552 research outputs found

    PENGGUNAAN GAWAI DENGAN INTENSITAS TINGGI OLEH REMAJA DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG MEMPENGARUHI PERILAKU PERUNDUNGAN SIBER DAN KEPERCAYAAN DIRI

    Get PDF
    ABSTRAKPendahuluan: Tingginya intensitas penggunaan gawai saat ini semakin meningkat setiap harinya karena tuntutan pekerjaan, pendidikan, komunikasi daring pasca pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan permasalahan terutama pada remaja karena bebasnya informasi yang mereka bisa dapatkan melalui media gawai. Pengaruhnya antara lain meningkatnya kasus perundungan siber dan paparan informasi yang menstimulasi gangguan kepercayaan diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan gawai terhadap perilaku perundungan siber dan kepercayaan diri pada remaja di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada responden siswa di 4 (empat) sekolah menengah pertama di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sebanyak 135 siswa yang kami rekrut sebagai responden, semuanya memenuhi kriteria inklusi. Kami menggunakan Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) untuk mengukur intensitas penggunaan gawai, Cyberbullying Questionnaire untuk mengukur perilaku perundungan siber, dan skala kepercayaan diri (SKD) untuk mengukur tingkat kepercayaan diri.  Analisis data menggunakan metode Partial Least Squares (PLS) dengan teknik Structural Equation Model menggunakan aplikasi Warp Partial Least Square 7.0. Dikatakan signifikan apabila p-value kurang dari 0.05. Hasil: Responden penelitian siswa laki-laki sejumlah 37% dan 63% siswa perempuan. Jumlah gawai yang digunakan yakni satu buah gawai sebanyak 48.8% responden dan lebih dari satu buah 51.2% responden. Seluruh responden tinggal bersama orang tua. Jumlah pengguna gawai dengan intensitas tinggi sebanyak 48.8%. Semua responden memiliki kecenderungan perilaku perundungan siber yang rendah. Tingkat kepercayaan diri sedang didapatkan sebanyak 80.74% dan sisanya kepercayaan diri tinggi. Intensitas penggunaan gawai berpengaruh baik terhadap variabel perundungan siber (p-value 0.001; path coefficient 0.249), maupun variabel kepercayaan diri (p-value <0.001; path coefficient -0.319). Intensitas penggunaan gawai berpengaruh kuat terhadap perundungan siber (Q2 0.068 dan R2 0.062) dan juga pada kepercayaan diri (Q2 0.104 dan R2 0.102).Kesimpulan: Tingginya intensitas penggunaan gawai pada remaja di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang menyebabkan tingginya perilaku perundungan siber dan penurunan kepercayaan diri.Kata kunci: Intensitas penggunaan gawai; usia remaja; perundungan siber; kepercayaan dir

