905,836 research outputs found

    Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pada Acara Peringatan Ulang Tahun Rumah Sakit Kanker Dharmais Ke 16

    Full text link
    Marilah kita panjatkan puji-syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telahdilimpahkan kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul disini untuk menghadiri peringatan Hari UlangTahun ke 16 Rumah sakit Kanker Dharmais dalam keadaan sehat walafiat. Selanjutnya, pada kesempatan yangberbahagia ini perkenankanlah saya mengucapkan selamat ulang tahun ke 16 kepada jajaran direksi, pejabatstruktural dan fungsional, dan segenap karyawan/karyawati Rumah Sakit Kanker Dharmais. Semoga rumah sakitini makin maju dan semakin mendapat tempat di masyarakat Indonesia sebagai rumah sakit khusus kanker yangberkualitas tinggi. Saya mengamati bahwa pada usia 16 tahun ini, yaitu dalam usia yang masih cukup muda,Rumah Sakit Kanker Dharmais telah menunjukkan prestasinya dalam menjalankan peran rumah sakit denganfungsi utamanya melayani para pasien kanker dan melaksanakan peran penelitian serta pendidikan

    Analisis Perbedaan Faktor Determinan Pemilihan Tempat Persalinan Ibu (Fasilitas Kesehatan dan Non Fasilitas Kesehatan) di Kabupaten Kendal

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2015 ABSTRAK Sri Ekowatiningsih Analisis Perbedaan Faktor Determinan Pemilihan Tempat Persalinan Ibu (Fasilitas Kesehatan dan Non Fasilitas Kesehatan) di Kabupaten Kendal xvii + 90 halaman + 28 tabel + 3 gambar + 6 lampiran AKI Kabupaten Kendal masih tinggi (164,9/100.000 kh tahun 2011). Meski persalinan ditolong nakes, namun persalinan non faskes juga tinggi sebesar 14,5% di pedesaan dan 7,7% di perkotaan. Tujuan penelitian menganalisis perbedaan faktor determinan dalam memilih tempat persalinan di faskes atau non faskes oleh ibu di Kabupaten Kendal. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian 104 ibu bersalin yang dipilih secara purposive dari 12 Puskesmas yang cakupan persalinan non faskes tinggi. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data dengan uji non parametric Mann-Whitney distribusi data tidak normal dan uji Chi-Square untuk data berskala nominal. Rerata umur ibu yang melahirkan di faskes atau non faskes 25,3tahun, memiliki 2 orang anak. Pekerjaan ibu terutama ibu rumah tangga dan sebagian besar persalinan ditolong nakes.Tidak ada perbedaan lama sekolah antara ibu yang melahirkan di non faskes maupun faskes. Pada ibu yang melahirkan di faskes, pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,001), dukungan keluarga (p=0,001), dukungan nakes (p=0,001) dan dukungan masyarakat (p=0,001) lebih baik dari pada ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan. Jarak rumah ke fasilitas kesehatan lebih jauh (p=0,001) pada ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan. Ibu yang mengikuti kelas ibu hamil lebih banyak yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Perlu peningkatan sosialisasi tentang persalinan yang aman, pengembangan kelas ibu hamil, dan konseling secara langsung kepada ibu & keluarga. Advokasi lintas sektor yang melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan perangkat wilayah sebagai panutannya serta peningkatan kelengkapan sarana prasarana perlu ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Kata Kunci : Faktor Determinan, Tempat Persalinan, Fasilitas kesehatan, Non fasilitas kesehatan Pustaka : 45 (1982 - 2011) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Administration and Health Policy 2015 ABSTRACT Sri Ekowatiningsih Difference Analysis of Determinant Factors of Choosing a Delivery Place (Health and Non-Health Facilities) in Kendal District xvii + 90 pages + 28 tables + 3 figures + 6 enclosures Maternal Mortality Rate (MMR) in Kendal District was high in 2011 namely 164.9/100,000 live births. Most of delivery process was assisted by health workers. However, delivery place in non-health facilities was also high namely 14.5% in rural areas and 7.7% in urban areas. The aim of this study was to analyse difference of determinant factors among mothers in choosing a delivery place at health or non-health facilities in Kendal District. This was an observational study using cross-sectional approach. Number of respondents were 104 maternal selected purposively from 12 health centres with high coverage of delivery process in non-health facilities. Data were collected using structured questionnaires and analysed using non-parametric tests, namely Mann-Whitney and Chi-Square. Respondents had average age of 25.3 years old, had two children, worked as a housewife, and most of delivery processes were assisted by health workers. There was no difference in educational background between mothers who gave birth in health facilities and mothers who gave birth in non-health facilities. Among mothers who confined in health facilities, variables of knowledge (p=0.001), attitude (p=0.001), family support (p=0.001), health worker support (p=0.001), and community support (p=0.001) were better than that of mothers who confined in non-health facilities. Distance of a house to health facilities was more (p=0.001) among mothers who gave birth in non-health facilities. Most of mothers who attended a pregnant women class confined in health facilities. There needs to socialise regarding safe delivery process, develop pregnant women class, and provide direct counselling for mothers and families. Inter-sector advocacy needs to be conducted by involving religion leaders, community leaders, and local government officers. In addition, District Health Office needs to complete facilities. Key Words : determinant factor; delivery place; health facility; non-health facility Bibliography : 45 (1982-2011

