat dilakukan pada 50 peserta sekitar RPTRA dan mendapat respon yang baik. Pengurus RPTRA berharap kegiatan seperti ini dilakukan periodik dan disinkronkan dengan jadwal kegiatan PKK di RPTRA Pondok Kelapa lebih banyak orang mendapatkan manfaatnya

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA (GREYWATER) SEBAGAI PENGGANTI AIR PERTANIAN HIDROPONIK GUNA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DESA PINGGIRPAPAS KABUPATEN SUMENEP

    Get PDF
    Abstrak: Desa pinggirpapas termasuk desa yang padat penduduk, karakteristik masyarakat konsumtif untukkebutuhan pokok sehari hari didapat dengan cara membeli, minim rumah yang berkonsep ruang terbuka hijau akibat keterbatasan lahan dan sangat minim dalam kepemilikan intalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada setiap rumah. Hasil limbah domistik yang dihasilkan oleh masyarakat langsung dialirkan/dibuang ke saluran drainase yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hal ini terbukti terdepat beberapa titik pencemaran lingkungan yang parah. kegiatan pengabdian kepada masyarakar ini bertujuan untuk meminimalkan pencemaran lingkungan dengan Intalasi pengolahan air limbah (IPAL), memaksimalkan keterbatasan lahan dengan media tanam hidropnik, dan meningkatkan jiwa entrepreneur. Terdapat 2 mitra yaitu RT 07 dan RT 08 Dusun Ageng Desa Pinggirpapas Kec. Kalianget Kab. Sumenep. Kegiatan ini dimulai dengan penyerahan barang hibah kepada mitra, pelatihan dengan peserta sebayak 30 orang. Tingkat pengetahuan peserta pelatihan ipal sebelum sebesar 5,33 % sesudah pelatihan 92,33 %. Tingkat pengetahuan peserta pelatihan hidroponik sebelum pelatihan sebesar 4 % sesudah pelatihan 96 % sedangkan tingkat pengetahuan peserta pelatihan pemasaran hasil budidaya hidroponik sebelum pelatihan sebesar 15,33 % sesudah pelatihan 86,67 %.Abstract: Pinggirpapas village is a densely populated village, the characteristics of a consumptive society for daily basic needs are obtained by buying, there are minimal houses with a green open space concept due to limited land and very minimal ownership of wastewater treatment installations (IPAL) in each house. Domestic waste produced by the community is directly channeled/discarded into drainage channels which can cause environmental pollution. This has proven to be the case for several points of severe environmental pollution. This community service activity aims to minimize environmental pollution with waste water treatment plants (IPAL), maximize limited land with hydropnic planting media, and increase the entrepreneurial spirit. There are 2 partners, namely RT 07 and RT 08 Ageng Hamlet, Pinggirpapas Village, District. Kalianget District. Sumenep. This activity began with the handover of grant items to partners, training with 30 participants. The level of knowledge of ipal training participants before was 5.33% after the training was 92.33%. The knowledge level of hydroponic training participants before the training was 4% after the training was 96% while the knowledge level of marketing training participants for hydroponic cultivation products before the training was 15.33% after the training was 86.67

    Optimalisasi Potensi Lingkungan Melalui Pembuatan Vertical Garden dan Pengolahan Limbah Organik

    Get PDF
    This year's Student Community Service was held in domicile areas of each student due to the Covid-19 pandemic. Purpose of this activity is to create innovation and community independence through the use of land as vertical garden for farming and utilization of organic waste. This activity was held in the July-August 2020 located in RW 12, Kedung Badak Village, Tanah Sareal District, Bogor City. All activities were carried out for approximately 5 weeks and each week conducted field visits to RW 12. Implementation of program done by obey the health protocol rules. The entire program that has been implemented running very well and welcomed by the residents. Many residents gave positive responses to the programs implemented and hoped that it could be carried out in a sustainable manner. The partner of this activity, Karang Taruna RW 12, is also satisfied and enthusiastic about implementing the program. Keywords: waste, vertical garden, Kedung Bada

    Pengaruh Variasi C/n Rasio Terhadap Produksi Kompos Dan Kandungan Kalium (K), Pospat (P) Dari Batang Pisang Dengan Kombinasi Kotoran Sapi Dalam Sistem Vermicomposting

    Full text link
    Sampah yang dihasilkan dari kegiatan non domestik salah satunya adalah pelepah pisang. Batang pisang merupakan bahan organik yang berpotensi sebagai bahan baku kompos, karena mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).Dalam penelitian, dilakukan pendekatan variasi C/N rasio dengan komposisi bahan berupa batang pisang dan kotoran sapi dengan bantuan cacing sebagai faktor percepatan pengomposan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji menunjukkan kandungan C dan N organik masuk kategori yang dipersyaratkan. Phospor dan Kalium mengalami penurunan dan tidak memenuhi standar yang ditentukan. Hal ini disebabkan kandungan Phospor menurun akibat kandungan Nitrogen yang relatif kecil. Kandungan C/N Rasio yang optimal terdapat pada reaktor A dan B dengan hasil yang masih masuk kriteria Permentan No70 Tahun 2011. Komposisi optimum dalam pengujian pengomposan adalah kompos dengan variasi A dan B. Variasi 50%, 35% dan 15 % untuk reaktor A dan 40%, 45% dan 15% untuk reaktor B. Variasi ini dipilih karena kandungan C organic dan N organic yang memenuhi standar meskipun kandungan K dan P belum Memenuhi. Komposisi optimum ini karena nilai kandungan C/N Rasio Akhir Memenuhi dari kriteria yang ditetapkan

    Program Edukasi Urban Farming Penunjang Kemandirian Masyarakat di Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta

    Get PDF
    Pesatnya laju pertumbuhan populasi penduduk perkotaan berdampak pada timbulnya masalah lingkungan dan ketahanan pangan. Ruang terbuka hijau terbatas, pemenuhan kebutuhan pangan yang terjangkau semakin sulit. Salah satu solusinya adalah melalui Kegiatan Program Edukasi Urban farmingpada masyarakat. Program ini dilakukan di kelurahan Pandeyan, kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta selama tiga bulan. Pendekatan yang dilakukan pada program pengabdian ini yakni dengan teknik penyuluhan dan praktek. Metode ceramah berupa presentasi materi oleh narasumber yang meliputi budidaya tanaman hidroponik dalam baskom, budidaya tanaman bawang dalam polibag dan polikultur tanaman sayuran dalam polibag. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan peserta pelatihan tentang pertanian perkotaan meningkat. Teknologi budidaya tanaman dalam polibag di rumah paling banyak diterapkan karena efisien. Ketrampilan tentang macam-macam teknologi pertanian perkotaan dapat diterapkan di lahan sem pit dan lorong kampung. Kegiatan dinilai dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Potensi warga yang kreatif dipadu entrepreneurship yang baik perlu didorong mengoptimalkan dalam penataan kampungnya lebih menarik, sekaligus menunjang ketahanan pangan. Luaran: rekayasa sosial dan publikasi di media sosial dan semina
    • …
    corecore