87,091 research outputs found
Pesantren and the Preservation of Islam Nusantara
This article describes the background of the rise of an Indonesian moderate Islamic understanding in the midst of a trans-national Islamic movement with the scriptural-puritanical in it's character which spread out pervasively in the country; and this new Islamic model is intolerant to local traditions. Meanwhile, historically, Islam Nusantara has been deeply rooted among the Moslems in archipelago, and this traditional-moderate Islam has been developed by Wali-songo. Islam Nusantara is accommodative to the local cultures and traditions. It produces a moderate and tolerant model of Islam. This article also describes the role of pesantren in protecting the heritages of Islam Nusantara. Copyright (c) 2015 by KARSA. All right reservedDOI: 10.19105/karsa.v23i2.71
Kontestasi Retorika Islam Nusantara
This study aims to describe the contestation of Islamic Nusantara rhetoric in Social Media between two Islamic organizations in Indonesia. The first mass organization was NU as the creator of Islam Nusantara idea and HTI as the repudiation of Islam Nusantara idea. To obtain the description, the researchers used the theory of Gramsi to analyze the text contained in the official web of NU and HTI on Islam Nusantara. The results show that there is contestation between NU and HTI in producing Islamic Nusantara rhetoric in New Media. NU as the largest Islamic organization in Indonesia feels the need to develop the Islamic Nusantara model as a distinctive feature of Islam in Indonesia against the hegemony of radical Islamic values entering Indonesia. The intellectual elite of NU is also widely revealed in its text on the official web of NU, that radical Islamic values are also carried by other Islamic organizations such as HTI which is the international Islamic organization of the Middle East. Meanwhile, HTI elites also produce texts to reject Islam Nusantara because Islam is only one, and invites the Islamic community of Indonesia not to be divided.Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kontestasi retorika Islam Nusantara di Media Sosial antara dua ormas Islam di Indonesia. Ormas pertama adalah NU sebagai pengusung gagasan Islam Nusantara dan HTI sebagai penolak gagasan Islam Nusantara. Untuk memperoleh gambaran tersebut, peneliti memakai teori dari Gramsi untuk menganalisa teks yang dimuat dalam web resmi NU dan HTI mengenai Islam Nusantara. Hasil penelitian menunjukan terdapat kontestasi antara NU dan HTI dalam memproduksi retorika Islam Nusantara di Media Baru. NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia merasa perlu melakukan pengembangan model Islam Nusantara sebagai ciri khas dari Islam di Indonesia untuk melawan hegemoni dari nilai-nilai Islam radikal yang tengah memasuki Indonesia. Elit intelektual NU juga banyak mengungkapkan dalam teksnya di web resmi NU, bahwa nilai-nilai Islam radikal tersebut juga dibawa oleh ormas islam lain seperti HTI yang merupakan organisasi islam internasional dari Timur Tengah. Sementara itu, elit HTI juga memproduksi teks untuk menolak Islam Nusantara dikarenakan Islam itu hanya satu, dan mengajak masyarakat Islam Indonesia untuk tidak terpecah-bela
Epistemology of Islam Nusantara: Transformation of Islamic Legal Thought in Nahdlatul Ulama (NU)
The term Islam Nusantara has created pros and cons among Islamic leaders in Indonesia. For Nahdlatul Ulama (NU), Islam Nusantara is not a new teaching or sect in Islam, so there is no need to worry. Meanwhile, other groups think that the term Islam Nusantara will reduce the universality of Islam. Therefore, this study focuses on NU’s concept of Islam Nusantara and its application and epistemological construction of Islam Nusantara. This study found that Islam Nusantara is Islam practiced in Indonesia with the epistemological basis of maqÄÅŸid al-sharÄ«a, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al-jamÄ’ah, and al-”˜urf. The epistemological foundation resulted in the typical ijtihad of Islam Nusantara. In the field of constitutional law, the results of the ijtihad Islam Nusantara gave birth to the concept that Indonesia is a peaceful country (dÄr al-ÅŸulḥ or dÄr al-salÄm). Meanwhile, in social, cultural, and religious realms, the epistemology of Islam Nusantara gave birth to the tradition of halal bi halal and tahlilan. In the circumstances of fiqh, there are several results of ijtihad, such as imsÄk (holding all things that may be breakfast 10 minutes before Shubuh prayer).