    Remaja dan Alkohol

    Get PDF
    Empat persent dari total penduduk Indonesia mengkonsumsi alkohol secara nasional. Penggunaan alkohol pada usia remaja perlu mendapatkan perhatian serius karena dampak negatif pada kesehatan dan perkembangan remaja. Faktor determinan yang mempengaruhi remaja mengkonsumsi alkohol adalah usia, jenis kelamin, perhatian orang tua terhadap masalah dan akademik remaja. Penggunaan alkohol pada remaja dapat menimbulkan dampak yang merugikan pada kesehatan remaja. Bahaya yang ditimbulkan berupa penyakit infeksi (seperti penyekit menular seksual), penyakit non infeksi (seperti penyakit jantung, hipertensi), gangguan terhadap kesehatan mental, cidera, dan lainnya. Perhatian orang tua menjadi faktor kunci dalam menghambat konsumsi alkohol pada remaja

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pada Remaja Tentang Upaya Pencegahan Terjadinya Gastritis Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Untuk Mencegah Terjadinya Gastritis di SMK Negeri 1 Semarang

    Get PDF
    Latar Belakang :Banyak perilaku remaja yang bisa menyebabkan terjadinya gastritis. Perilaku tersebut dikarenakan berbagai faktor diantaranya yaitu pengetahuan dan sikap remaja untuk mencegah gastritis. Pemberian penyuluhan dan bimbingan melalui pendidikan kesehatan diharapkan bisa merubah pengetahuan dan sikap remaja tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan pada remaja tentang upaya pencegahan terjadinya gastritis terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja untuk mencegah terjadinya gastritis. Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan penelitiannya adalah Pre-test post-test design with control group. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebagai instrumen penelitian. Sampel penelitian ini meliputi 60 siswa di SMK Negeri 1 Semarang dengan menggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariate, Wilcoxon Match Pair Test. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan jumlah responden yang memiliki pengetahuan tinggi antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu dari 23,3% menjadi sebanyak 100%, dengan p value 0,000. Dan terdapat peningkatan jumlah responden yang memiliki sikap positif antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu 40,0% menjadi 86,7% dengan p value 0,001. Kesimpulan : Ada pengaruh pendidikan kesehatan pada remaja tentang upaya pencegahan terjadinya gastritis terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja untuk mencegah terjadinya gastriti

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KETAATAN BERAGAMA DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRANIKAH (STUDI PADA SISWA KELAS II SMAN 1 SEMARANG) CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF REPRODUCTION HEALTH, RELIGIOUSNESS OBEDIENCE AND ATTITUDE TO PREMARITAL SEXUAL INTERCOURSE (STUDY ON THE SECOND GRADE STUDENTS OF SMAN 1 SEMARANG)

