119,109 research outputs found
Kajian Refraksi Gelombang Di Perairan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat mempengaruhi kondisi fisik pantai. Pantai dengan bentuk tanjung seperti di Ujung Pangkah akan mengalami refraksi gelombang akibat dari perbedaan kedalaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gelombang dan pola refraksi gelombang yang terjadi di perairan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Pengukuran gelombang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 26 β 28 September 2013. Palem gelombang digunakan untuk mendapatkan data primer yang berupa tinggi dan periode gelombang, serta GPS untuk mengetahui koordinat titik pengamatan. Data sekunder berupa data angin selama 5 tahun yang didapatkan dari BMKG Maritim Surabaya dan data citra Landsat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Peramalan gelombang laut menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk Bretchneider) dengan inputan data angin. Penjalaran gelombang menuju pantai disimulasikan dengan software CMS β Wave (Coastal Modelling System β Wave). Hasil dari analisa data gelombang laut lapangan menunjukkan bahwa gelombang di Pesisir Ujung Pangkah merupakan gelombang laut transisi dengan nilai d/L sebesar 0,14. Berdasarkan hasil peramalan gelombang laut, didapatkan Tinggi gelombang maksimum 2,65 meter dan minimum 0,17 meter, periode gelombang maksimum 8,57 detik, minimum 2,18 detik, serta tinggi gelombang signifikan 0,54 meter dan periode gelombang signifikan 3,65 detik. Hasil pemodelan gelombang laut menunjukkan bahwa gelombang mengalami refraksi konvergensi di perairan Ujung Pangkah. Nilai koefisien refraksi (Kr) rata β rata sebesar 0,94
Optimalisasi Peredam Gelombang
Salah satu bagian dari alat pembangkit gelombang (wave generator) yang cukup penting adalah peredam gelombang. Sehingga pada suatu penelitian yang menggunakan pembangkit gelombang, maka peredam gelombang yang digunakan harus berfungsi dengan baik, dalam arti gelombang yang direfleksikan oleh peredam gelombang tersebut harus sekecil mungkin, maka sebelum penelitian lebih lanjut dilakukan, perlu terlebih dahulu dilakukan penelitian tentang optimalisasi peredam gelombang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari bentuk peredam gelombang yang dapat meredam gelombang dengan baik, sehingga refleksi gelombang yang timbul sekecil mungkin. Penelitian dilakukan di laboratorium pembangkit gelombang Universitas Tidar Magelang. Pembangkit gelombang yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut : panjang 19 meter, lebar dan tinggi saluran gelombang masing-masing adalah 0,30 meter dan 0.45 meter. Dalam penelitian ini digunakan tiga model peredam gelombang dengan bentuk sebagai berikut : Model I : panjang 1.60 m, tinggi 0,40 m, kemiringan 14.93Β°, peredam dibuat dari papan tebal 8 mm yang dilubangi dengan persentase lubang 5,405 %, dan diberi takikan. Model II : panjang 1.60 m, tinggi 0,40 m, kemiringan 14.93Β°, peredam dibuat dari papan tebal 8 mm yang dilubangi dengan persentase lubang 6.793 %. Model III : sama dengan model II, tapi di bawah papan peredam diberi filter dari ijuk. Variabel yang berpengaruh terhadap refleksi gelombang adalah kedalaman air (h), tinggi gelombang datang , dan panjang gelombang (L) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peredam gelombang yang menghasilkan koefisien refleksi terkecil adalah peredam gelombang model III yaitu model peredam gelombang dengan papan tebal 0.8 cm dengan prosentase lobang 6.793% dengan diberi lapisan ijuk di bawahnya. Sedangkan peredam gelombang model I yang dibuat sama dengan model III, akan tetapi tanpa ijuk menghasilkan keoefisien refleksi yang lebih besar. Kata kunci : peredam gelombang, tinggi gelombang, refleksi gelomban
Getaran Dan Perambatan Bunyi Serta Macam-Macam Perambatan Bunyi
Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium ataupun tidak melalui medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang tali melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang tersebut dapat merambat melalui vakum ( hampa udara ) , seperti gelombang listrik magnet dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan bergetar. Perumusan matematika suatu gelombang dapat diturunkan dengan peninjauan penjalaran suatu pulsa. Dilihat dari ketentuan pengulangan bentuk, gelombang dibagi atas gelombang periodik dan gelombang non periodik
PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK PADA DASAR BERUNDAK
Gelombang monokromatik adalah gelombang yang memiliki amplitudo, panjang gelombang, dan cepat rambat yang konstan selama penjalarannya. Perambatan gelombang monokromatik pada dasar berundak dikembangkan berdasarkan pengamatan perambatan gelombang monokromatik pada dasar rata. Pada skripsi ini undakan dibatasi hanya pada undakan dengan permukaan yang berbentuk rata. Pada dasarnya, suatu gelombang yang melewati dasar dengan kedalaman berbeda akan terpecah menjadi dua bagian yaitu gelombang transmisi dan gelombang refleksi. Metode pemisahan peubah digunakan untuk menyelesaikan Persamaan Laplace untuk gelombang monokromatik. Berdasarkan hasil analitik menunjukkan bahwa amplitudo gelombang transmisi akan maksimum jika perbedaan kedalaman semakin besar.