Konsep Islam Melayu dan Islam Nusantara
Istilah-istilah yang berkembang di masyarakat mengenai Islam di antaranya adalah istilah “Islam Melayu” dan “Islam Nusantara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Islam Melayu dan Islam Nusantara. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tekni dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Islam Melayu merupakan identitas keislaman yang terdapat pada masyarakat melayu yang berasal dari Asia Tenggata seperti Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina Selatan, serta Thailand Selatan yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Adapun, karakterisitik dari Islam Melayu yaitu religius, sopan, toleransi, bermoral tinggi, berperasaan halus dan lain-lainnya. Adapun Islam sangat berpengaruh pada peradaban Melayu di antaranya pada bidang ketuhanan; kemanusiaan; persatuan dan kesatuan; sistem musyawarah; kemerataan, kerajaan Islam; pendidikan; bahasa, sastra, dan huruf Arab Melayu; seni ukir dan arsitektur, musik dan tari; ekonomi; dan adat istiadat. Di sisi lalin, Islam Nusantara memiliki dua makna yang berbeda. Yang pertama adalah Islam yang terdapat di Nusantara dan yang kedua adalah Islam yang memiliki sifat Nusantara. Akan tetapi, pada dasarnya walaupun pengertiannya Islam yang terdapat di Nusantara, namun unsur-unsur yang ada di nusantara tentu juga akan berkaitan juga. Islam nusantara memiliki karakteristik seperti tasamuh (toleransi), tawasuth (moderat), tawazun (tolong menolong), belas kasih, perdamaian, hidup secara harnomi serta menjaga silaturahim dan lain sebagainya. Sedangkan pilar-pilar dari Islam nusantara ialah pemikiran (fikrah), gerakan, dan amaliah. Pengaruh Islam nusantara terhadap Indonesia yaitu dapat berdampak bagi kemajuan bangsa dan memajukan peradaban Islam secara menyeluruh dengan cara mengaplikasikan Islam yang damai, harmonis serta humanis
Characterization of miniature fiber-optic Fabry-Perot interferometric sensors based on hollow silica tube
Sejatinya, Islam Nusantara bukanlah sesuatu yang baru. Penebalan kata “Nusantara” yang dikawinkan dengan “Islam” bukan hanya menegaskan nama, melainkan juga karakter untuk menunjukkan corak atau warna dari sebuah entitas yang heterogen. Keragaman sebagai salah satu tipologi Islam Nusantara adalah buah dari pergumulan panjang antara agama dan budaya; antara teks dengan konteks yang saling melengkapi satu sama lain sehingga menelurkan Islam yang ramah, inklusif dan fleksibel. Berangkat dari pijakan epistemologis dan historis, artikel ini coba menyuguhkan diskursus lama yang kembali mencuat di seputaran pertengahan tahun 2015 seiring dengan dihelatnya Muktamar dua ormas besar: NU dan Muhammadiyah. Hadirnya artikel ini sebetulnya juga ingin menjawab kasak-kusuk yang menuding bahwa Islam Nusantara hanya identik dengan kaum Nahdliyin. Sehingga term Islam Nusantara tidak lain dianggap sebagai nama baru dariIslam tradisionalis.Essentially, Islam Nusantara isn’t a new phenomenon. Bolding of both “Nusantara” with “Islam” not only affirmation about name but also character to show type or colour from the heterogenous entity. Diversity as one of Islam Nusantara typology is the result of a long struggle between religionand culture; between text and context that complement each other so that Islam spawned a friendly, inclusive and flexible. Start from the historical and epistemological approach, this article try to presents a classical discourse the back sticking around mid-2015 in line with the holding of the congress two major organizations: NU and Muhammadiyah. Actually, the presence o fthis article is also want to answer the rumors that accuse Islam Nusantara only synonymous with the Nahdliyin. Thus, Islam Nusantara considered as the new name of traditionalism Islam.</p
Islam Nusantara Sebagai Manifestasi Nahdlatul Ulama (NU) dalam Mewujudkan Perdamaian
AbstractThe phenomenon is seen in today's society is the impression that; "Islam is a terrorist, bomb, loud, kill, covered and other labels that is contrary to the teachings of Islam itself be rahmatan li al-'alamaeen." Even in the Western world was antipathy to Islam so as to "hear" the word Islam alone horror and antipathy even hate.In such a condition that the term "Islam Nusantara" among leaders Nahdtlatul Ulama Ulama (NU). But the reality in society the term Islam Nusantara still very strange, even among radical Islam mengangggap "Islam Nusantara" is Islam perverted access all religions in Indonesia, or Islam "mix" of various religions in Indonesia, instead of pure Islam as taught by Prophet Muhammad SAW.From some of the conditions that exist in society on the understanding of "terrorists and Islam Nusantara" raises anxiety on academic researchers to seek answers on "Terrorism, Islam Nusantara and rahmatan lil'alamin."Nahdtlatul Ulama (NU) is the largest organization in Indonesia as a representation of Muslims. An understanding of terrorism, Islam and Islam Nusantara rahmatan lil 'Alamin will be extracted from the Branch Executive Nahdtlatul Ulama (PCNU) Cilacap.Researchers assume that; Nahdtlatul Ulama (NU) is a representation of Islam Nusantara that Branch Executive Nahdtlatul Ulama (PCNU) Cilacap also have an important role in preaching / called on Muslims to implement the teachings of Islam Nusantara for the realization rahmatan lil'alamin.This study is a qualitative research field, thus Researchers will use qualitative research methods with random sampling theory Milles accordance with the triangulation of data. While the idea is inductive qualitative groove.This Researchers can to know about Islam Nusantara is very nice, humbly, savety and so good to implemantion and aplication in the religious life and social relation in this country, many others and world. Islam Nusantara is true religion, that Islam from propet Muhammad SAW, not new Islam. So we must be recieved its.Keyword: Islam Nusantara, Nahdlatul Ulama, Peac