    Get PDF
    Kesehatan reproduksi remaja saat ini sudah menjadi isu global. Jumlah remaja yang besar dan secara seksual tergolong aktif, namun mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang relatif rendah sehingga kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Selain itu aspek moral atau agama sangat diperlukan sebagai kontrol perilaku remaja khususnya yang berkaitan dengan hubungan seks pranikah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dan ketaatan beragama dengan sikap terhadap hubungan seks pranikah. Penelitian ini bersifat explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas II SMAN 1 Semarang sebanyak 79 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diperoleh 68,4% responden berumur 16 tahun dan 83,5% memeluk agama islam. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi responden 63,2% termasuk kategori cukup. Ketaatan beragama responden 78,5% termasuk kategori cukup. Sikap responden terhadap hubungan seks pranikah 51,8% termasuk kategori cukup. Hasil uji statistik dengan korelasi Rank Spearman antara variabel pengetahuan kesehatan reproduksi dengan variabel sikap terhadap hubungan seks pranikah diperoleh nilai r=0,425 dan p-value=0,000. Sedangkan untuk variabel ketaatan beragama dengan variabel sikap terhadap hubungan seks pranikah diperoleh nilai r=0,451 dan p-value=0,000. Secara statistik ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan ketaatan beragama dengan sikap terhadap hubungan seks pranikah. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan ketaatan beragama dengan sikap terhadap hubungan seks pranikah. Disarankan kepada (1) pihak sekolah untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi melalui pendekatan pengetahuan dan moral atau agama, (2) kepada BKKBN untuk membentuk kelompok remaja/siswa Peduli Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai motivator dalam memasyarakatkan kesehatan reproduksi remaja di sekolah. Health of adolescent has become global issue this time. The great amount of adolescent and they pertained as sexually active, but relatively lack of knowledge about reproduction health so that less of supporting the creation of adolescent behavioral control specially related to premarital intercourse. The purpose of this research is to know the correlation between knowledge of reproduction health, religiousness obedience and attitude of premarital sexual intercourse. This research is explanatory research with approach of cross sectional study. Sample used in this research is 79 students of SMAN 1 Semarang at second grade taken by simple random sampling. Result of this research obtained by 68,4% responder`s are 16 years old anf 83,5% are moslem. The level of responder`s knowledge of reproduction health 63,2% are included to enough category. Responder`s religiousness obedience 78,5% are included to enough category. Responder`s attitude of premarital sexual intercourse 51,8% are included to enough category. Result of statistical test with correlation of Rank Spearman between knowledge of reproduction health variable and attitude of premarital sexual intercourse variable obtained value 0f r = 0,425 and p-value = 0,000. Meanwhile for the variable of religiousness obedience and attitude of premarital sexual intercourse variable obtained value of r = 0,451 and p-value =0,000. Statistically, there is correlation between knowledge of reproduction health and religiousness obedience and attitude of premarital sexual intercourse. The conclusion of this research is there is correlation between knowledge of reproduction health and religiousness obedience and attitude of premarital sexual intercourse. Suggested to (1) school party, that they need to give information about health reproduction through moral and knowledge or religion approach, (2) BKKBN to form a group of adolescent /students Care of Adolescent Reproduction Health as motivator in socializing health of adolescent reproduction at school. Kata Kunci: :Kesehatan reproduksi, ketaatan beragama, hubungan seks pranikah. Reproduction health , religiousness obedience, premarital sexual intercourse

    BEBERAPA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI ABORSI ANTARA SISWA YANG MENDAPAT DAN TIDAK MENDAPAT PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TAHUN 2005

