364 research outputs found
Social Inequality And Disaster: A Sociological Analysis of The Impact of Social Class-Based Disasters
This paper focuses on the social inequalities of catastrophic societies that occur due to social class differences. Upper class people have a lot of access to disaster relief from the government so that social jealousy arises in the lower class who feel injustice because of uneven assistance from the government that even encountered cases of disaster relief corruption. The impact of disasters is so great that in this case the government must be serious in addressing this problem of social inequality so that there is no conflict in disaster communities. This condition if not immediately overcome by the government can prevent the community to recover from the disaster. This phenomenon is analyzed through social class theory and conflict theory to describe the conditions of inequality of catastrophic societies. Based on analysis conducted by previous researchers found that there are social class differences that have the potential for conflict in disaster communities. This research method uses review literature obtained from previous books, articles or journals. The purpose of this writing is to explain how social inequality can occur in disaster societies
Bergesernya Pola Konsumsi Masyarakat sebagai Dampak dari Mewabahnya Virus Corona
Mewabahnya virus corona atau yang dikenal dengan COVID-19 telah memberi dampak baik secara global dan lokal. Tulisan ini memberikan analisis awal dalam melihat dampak COVID-19 bagi berubahnya pola konsumsi masyarakat, sehingga didapatkan sebuah ruang diskusi dalam sisi sosiologis tentang pola konsumsi masyarakat terutama di kota Palangka Raya.
Berdasarkan hasil observasi dan dukungan referensi yang relevan artikel ini memberikan sebuah tinjuan bahwa dampak COVID-19 memberikan perubahan pola konsumsi masyarakat selain pemenuhan kebutuhan primer juga ke pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, namun dalam beberapa bagian belum terlihat adanya pola safety first, justru banyak terbangun solidaritas bagi masyarakat yang terdampak
DISKRIMINASI PENDIDIKAN DI INDONESIA: ANALISIS TEORI DEMOKRASI PENDIDIKAN ISLAM
Education is the formation of human character that leads to individual independence. An individual is able to develop the potential of self-reliance and quality of resources through the democratization of education. Democratizing education requires an adequate teaching and learning tool, but in a pandemic condition a conducive learning atmosphere is impossible to achieve. Education will undergo significant changes when faced with a new situation that is different from the constant rhythm of life of Indonesian society.This study is a qualitative research literature. The researchers will choose between primary sources and secondary sources; classifying the data; then presenting the data. While the method of analysis using the method of philosophical hermeneutics, which starts with a description, interpretation, historical continuity, and heuristics.Democracy of education creates the creativity of students in increasing intellectual, spiritual intelligence, and developing skills in themselves that are in accordance with the conditions of social society. The aim of democratization education is to provide equal rights for each individual to develop their potential and gain knowledge. Intellectual development is based on empathy, sympathy, and creativity. With the democracy of education, every individual has equal rights in acquiring knowledge in the midst of a pandemic Covid-19. Democracy of education also avoid someone has the mindset to control and dominate the other.
SOLIDARITAS SOSIAL DAN AGAMA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI MANADO
Artikel ini mendeskripsikan mengenai solidaritas sosial dan agama pada masa pandemi Covid-19 di Manado, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa solidaritas sosial agama, masyarakat Kristen dan Islam di manado telah terlaksana dengan baik sehingga menjadi solusi bagi mereka yang sedang terdampak Covid-19. Agama telah berperan sebagai agen perubahan, agen pemersatu dan agen pembangkit solidaritas sosial di tengah masyarakat. Solidaritas sosial di Manado terbentuk atas agama yang kuat, diwariskan secara berkelanjutan sepanjang sejarah hadirnya gereja dan mesjid di Manado sampai sekarang. Penelitian ini memanfaatkan pemikiran Emile Durkheim tentang solidaritas sosial, khususnya tipe mekanik dan organik dan gambaran agama di Manado yang memiliki solidaritas sosial yang sehat. Hasil penelitian dalam artikel ini adalah bahwa solidaritas sosial yang dikemukakan oleh Emile Durkheim bermanfaat untuk memahami solidaritas sosial pada masa pandemi covid-19, agama berkaitan dengan sikap, motivasi dan tindakan masyarakat dalam mendemonstrasikan solidaritas sosial bagi sesamanya, solidaritas sosial adalah solusi bagi masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya ketika menghadapi bencana nonalam pandemi Covid-19