    REVITALISASI PERAN KELUARGA MENGATASI CYBERBULLYING ERA NEW NORMAL DI KELURAHAN PRENGGAN, KOTAGEDE YOGYAKARTA

    Get PDF
    Kaum millenial menjadi kelompok yang paling sering menjadi sasaran bullying di media sosial. Para pelajar sekolah merupakan kelompok yang paling rentan terdampak cyberbullying baik di perkotaan maupun pedesaan. Kondisi ini memerlukan solusi dan pemikiran serius tentang pengasuhan anak di era new normal. Pendampingan anak tidak hanya pemberian rasa nyaman dan menghindarkan anak dari perilaku menyimpang, akan tetapi orangtua semestinya memperhatikan aktivitas kesehatan dan keselamatan anak agar terhindar dari Covid-19. Fenomena maraknya kekerasan di dunia maya, juga terjadi di kelurahan Prenggan. Kotagede, kota Yogyakarta. Selama pandemi berjalan hampir dua tahun lebih, warga sebagian besar melakukan aktifitas dengan pembatasan sosial yang ketat. Media sosial menjadi teman para remaja di masa pandemi yang cukup panjang dan membosankan bagi keseharian mereka.  Pengawasan orang tua menjadi penting untuk menangkal jumlah korban cyberbullying. Proses belajar mengajar yang lebih banyak mengandalkan daring, menyulitkan bagi orang tua untuk melakukan pengawasan. Fenomena bekerja dari rumah (work from home) tidak selamanya memudahkan para orang tua melakukan pengawasan. Sisi lain, para orang tua justru mengalami beban ganda karena harus menyelesaikan pekerjaan kantor  dari rumah sekaligus melakukan pengawasan anak-anaknya yang bersekolah dengan sistem daring. Berdasarkan pre-survey tersebut maka Tim Pengabdi Universitas Widya Mataram tergerak untuk melakukan serangkaian sosialisasi tentang dampak cyberbullying dan revitalisasi keluarga untuk mengatasinya. Tujuan PKM adalah mitra mengetahui dampak cyberbullying dan revitalisasi keluarga untuk mengatasinya. Metode Pengabdian dengan sistem penyuluhan dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).  Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukkan program dapat meningkatkan pemahaman mitra tentang dampak cyberbullying di era pandemi Covid-19 dan cara melindungi diri dan keluarga dari cyberbullying. Selain itu, mitra dapat menginformasikan hal tersebut pada warga lain. Publikasi hasil pengabdian ini pun pada gilirannya dapat memberikan masukan bagi penggiat PKM serupa. Luaran Pengabdian: Jurnal Diseminasi (Sinta 5);  rekayasa sosial, press release di medsos.   Millennials are the group that is most often the target of bullying on social media. School students are the most vulnerable group affected by cyberbullying, both in urban and rural areas. This condition requires serious solutions and thoughts about parenting in the new normal era. Accompanying children does not only provide comfort and prevent children from deviant behavior, but parents should pay attention to children's health and safety activities to avoid Covid-19.  The phenomenon of rampant violence in cyberspace also occurred in the Prenggan sub-district. Kotagede, the city of Yogyakarta. During the pandemic that lasted for more than two years, most of the residents carried out their activities with strict social restrictions. Social media has become a friend for teenagers during the pandemic, which was quite a long and boring part of their daily lives. Parental supervision is important to ward off the number of victims of cyberbullying. The teaching and learning process, which relies more on online, makes it difficult for parents to supervise. The phenomenon of working from home (work from home) does not always make it easier for parents to supervise. On the other hand, parents actually experience a double burden because they have to complete office work from home while simultaneously supervising their children who go to school with an online system. Based on the pre-survey, the Widya Mataram University Service Team was moved to carry out a series of outreach about the impact of cyberbullying and family revitalization to overcome it. The aim of PKM is for partners to know the impact of cyberbullying and family revitalization to overcome it. Service Method with counseling and Communication, Information and Education (IEC) systems. The results of this community service activity show that the program can increase partners' understanding of the impact of cyberbullying in the Covid-19 pandemic era and how to protect themselves and their families from cyberbullying. In addition, partners can inform other residents about this. The publication of the results of this dedication can in turn provide input for similar PKM activists. Outcome of Service: Dissemination Journal (Sinta 5); social engineering, press releases on social media.,

    PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA DI MASA PANDEMI COVID-19

    Get PDF
    This research is motivated by the existence of the Covid-19 pandemic condition that affects the provision of guidance and counseling services in schools. Schools are still not able to optimize their services as a form of effort to handle prosocial behavior problems, especially the provision of group guidance services. To support group guidance service activities, an interesting technique is needed, namely thetechnique role playing. The research was carried out through qualitative research methods. The data collected in this study is data obtained through observation, interviews and documentation. The subjects in this study were 3 students who tended to have a less caring attitude towards their peers, low tolerance and mutual help. The results showed that after being given group guidance service activities withtechniques role playing there was a change in behavior that was displayed compared to before the service was given. So it can be understood that the application oftechniques role playing in group guidance services is effective on the prosocial behavior of class VII students at MTs Al-Inayah Bandung City