    Get PDF
    Banyaknya kasus aborsi di Indonesia khususnya di kalangan remaja terjadi akibat adanya kesenjangan informasi tentang kesehatan reproduksi. Semakin berkembangnya teknologi informasi dan mudahnya akses informasi menjadikan para remaja semakin mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang belum tentu benar. Untuk itulah sangat mendesak untuk mamsukkan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum di sekolah. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode dalam pemdidikan kesehatan. Tujuan pemelitian ini adalah mgetetahui perbedaan pengetahuan dan sikap antara siswa yang mendapat dan tidak mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dan dengan pendekatan cross sectional. Sampel terdiri dari 2 kelompok siswa yang mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi dan kelompok siswa yang tidak mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi. Masing-masing kelompok terdiri dari 54 siswa sebagai responden penelitian, yang ditentukan secara acak dengan bantuan tabel random. Data skor pengetahuan dan sikap diuji dengan Mann Whitney U Test karena dari uji normalitas data didapatkan bahwa data pengetahuan dan data sikap merupakan data tidak normal. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel luar dilakukan uji homogenitas terhadap variabel umur, jenis kelamin dan sumber informasi. Hasil uji statistik terhadap skor pengetahuan dengan uji Mann Whitney U Test pada alfa=0,05 didapatkan nilai Mann Whitney U Test sebesar 1006,500 dan p-value sebesar 0,004 (p-value<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan mengenai aborsi antara siswa yang mendapat dan tidak mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi. Sedangkan pada skor sikap melalui uji statistik dengan alfa=0,05 didapatkan nilai Mann Whitney U Test sebesar 1127,00 dan p-value sebesar 0,041 (p-value<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan sikap mengenai aborsi antara siswa yang mendapat dan tidak mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disarankan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kespro pada remaja khususnya di sekolah-sekolah untuk mencegah perilaku aborsi dikalangan remaja. Kata Kunci: Aborsi, penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan mengenai aborsi, sikap mengenai aborsi STUDI PADA MAN 3 YOGYAKARTA) THE DIFFERENCE OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE CONCERNING ABORTION BETWEEN STUDENT WHICH GET AND NOT GET COUNSELLING OF HEALTH OF ADOLESCENT REPRODUCTION IN 2005 (STUDY IN MAN 3 YOGYAKARTA) To the number of cases of abortion in Indonesia specially among adolescent, happened effect of information difference corcerning health of reproduction. Progresively expand information technology him and easy to him access information make all adolescent progressively easy to get information corcerning health of reproduction which not yet of cource correctness. To that is imperative to pu into health of reproduction into curriculum in school. Counsellingof health are one of the methode in education health. Targwet of this research is to know difference of attitude and nowledge among /between student getting and do not get counselling of health of reproduction. Research type are research of survey and with approach af sectional cross. Sampel consist of 2 group that is student group getting counselling of health of student group and reproduction which do not get counselling of health of reproduction. Each group concist of 54 student as research responder, determined through randomitation. Score knowledge data and attitude tested with Mann Whitney U Test because from test of normalitas data got that knowledge data and attitude data are are data below par. To the there is him influence of variable not external to test homogeneity to of old age variable, information soaurce and gender. Result statisticzl test to knowledge score with test of Mann Whitney U at alfa=o,05got by value of Mann Whitney U test equal to 1006,500 and p-value equal to 0,004 (p-value < 0,005) so that can be concluded by there is difference of knowledge concerning abortion among student getting and do not get counselling of health of reproduction. While at attitude score pass statistical test with alfa=0,05 got by value of Mann Whitney U test equal to 1127,00 and p-value equal to 0,041 (p-value < 0,005), so that can be concluded by there is difference of knowledge concerning abortion among student getting and do not get counselling of health of reproduction. From the result can be suggested to improve activity of counselling of kespro at adolescent specially in schools to prevent behavior of abortion among aolescent. Keyword : Abortion,counselling of health of adolescent reproduction, knowledge concerning abortion, attitude concerning abortio