MENAKAR HUBUNGAN ALAM DAN MANUSIA DALAM LIRIK LAGU KePAL-SPI DAN BURGERKILL MELALUI PEMBACAAN EKOKRITIK
Perubahan iklim merupakan krisis global yang berdampak buruk tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat. Ketika terjadi pengrusakan alam, kaum miskinlah yang menjadi korban, sementara alam terus-menerus dimanfaatkan oleh pemilik modal multinasional secara berlebihan. Grup musik asal Indonesia KePAL-SPI dan Burgerkill menggarap topik lingkungan hidup dan ketidakadilan sosial dalam sejumlah lirik lagu yang dibahas dalam artikel ini, yakni “Balada Peladang”, “Jaga Kampung”, “Tanah Leluhur”, “Hancur”, dan “Undamaged”. Melalui metode close reading, dilakukan analisis atas kelima lirik lagu tersebut dengan terang Teori Ekokritik. Hasil pembacaan menunjukkan bahwa lirik lagu-lagu terpilih memiliki dua tema pokok. Pertama, seruan untuk merawat alam dan menjaga tradisi leluhur yang ramah lingkungan menjadi pesan utama. Kedua, kemerosotan alam dan degradasi martabat manusia terjadi bersamaan. KePAL-SPI dan Burgerkill menyampaikan protes atas eksploitasi alam yang abai akan kepentingan bersama. Alih-alih menjaga keutuhan semua ciptaan, kehadiran kapitalisme global menyisakan ketidakadilan bagi kelompok miskin, rentan, dan terpinggirkan
Imperialisme Gaya Baru Terhadap Buruh Industri Garmen di Bangladesh dalam Kerangka Modern World System
Exploitation of labour has been big problems in Bangladesh, its combination between imperialist (thats the US and European Garment Consortium), local factory owners and government. Dependence Bangladesh as a periphery country under fashion companies from core country is the evidence of existing modern world system. This paper discusses about how exploitation and poverty correlate with development failures in Bangladesh. Actually, working in the garment industry are the another way to reach their basic needs, but in fact, they all getting low salary which is under minimum cost of living. Until now, the ready-made garments (RMG) industry of Bangladesh still being "big power" endorser for low skills populations within considerable polemics.
Bangladesh “terperangkap” dalam skema eksploitasi tenaga kerja dari kombinasi praktek Imperialis pengusaha fashion dunia (Konsorsium Garmen AS dan Eropa) dengan pemilik pabrik dan penguasa. Ketergantungan Bangladesh sebagai negara periphery pada pengusaha fashion sebagai pemain dari negara core merupakan bentuk dari adanya modern world system yang berlaku. Tulisan ini membahas bagaimana eksploitasi, kemiskinan dan kesenjangan berkorelasi dengan gagalnya upaya-upaya pembangunan di Bangladesh. Bekerja pada industri garmen adalah pilihan terakhir para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup meskipun pada kenyataannya upah yang diterima masih dibawah biaya hidup minimal yang ditetapkan. Industri garmen Bangladesh adalah “kekuatan besar” penopang ekonomi penduduk berkeahlian rendah (low-skill) yang didalamnya mempunyai segudang polemik. Exploitation of labour has been big problems in Bangladesh, its combination between imperialist (thats the US and European Garment Consortium), local factory owners and government. Dependence Bangladesh as a periphery country under fashion companies from core country is the evidence of existing modern world system. This paper discusses about how exploitation and poverty correlate with development failures in Bangladesh. Actually, working in the garment industry are the another way to reach their basic needs, but in fact, they all getting low salary which is under minimum cost of living. Until now, the ready-made garments (RMG) industry of Bangladesh still being "big power" endorser for low skills populations within considerable polemics.
Bangladesh “terperangkap” dalam skema eksploitasi tenaga kerja dari kombinasi praktek Imperialis pengusaha fashion dunia (Konsorsium Garmen AS dan Eropa) dengan pemilik pabrik dan penguasa. Ketergantungan Bangladesh sebagai negara periphery pada pengusaha fashion sebagai pemain dari negara core merupakan bentuk dari adanya modern world system yang berlaku. Tulisan ini membahas bagaimana eksploitasi, kemiskinan dan kesenjangan berkorelasi dengan gagalnya upaya-upaya pembangunan di Bangladesh. Bekerja pada industri garmen adalah pilihan terakhir para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup meskipun pada kenyataannya upah yang diterima masih dibawah biaya hidup minimal yang ditetapkan. Industri garmen Bangladesh adalah “kekuatan besar” penopang ekonomi penduduk berkeahlian rendah (low-skill) yang didalamnya mempunyai segudang polemik.
Menjawab Tantangan Pandemi: Strategi Ekonomi dan Pendidikan pada Masa Pandemi Covid 19
Dampak pandemi tidak bisa dianggap sebelah mata. Pandemi memberikan pengaruh sistemik pada berbagai sendi kehidupan. Banyak aktivitas dan aspek sosial akan mengalami perubahan ketika suatu pandemi datang. Seperti saat ini dimana kita tengah berjuang menangani pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid 19). Dunia berusaha dengan segala daya dan upaya untuk bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi tersebut
- …