    PROGRAM “SAY NO TO CYBERBULLYING”: PSIKOEDUKASI UNTUK MENGURANGI KETERLIBATAN BERPERILAKU CYBERBULLYING DI REMAJA JABODETABEK

    Get PDF
    Bullying is one of the behavioral problems among adolescents. Oftentimes, the bullies do not realize that their action is categorized as bullying and it leads to several negative impacts for the victims. Unfortunately, there are significant changes in interaction nowadays and face-to-face interaction is converted into online interaction. This online interaction limits the capability to interpret other’s reactions, and it causes more issues. Cyberbullying has been found recently among adolescents. A “Say No to Cyberbullying” program is a psychoeducational program that aims to build awareness of cyberbullying. This program includes prior assessment, psychoeducation, and evaluation. The instrument Revised Cyberbullying Inventory-II (RCBI-II) is used to evaluate the tendency of someone’s involvement in cyberbullying. The evaluation shows a positive impact from this program. Half of the participants reported a significant decrease in cyberbullying after completing the program. The number of participants who are not involved in cyberbullying also increased. These results show that the program leads to a positive result, in which participants tend to have less involvement in cyberbullying.  ---  Perundungan (bullying) adalah salah satu masalah perilaku yang sering ditemukan pada kelompok remaja. Seringkali pelaku perundungan diketahui tidak memahami bahwa perila-kunya tergolong perundungan dan dampak psikologis yang dialami oleh korban cukup signifikan. Sayangnya, dalam situasi pola interaksi yang banyak berubah menjadi interaksi tatap maya, serta interaksi terbatas dengan memanfaatkan akses internet dan media sosial, isu perundungan menjadi semakin sulit diidentifikasi remaja karena terbatasnya bentuk respon dan komunikasi yang terjalin. Kondisi ini yang memicu timbulnya beberapa kasus cyberbullying pada remaja. Rangkaian program psikoedukasi bertema “Say No to Cyberbullying” dirancang untuk memberi-kan pemahaman dasar mengenai cyberbullying. Program ini ditujukan untuk menurunkan peri-laku cyberbullying pada remaja melalui serangkaian aktivitas yang diberikan. Program dirancang selama tiga minggu yang terdiri dari asesmen, rangkaian psikoedukasi dan evaluasi. Dalam proses evaluasinya, instrumen Revised Cyberbullying Inventory-II (RCBI-II) digunakan untuk mengevaluasi kecenderungan keterlibatan individu dalam cyberbullying. Hasil evaluasi menun-jukkan bahwa pelaksanaan rangkaian program psikoedukasi “Say No to Cyberbullying” memberi-kan dampak positif, yang mana 50% peserta melaporkan mengalami perubahan perilaku terkait cyberbullying. Jumlah individu yang terlibat dalam cyberbullying juga mengalami penurunan signifikan setelah menjalani seluruh rangkaian program. Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan keterlibatan peserta dalam cyberbullying antara sebelum dan sesudah program

    PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI KABUPATEN SUKABUMI

    Get PDF
    &nbsp;&nbsp; Dimasa pandemi covid-19 ini seluruh dunia membawa dampak besar membuat seluruh aktivitas belajar-mengajar yang sebelumnya dilakukan secara langsung harus diganti dengan penetapan teknologi dengan kata lain anak lebih sering mengakses gadget dan internet. Cyberbullying adalah tindakan penghinaan, kekerasan psikis atau intimidasi yang dilakukan seseorang atau kelompok atau instusi melalui dunia internet terhadap orang, kelompok atau instusi lainnya. Sebagai negara hukum Indonesia seharusnya memberikan perlindungan hukum kepada semua warga negara khususnya kepada anak, arena anak adalah sebagai aset negara kedepannya untuk meneruskan cita-cita luhur bagi kemajuan bangsa dan negara. Sebagaimana dalam pasal 59 undang-undang No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak salah satunya dari korban kekerasan fisik dan psikis. &nbsp;&nbsp; Tujuan dari penelitian ini 1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana cyberbullying di media sosial pada masa pandemic covid-19, 2. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban cyberbullying, Metode yang digunakan dalam pendekatan masalah penelitian ini menggunakan yuridis normatif, penelitian ini bersifat kualitatif . Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori perlindungan hukum pidana, kebijakan hukum pidana,dan teori penegakan hukum pidana. &nbsp; &nbsp; Hasil dari penelitian bahwa perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana cyberbullying dimedia sosial pada masa pademi covid-19 anak takut untuk melaporkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan kepada korban, dan masih banyak pula aparat penegak hukum belum maksimal dalam menjalankan tugasnya begitupula,dan masih banyak pula hambatan-hambatan dalam melaksankan tugas yang dijalankannya. &nbsp; &nbsp;Cyberbullying tidak dapat dihindari akan tetapi kita bisa mencegah ya dengan cara anak-anak harus diberitahu mengenai macam-macam cyberbullying dan memastikan bahwa cyberbullying itu tidak boleh dilakukan

    How to Improve Developmental Tasks and Prevent Psychosocial Problems Due to the Covid-19 Pandemic in School-Age Children?

    Get PDF
    Psychosocial problems due to COVID-19 can threaten children who contribute to mental disorders in adulthood. Psychosocial problems in children due to the pandemic in children include fear, difficulty, anxiety, obsessive compulsive disorder, mood swings, depression, even thoughts of suicide. The purpose of writing this scientific paper is to find out the application of therapeutic group therapy and family psychoeducation in achieving work development tasks and preventing psychosocial problems due to the Covid-19 pandemic in school-age children. The method used is a case series by applying therapeutic group therapy and family psychoeducation to 19 school-age children. The results obtained indicate that therapeutic group therapy and family psychoeducation can improve the tasks and developmental aspects of school-age children and prevent the risk of psychosocial problems due to the COVID-19 pandemic. This action is recommended to promote development and prevent psychosocial problems due to the COVID-19 pandemic in school-age children

    PENGEMBANGAN APLIKASI SAKTI REMAJA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI LAYANAN KESEHATAN JIWA UNTUK REMAJA

    Get PDF
    Abstract: Adolescents are particularly vulnerable to mental health issues due to significant physical, cognitive, emotional, and social changes, which can lead to stress, anxiety, depression, and destructive behavior. In Indonesia, adolescent mental health concerns are rising, with pesantren students showing elevated rates of mental health challenges, exacerbated by bullying and limited access to mental health services. This community service program developed and implemented the SAKTI-Remaja application, featuring self-screening, integrated mental health education, and counseling, tailored to the needs of pesantren students. The app was designed to support early detection and intervention by allowing self-assessment, delivering mental health education, and offering basic counseling resources. Three stages were implemented: app development, socialization of mental health awareness among pesantren administrators and students, and training for school health units (UKS) to maintain and utilize the app effectively. The results indicate that 85% of students found the app useful, while 95% of UKS members could apply the mental health screening feature proficiently. These findings demonstrate the SAKTI-Remaja application’s potential to improve mental health awareness and accessibility in pesantren, with implications for broader community-based mental health innovations

    Hubungan Persepsi Pola Asuh Permisif Ayah dan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Remaja Usia 12-18 Tahun

    Get PDF
    Cyberbullying among teenagers in Indonesia continues to increase, especially during this Covid-19 pandemic. One of the factors that trigger cyberbullying behavior in adolescents is the application of parenting. Permissive parenting is thought to have a relationship with the occurrence of cyberbullying. In parenting, fathers tend to be less involved even though they have a role that is no less important than mothers. Therefore, this researcher's question is whether the perception of permissive parenting is related to the tendency of cyberbullying behavior in adolescents aged 12-18 years. This research uses a quantitative approach with a correlational design and used a convenience sampling and obtained as many as 123 participants. The characteristics of the participants in this study were male/female aged 12-18 years who had social media and still had a father and still lived together. Results shows that there is a significant relationship between perceptions of permissive parenting and cyberbullying tendencies. The correlation results obtained are r = 0.580, p = &lt; .001. This research concluded that increasing adolescents' perceptions of permissive parenting applied by fathers, the higher the tendency of adolescents to do cyberbullying