    Analisis Penyebab Perpindahan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Luar Kota ke Puskesmas Dalam Kota di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2015 ABSTRAK Hesron Silalahi Analisis Penyebab Perpindahan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Luar Kota ke Puskesmas Dalam Kota di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah 161 halaman + 17 tabel + 8 gambar + 10 lampiran Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan menurut UU 36/2009 dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Namun di Kab.Kotawaringin Timur masih ada 41 Puskesmas Pembantu tanpa perawat dan 18 poskesdes yang belum ada tenaga bidan akibat banyaknya tenaga kesehatan yang pindah ke Puskesmas dalam kota sehingga pencapaian program kesehatan menurun. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui penyebab perpindahan tenaga kesehatan dari puskesmas luar kota ke puskesmas dalam kota di Kabupaten Kotawaringin Timur. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan indept interview untuk menggali informasi dari 8 informan utama dan 7 informan triangulasi. Variabel terdiri dari variabel individu (pengembangan karir dan dukungan keluarga), variabel organisasi (ketersediaan sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), iklim kerja dan kebijakan pemerintah) serta variabel psikologi (sikap dan motivasi). Data dianalisis dengan content analysis yaitu mengumpulkan, mereduksi, memverifikasi, mendeskripsikan, dan menyimpulkan informasi yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan penyebab pindah adalah : 1) faktor individual (ingin melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan jenjang karier dan dorongan mendekati keluarga); 2) faktor organisasi (kurangnya sumber daya manusia dan sumber daya lain (fasilitas), pimpinan puskesmas tidak mempunyai kewenangan terkait perpindahan pegawai dan penempatan pegawai kurang mempertimbangkan latar belakang sosial budaya, imbalan masih dianggap kurang dan tidak sebanding dengan beban kerja, kebijakan tentang perpindahan belum sesuai dengan aturan; 3) faktor psikologi (sikap tanggung jawab terhadap pekerjaan masih kurang, dan menganggap perpindahan pegawai adalah sesuatu yang wajar, motivasi bekerja masih berorientasi pada materi, orientasi pengabdian masih kurang). Selanjutnya disarankan kepada Kepala Puskesmas untuk membuat analisis beban kerja dan analisis jabatan untuk dasar penataan jenjang karier. Kepala Dinas Kesehatan sebaiknya memberikan reward berupa materi maupun non material secara memadai dan memberikan kewenangan kepada kepala puskesmas terkait dengan perpindahan pegawai sesuai aturan. Agar regulasi dapat dijalankan Pemerintah Daerah sebaiknya lebih tegas menghadapi usul pindah yang tidak prosedural. Perlu rekrutmen tenaga kesehatan dari daerah setempat atau daerah yang berdekatan serta mempertimbangkan sosial budaya. Kata kunci : Tenaga Kesehatan Bidan, Perawat, Puskesmas Kepustakaan : 42 (1985 – 2014) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Administration and Health Policy 2015 ABSTRACT Hesron Silalahi The Causal Analysis of Health Workers Movement from Health Centre located outside the city to Health Centre in the City in East Kotawaringin District in Province of Central Borneo 161 pages + 17 tables + 8 figures + 10 enclosures Recruitment and placement of health workers based on Regulations number 36/2009 were implemented to fulfil the necessity of health workers in a community. However, in East Kotawaringin District, there were any 41 sub health centres which did not have nurses and 18 village health posts which did not have midwives. These conditions were due to movement of health workers to health centres in the city by which achievements of health programs decreased. This study aimed to identify the causes of health workers movement from health centres located outside the city to health centres in the city in East Kotawaringin District. This was descriptive-qualitative research using indepth interview to find out information from 8 main informants and 7 triangulation informants. Variables consisted of individual variables (career development and family support), organisational variables (availability of sources, leadership, reward (compensation), work climate, and government policy), and psychological variables (attitude and motivation). Furthermore, data were analysed using content analysis encompassed collecting, reducing, verifying, describing, and concluding obtained information. The result of this study showed that the causes of movement were as follows: 1) individual factors (health workers wanted continue a study to improve career and to be closer with families); 2) organisational factors (there were lack of human resources and lack of other sources (facilities), there was no authority in a level of head of health centres to move employees, there was no consideration of sociocultural backgrounds regarding placement of employees, accepted rewards were unequal to workload, policy of movement was not in accordance with the regulation); 3) psychological factors (attitude and responsibility towards jobs were low, assumption of workers movement was as a normal thing, work motivation was only to obtain money, and work dedication was low) . Heads of health centres need to analyse workload and position as a basis for managing a career hierarchy. Head of District Health Office needs to provide rewards of either money or non-money sufficiently and provide authority to heads of health centres regarding movement of workers in accordance with the regulation. The regional government needs to implement the regulation strictly regarding a proposal to move a workplace which is not in accordance with a procedure. The locals need to be recruited as health workers as a consideration of sociocultural aspects. Key Words : Health Worker, Midwife, Nurse, Health Centre Bibliography : 42 (1985-2014