Peran Ulama Di Nusantara Dalam Mewujudkan Harmonisasi Umat Beragama
Islam masuk di Nusantara tak luput dari peranan Ulama yang telah menyebarkan dakwah Islamnya kepada masyarakat yang ada di Nusantara. Kearifan lokal yang tidak tertinggal tetap berjalan bersama dengan Islam. Ini sangat menarik untuk dikaji karena ulama-ulama dahulu menyiarkan agama Islam dengan cara yang bisa diterima oleh beragam masyarakat dengan baik. Maka sebagai generasi yang telah hidup di zaman modern ini tidak melupakan sejarah dan peninggalan ulama-ulama dahulu. Dan kemajuan teknologi bisa dinikmati pada saat sekarang yang juga mempunyai pengaruh besar jika tidak jernih untuk menggunakanya. Ulama di Nusantara sepatutnya untuk di contoh bagaimana cara dakwahnya untuk menyebarkan Islam di Nusantara tanpa kekerasan karena sekarang ini banyak yang mengatas namakan agama dengan melakukan kekerasan misalnya pembakaran tempat ibadah, terorisme, dan lain sebagainya. Fenomena seperti itu nyata yang bisa dirasakan pada saat ini. Maka seharusnya sebagai generasi penerus mengerti tentang peran Islam dan Ulama di Nusantara agar bisa mengenal identitasnya yang asli dari Nusantara. Agar tidak melupakan perjuangan ulama-ulama terdahulu dalam memperjuangkan Islam. Bermula dari latar belakang tersebut penulis mengangkat tema Islam dan Ulama di Nusantara. Tema ini menurut penulis sangat menarik untuk dikaji agar dapat meneladani bagaimana peran-peran Ulama dalam menyampaikan dakwahnya di Nusantara. Adapun untuk membedakan penelitian-penelitian terdahulu penulis akan mengangkat permasalahan diantaranya adalah bagaimana Islam masuk di Nusantara, bagaimana peran Ulama dalam meyebarkan Islam di Nusantara dan permasalahan yang terakhir adalah apa sumbangan ulama Nusantara untuk masa depan Islam di Nusantara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun harmonisasi umat beragama
MODERASI ISLAM NUSANTARA: (DARI KONSEP, METODOLOGI HINGGA PRAKSIS)
Abstrak
Secara konsep Islam Nusantara adalah hasil penafsiran ajaran Islam yang dikaitkan dengan kondisi realitas masyarakat Nusantara dalam rangka pengembangan dakwah Islam yang moderat, toleran, dan rahmatallilalamin. Selain itu Islam Nusantara secara sosiologis, merupakan hasi dari proses interaksi ajaran Islam yang dibawa walisanga dan ulama-ulama’ Nusantara secara damai dan toleran, dan secara keilmuan Islam tetap bersambung kepada ulama’-ulama’ ahlussunnah wal jama’ah sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Secara metodologis, moderasi Islam Nusantara menggunakan kerangka metodologi yang bisa dipergunakan untuk meneropong aktivitas pelabelan hukum-hukum Islam Nusantara berbasis maqashid al-Syari’ah yang bermuara kepada konsep al-Maslahah, dan memiliki ciri-ciri moderat baik dalam tataran metodologis maupun dalam tataran aplikasi. Fakta moderasi Islam Nusantara itu dibentuk oleh pergulatan sejarah Islam Indonesia yang cukup panjang. Muhammadiyah dan NU adalah dua organisasi Islam yang sudah malang-melintang dalam memperjuangkan bentuk-bentuk moderasi Islam, baik lewat institusi pendidikan yang mereka kelola maupun kiprah sosial-politik-keagamaan yang dimainkan.
Kata Kunci : Moderasi, Islam NusantaraAbstract
Conceptually, Islam Nusantara is the result of interpretation of Islamic teachings that are associated with the reality of the people of the Archipelago in the context of developing moderate, tolerant, and graceful Islamic da'wah. In addition, sociologically, Islam Nusantara is the result of the interaction process of Islamic teachings brought by the Walisanga and the Nusantara ulema in a peaceful and tolerant manner, and scientifically, Islam continues to be continued from the scholars of Ahlussunnah wal Jama'ah to the Prophet Muhammad SAW. . Methodologically, the moderation of Islam Nusantara uses a methodological framework that can be used to observe the labeling activities of Islamic Nusantara laws based on maqashid al-Shari'ah which leads to the concept of al-Maslahah, and has moderate characteristics both at the methodological level and at the application level. The fact that the moderation of Islam Nusantara was formed by the struggle of the history of Indonesian Islam is quite long. Muhammadiyah and NU are two Islamic organizations that have crossed paths in fighting for forms of Islamic moderation, both through the educational institutions they manage and the socio-political-religious activities they play.
keywords : Moderation, Islam Nusantar
- …