    MENYIKAPI DAMPAK SOSIAL MEDIA DI TENGAH REMAJA, KELUARGA DAN MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID 19

    Get PDF
    Social media invites anyone who is interested to participate by giving feedback openly, giving comments, and sharing information in a fast and unlimited time. It is undeniable that social media has a great influence in one's life. Someone who starts small can make it big with social media, or vice versa. For the community, not only adults, but teenagers and children have become an addiction that makes users no day without opening social media. The focus of this community service is the role of the family in responding to the adverse effects of social media in the current covid 19 pandemic era where more time uses gadgets that are very closely related to social media, the focus of community service will be directed at the following two things: providing an understanding of the negative and positive influence of social media for adolescents, and how to respond to social media today to be able to deal with social media abuse wisely. This activity uses a lecture, discussion and training approach that refers to phenomenology. Location of activities at Bojongsari community organization, Depok. The conclusion of this activity is responding to social media interactions with the role of parents in supervising youth activities by limiting the time they use gadgets and paying attention to the age of teenagers to access content according to their age. The negative impacts of using social media on teenagers today are identity theft, cyber bullying, child and adolescent abuse, fraud, pornography, violence against children and adolescents, sexual exploitation, self-harm, panic/anxiety/low selfconfidence/stuttering. Social media, and addiction to social media and online games The positive impact of using social media on adolescents: Strengthening friendship relationships, Increasing income in daily life, Social media plays a role in conveying knowledge, Source of referrals and knowledge, Medium to speak, Awareness about surroundings and motivational, and entertainment media.Keywords : Social Media, Teenagers, Famil

    Kajian Literatur: Gambaran Harga Diri Korban Perundungan pada Anak Remaja

    Get PDF
    Lingkungan sekolah menjadi salah satu tempat mencuatnya kasus perundungan. Remaja yang merupakan korban perundungan memiliki kecenderungan mengalami penurunan harga diri. Kondisi ini apabila diabaikan dan terjadi terus menerus akan berdampak ke paling serius. Studi ini bertujuan mengidinetifikasi gambaran harga diri korban perundungan menggunakan metode kajian literatur dengan framework SPIDER. Proses review artikel diperoleh dari beberapa pangkalan data seperti Google Scholar, Garuda, Neliti, Pubmed, ScienceDirect, Sage, Research Gate, EBSCO. Teknik analisis hasil berupa analisis kontem yang menggunakan metode PRISMA. Berdasarkan hasil dari analisa ekstraksi artikel temuan utama dari telaah literatur sebanyak 12 artikel dari 39.721 artikel pada tahun 2020-2024 melaporkan bahwa korban perundungan pada remaja merasakan penurunan harga diri mulai dari level rendah hingga sedang yang diidentifikasi secara kuantitaif maupun kualitatif. Perundungan dapat terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Korban maupun pelaku perundungan memiliki perbedaan tingkat harga diri yang terlihat dalam aspek harga diri korban perundungan. Remaja laki-laki maupun perempuan sama-sama berisiko menjadi korban perundungan. korban perundungan yang mengalami harga diri rendah rentan merasakan perubahan kognitif, afektif, psikomotor, fisologis, perilaku, sosial hingga terjadinya depresi, alextymia serta kecenderungan NSSI. Perundungan jenis verbal, resiliensi, keterampilan sosial serta tritmen seperti instruksi diri memiliki pengaruh pada korban perundungan. Instrumen korban perundungan paling banyak digunakan adalah Olweus Bully/Victim Questionnaire(OBVQ) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) sebagai instrumen harga diri paling banyak digunakan
    corecore