    Analisis Penyebab Perpindahan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Luar Kota ke Puskesmas Dalam Kota di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2015 ABSTRAK Hesron Silalahi Analisis Penyebab Perpindahan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Luar Kota ke Puskesmas Dalam Kota di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah 161 halaman + 17 tabel + 8 gambar + 10 lampiran Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan menurut UU 36/2009 dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Namun di Kab.Kotawaringin Timur masih ada 41 Puskesmas Pembantu tanpa perawat dan 18 poskesdes yang belum ada tenaga bidan akibat banyaknya tenaga kesehatan yang pindah ke Puskesmas dalam kota sehingga pencapaian program kesehatan menurun. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui penyebab perpindahan tenaga kesehatan dari puskesmas luar kota ke puskesmas dalam kota di Kabupaten Kotawaringin Timur. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan indept interview untuk menggali informasi dari 8 informan utama dan 7 informan triangulasi. Variabel terdiri dari variabel individu (pengembangan karir dan dukungan keluarga), variabel organisasi (ketersediaan sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), iklim kerja dan kebijakan pemerintah) serta variabel psikologi (sikap dan motivasi). Data dianalisis dengan content analysis yaitu mengumpulkan, mereduksi, memverifikasi, mendeskripsikan, dan menyimpulkan informasi yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan penyebab pindah adalah : 1) faktor individual (ingin melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan jenjang karier dan dorongan mendekati keluarga); 2) faktor organisasi (kurangnya sumber daya manusia dan sumber daya lain (fasilitas), pimpinan puskesmas tidak mempunyai kewenangan terkait perpindahan pegawai dan penempatan pegawai kurang mempertimbangkan latar belakang sosial budaya, imbalan masih dianggap kurang dan tidak sebanding dengan beban kerja, kebijakan tentang perpindahan belum sesuai dengan aturan; 3) faktor psikologi (sikap tanggung jawab terhadap pekerjaan masih kurang, dan menganggap perpindahan pegawai adalah sesuatu yang wajar, motivasi bekerja masih berorientasi pada materi, orientasi pengabdian masih kurang). Selanjutnya disarankan kepada Kepala Puskesmas untuk membuat analisis beban kerja dan analisis jabatan untuk dasar penataan jenjang karier. Kepala Dinas Kesehatan sebaiknya memberikan reward berupa materi maupun non material secara memadai dan memberikan kewenangan kepada kepala puskesmas terkait dengan perpindahan pegawai sesuai aturan. Agar regulasi dapat dijalankan Pemerintah Daerah sebaiknya lebih tegas menghadapi usul pindah yang tidak prosedural. Perlu rekrutmen tenaga kesehatan dari daerah setempat atau daerah yang berdekatan serta mempertimbangkan sosial budaya. Kata kunci : Tenaga Kesehatan Bidan, Perawat, Puskesmas Kepustakaan : 42 (1985 – 2014) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Administration and Health Policy 2015 ABSTRACT Hesron Silalahi The Causal Analysis of Health Workers Movement from Health Centre located outside the city to Health Centre in the City in East Kotawaringin District in Province of Central Borneo 161 pages + 17 tables + 8 figures + 10 enclosures Recruitment and placement of health workers based on Regulations number 36/2009 were implemented to fulfil the necessity of health workers in a community. However, in East Kotawaringin District, there were any 41 sub health centres which did not have nurses and 18 village health posts which did not have midwives. These conditions were due to movement of health workers to health centres in the city by which achievements of health programs decreased. This study aimed to identify the causes of health workers movement from health centres located outside the city to health centres in the city in East Kotawaringin District. This was descriptive-qualitative research using indepth interview to find out information from 8 main informants and 7 triangulation informants. Variables consisted of individual variables (career development and family support), organisational variables (availability of sources, leadership, reward (compensation), work climate, and government policy), and psychological variables (attitude and motivation). Furthermore, data were analysed using content analysis encompassed collecting, reducing, verifying, describing, and concluding obtained information. The result of this study showed that the causes of movement were as follows: 1) individual factors (health workers wanted continue a study to improve career and to be closer with families); 2) organisational factors (there were lack of human resources and lack of other sources (facilities), there was no authority in a level of head of health centres to move employees, there was no consideration of sociocultural backgrounds regarding placement of employees, accepted rewards were unequal to workload, policy of movement was not in accordance with the regulation); 3) psychological factors (attitude and responsibility towards jobs were low, assumption of workers movement was as a normal thing, work motivation was only to obtain money, and work dedication was low) . Heads of health centres need to analyse workload and position as a basis for managing a career hierarchy. Head of District Health Office needs to provide rewards of either money or non-money sufficiently and provide authority to heads of health centres regarding movement of workers in accordance with the regulation. The regional government needs to implement the regulation strictly regarding a proposal to move a workplace which is not in accordance with a procedure. The locals need to be recruited as health workers as a consideration of sociocultural aspects. Key Words : Health Worker, Midwife, Nurse, Health Centre Bibliography : 42 (1985-2014

    Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Umum di Rawat Inap Kelas III RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit 2017 ABSTRAK Siwi Bagus Ajiningrat Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Umum di Rawat Inap Kelas III RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak xvi + 128 halaman + 30 tabel + 8 lampiran Banyak faktor yang diduga mempengaruhi perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan pasien umum di rawat inap kelas III di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak, diantaranya mutu pelayanan keperawatan dan perilaku caring perawat. Kenyataan bahwa mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit seperti itu akibat dari perilaku caring perawat sehingga berdampak kepada ketidakpuasan pasien. Jenis penelitian adalah kuantitatif, pendekatan cross sectional. Responden 120 orang, pasien BPJS kesehatan 100 orang, pasien umum 20 orang. Analisis data dengan analisis independent t test. Hasil penelitian, pasien BPJS kesehatan umur 59-65 tahun 22,0%, perempuan 52,%, pendidikan SMP 38,0%, sebagai petani 34,0%, menikah 80,0%, mutu pelayanan keperawatan kategori cukup 62,0% dan baik 38,0%, perilaku caring perawat kategori cukup 17,0% dan baik 83,0%, kepuasan kategori cukup 11,0% dan baik 89,0% Pasien umum umur 45-51 tahun 45,0%, laki-laki 55,%, pendidikan SMA 60,0%, bekerja swasta 80,0%, menikah 100,0%. mutu pelayanan keperawatan kategori cukup 5,0%, baik 95,0%. perilaku caring perawat umum kategori baik 100,0%, kepuasan kategori baik 100,0%. Tidak ada perbedaan mutu pelayanan keperawatan pada pasien BPJS kesehatan dan umum (α=0,094). Tidak ada perbedaan perilaku caring perawat pada pasien BPJS kesehatan dan umum (α=0,129). Ada perbedaan kepuasan pada pasien BPJS kesehatan dan umum (t hitung =2,635, α=0,012). Tidak ada hubungan mutu pelayanan Keperawatan terhadap kepuasan pada pasien BPJS kesehatan dan umum (α=0,173). Ada hubungan perilaku caring perawat terhadap kepuasan pada pasien BPJS kesehatan dan umum (α = 0,049) Agar RSUD lebih mendorong meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan perilaku caring perawat dengan cara selalu memberikan pembinaan teknis, pendidikan pelatihan dan mengoptimalkan tugas dan peran dalam bidang keperawatan. Kata kunci : Mutu Pelayanan Keperawatan, Perilaku Caring Perawat, Kepuasan Pasien Kepustakaan : 60 (1990-2010)Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Hospital Administration 2017 ABSTRACT Siwi Bagus Ajiningrat The Relationship of the Quality of Nursing Service and Nurse’s Caring Behaviours with Patients’ Satisfaction of Health Social Insurance Agency and General at Inpatient Installation of Class III at the Public Hospital of Sunan Kalijaga in Demak Regency xvi + 128 pages + 30 tables + 8 appendices Some factors suspected influencing the differences of patients’ satisfaction levels of Health Social Insurance Agency (HSIA) and General at inpatient installation of Class III at the Sunan Kalijaga Public Hospital in Demak Regency were a quality of nursing services and nurse’s caring behaviours. In fact, low quality of nursing services was due to nurse’s caring behaviours in which it led to patients’ dissatisfaction. This was a quantitative study using cross-sectional approach. Number of respondents were 120 persons which consisted of 100 HSIA patients and 20 general patients. Data were analysed using an Independent t test. The results of this research showed that among HSIA patients, a proportion of age 59-65 years old was 22.0%, a proportion of female was 52.0%, as many as 38.0% graduated from Junior High School, 34.0% of the respondents worked as a farmworker, 80.0% of the participants had got married, as many as 62.0% of the respondents had fairly good quality of nursing services and the rest was good (38.0%), as many as 17.0% of the respondents had fairly good nurse’s caring behaviours and the rest was good 83.0%), and as many as 11.0% were fairly satisfied and the rest was satisfied 89.0%. In contrast, among general patients, a proportion of age 45-51 years old was 45.0%, a proportion of male was 55.0%, as many as 60.0% graduated from Senior High School, 80.0% of the respondents worked as in private sectors, 100.0% of the participants had got married, as many as 5.0% of the respondents had fairly good quality of nursing services and the rest was good (95.0%), all of the respondents (100.0%) had good nurse’s caring behaviours, and all of the respondents (100.0%) were satisfied. There was no difference in the quality of nursing services between HSIA and general patients (p=0.094). There was no difference in the nurse’s caring behaviours between HSIA and general patients (p=0.129). There was any difference in satisfaction between HSIA and general patients (t=2.635; p=0.012). There was no significant relationship between the quality of nursing services and satisfaction of HSIA and general patients (p=0.173). There was no significant relationship between the nurse’s caring behaviours and satisfaction of HSIA and general patients (p=0.049). The public hospital needs to improve the quality of nursing services and the nurse’s caring behaviours by providing a technical guidance, education, training, and optimising tasks and roles in nursing. Keywords : Quality Of Nursing Services, Nurse’s Caring Behaviours, Patients’ Satisfaction Bibliography: 60 (1990-2010

    Analisis Kepatuhan dalam Kelengkapan dan Ketepatan Waktu Pelaporan Penanggungjawab Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Puskesmas Kabupaten Kepulauan Yapen

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2012 ABSTRAK Sukmawati Analisis Kepatuhan dalam Kelengkapan dan Ketepatan Waktu Pelaporan Penanggungjawab Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Puskesmas Kabupaten Kepulauan Yapen xii + 143 halaman + 4 tabel + 3 gambar + 16 lampiran Pelaporan program P2PL di Puskesmas Kabupaten Kepulauan Yapen selama dua tahun berturut-turut mengalami penurunan dari segi kelengkapan tahun 2010 (20,6%) dan 2011 (15,1%), sedangkan ketepatan waktu tahun 2010 (12,2%) dan 2011 (8,9%). Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan dalam kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan penanggungjawab program P2PL di puskesmas Kabupaten Kepulauan Yapen Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan waktu cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam (Indepth Interview) pada 14 penanggungjawab laporan program P2PL sebagai informan utama, dua Kepala Puskesmas dan seorang Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan sebagai informan triangulasi. Analisa data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Hasil dari penelitian menunjukkan pengetahuan sebagian besar penanggungjawab laporan, belum mampu menjabarkan terkait kelengkapan pengisian format laporan dan ketepatan waktu pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dikarenakan adanya perubahan format laporan sehingga terjadi perbedaan persepsi pemahaman dan adanya perbedaan pemahaman tanggal penyampaian pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Sikap yang ditunjukkan, sebagian besar penanggungjawab laporan mempunyai tanggapan positif, dimana sudah mau menjalankan tugasnya dengan senang hati. Semua penanggungjawab laporan termotivasi melengkapi pengisian format laporan dan menyampaikan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten sesuai jadwal karena merasa memiliki tanggungjawab akan tugas yang diberikan. Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten belum pernah ada terkait kelengkapan pengisian format laporan dan ketepatan waktu pelaporan, hal ini karena Kepala Puskesmas lebih mempercayakan kepada semua penanggungjawab laporan karena sudah lama bertugas sebagai pembuat laporan dan dari Dinas Kesehatan Kabupaten masalah dana tidak ada. Sebagian besar penanggungjawab laporan belum mematuhi terkait kelengkapan pengisian secara lengkap dan ketepatan waktu, kendalanya belum memahami format laporan karena adanya perubahan format, format tidak didistribusikan ke semua penanggungjawab laporan, dan belum ada mekanisme proses pengunpulan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten memberikan sosialisasi kepada penanggungjawab laporan program P2PL terhadap perubahan format laporan program P2PL dan menyediakan format laporan program P2PL dalam jumlah yang cukup, sedangkan kepada Kepala Puskesmas disarankan mendistribusikan format laporan ke semua penanggungjawab laporan program P2PL Kata Kunci : Kepatuhan, Laporan program P2PL di puskesmas. Kepustakaan : 43 ( 1997 – 2011 ) Diponegoro University Postgraduate Program Master’s Program in Public Health Majoring in Health Policy Administration 2012 ABSTRACT Sukmawati Analysis on the Compliance of Completeness and Timeliness of Reports in Disease Prevention and Environmental Sanitation Program at the Primary Healthcare Centers in Yapen Island District xii + 143 pages + 4 tables + 3 figures + 16 enclosures Completeness of disease control and environmental health (P2PL) program report in the primary healthcare centers of Yapen archipelago district decreased during the last two years, 2010 (20.%) and 2011 (15.1%). In addition, report time accurateness in 2010 was 12.2% and in 2011 was 8.9%. The study objective was to explain factors related to the obedience in submitting a complete and an accurate time report by primary healthcare center P2PL program leaders in the primary healthcare centers of Yapen archipelago district. This was a descriptive qualitative study with cross sectional approach. Data collection was done through interview using in-depth interview technique to 14 P2PL program leaders as main informants. Two heads of primary healthcare centers and one head of the health problem control section were the triangulation informants. Data were analyzed by applying content analysis method. Results of the study showed that majority of people responsible for the reports were not able to describe the meaning of completeness of report format filling and time accurateness in submitting the report to the district health office. This was caused by changing in the report format; therefore, different perception on understanding the completeness of the report and different understanding on the date for submitting the report to the district health office occurred. The majority of people responsible for the reports had positive attitude. They did their job happily. All people responsible for the reports had good motivation to complete the report format and submit it according to the time schedule. They had responsibility to their job. No assistance and supervision related to the completeness of report format filling and time accurateness of submitting the report had been done by the head of primary healthcare center and district health office. The head of puskesmas gave all responsibility to make reports to people who were responsible for that because they had experience on that task. Problem faced by the district health office was no funding. The majority of people responsible for the report did not complete filling the report and submit on time. The constraints were that they had not understood the report format due to changing the format; format had not distributed to all people responsible for the report, and no mechanism of report collection process to the district health office. Based on the study results, it is suggested to the district health office to conduct socialization to people responsible for P2PL report regarding changing of the P2PL report format, to provide sufficient number of P2PL report forms. Suggestion for the head of primary healthcare office is to distribute report forms to all people responsible for P2PL report. Key words : obedience, P2PL program report in the primary healthcare center Bibliography : 43 (1997-2011
    corecore