Kata kunci: Gelombang monokromtik, metode pemisahan peubah, gelombang transmisi, Gelombang refleks
Analisis Refraksi Dan Efek Pendangkalan (Shoaling) Gelombang Terhadap Penambahan Panjang Pemecah Gelombang Pada Mulut Pelabuhan Tanjung Adikarta Glagah YOGYAKARTA
Dalam pembangunan pelabuhan harus memperhatikan aspek fisika perairan atau aspek oseanografi yang meliputi pasang surut, arus dan gelombang. Gelombang merupakan salah satu aspek oseanografi yang penting dalam pembangunan. Proses penjalaran gelombang di sekitar pantai akan mengalami beberapa transformasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses refraksi dan efek pendangkalan (shoaling) gelombang dan kondisi gelombang ketika menuju mulut pelabuhan pada lokasi penelitian. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data primer/lapangan (gelombang) dan pengolahan data sekunder (angin) yang hasilnya digunakan untuk verifikasi dengan data primer gelombang. Pengambilan data primer gelombang dilakukan pada tanggal 22 sampai 24 Februari 2012. Metode yang digunakan untuk analisis hasil penelitian adalah metode kuantitatif dengan bantuan software SMS (Surface Water Modeling System). Dari hasil pengamatan gelombang diketahui gelombang di perairan pelabuhan Tanjung Adikarta, D.I Yogyakarta yang terjadi pada tanggal 22 sampai 24 Februari 2012, tinggi gelombang maksimum sebesar 1,475 meter dengan periode sebesar 15,8 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs) sebesar 1,021 meter dengan periode (Ts) sebesar 12,8 detik. Tinggi gelombang minimum 0,84 meter dengan periode sebesar 10,3 detik. Sedangkan hasil peramalan gelombang dengan metode SMB didapatkan untuk musim barat tinggi gelombang signifikan sebesar 0,978 meter dengan periode 8,276 detik, pada musim peralihan tinggi gelombang signifikan sebesar 0,9 meter dengan periode 7,936 detik dan pada musim timur tinggi gelombang signifikan sebesar 0,826 meter dengan periode 7,654 detik Dari hasil model didapatkan tinggi gelombang dimulut pelabuhan sampai daerah terlindung pemecah gelombang pada musim barat sebesar 1,43 meter sampai 0,52 meter, musim peralihan sebesar 1,96 meter sampai 0,46 meter, musim timur sebesar 1,54 meter sampai 0,37 meter, skenario 1 sebesar 1,3 meter sampai 0,26 meter dan skenario 2 sebesar 1,24 meter sampai 0,26 meter
Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Pada Pantai Depok, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Abstrak
Abrasi juga bisa didefinisikan sebagai mundurnya garis pantai akibat hantaman terus menerus dari gelombang air laut. Abrasi juga terjadi pada Pantai Depok, Kecamatan Sleman, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu upaya untuk mengurangi resiko terjadinya abrasi pantai yaitu dengan membangun pemecah gelombang (breakwater). Bangunan pemecah gelombang berfungsi untuk meredamkan energi gelombang sehingga gelombang yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar. Penelitian dikhususkan pada perencanaan bangunan pemecah gelombang pada Pantai Depok sebagai penanganan kerusakan akibat abrasi. Perencanaan bangungan pemecah gelombang memerlukan beberapa parameter data diantaranya data gelombang, data pasang surut, data angin, serta data bathimetri. Dari data tersebut dapat dianalisis dan menghasilkan karakteristik gelombang, pasang surut, serta kemiringan daerah di sekitar pantai. Data yang sudah dianalisis dapat ditentukan dimensi dan parameter lainnya pada bangunan pemecah gelombang yang direncanakan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Run Up gelombang sebesar 1,337 m maka dapat ditentukan elevasi bangunan pemecah gelombang sebesar 2,7 m dan tinggi (H) bangunan pemecah gelombang sebesar 5,7 m. Untuk lebar lapis lindung bangunan pemecah gelombang utama sebesar 0,9 m sedangkan untuk yang sekunder sebesar 0,6 m. Untuk lapis pelindung kaki bangunan pemecah gelombang memiliki tebal sebesar 0,4 m dan lebar sebesar 1,3 m. Berat batu pelindung untuk bangunan pemecah gelombang ditentukan sebesar 0,1476 ton dengan jumlah batu pelindung untuk setiap satuan luas (10 m2) sebanyak 58 butir.
Kata Kunci: Abrasi, Garis Pantai, Gelombang, Pemecah Gelombang, Pasang Surut
Analisis Karakteristik Gelombang Di Perairan Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara
Pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Batu Bara membutuhkan informasi gelombang laut. Hempasan gelombang laut dan distribusi energinya memberi pengaruh yang besar terhadap pembangunan infrastruktur dalam pengembangan wilayah yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gelombang laut di perairan Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengukuran data gelombang lapangan menggunakan metode observasi langsung dengan sistem pengukuran titik tunggal. Pengukuran dilakukan pada tanggal 17 - 20 Juni 2014. Data time series gelombang menggunakan data gelombang dari ECMWF (The European Center For Medium-Range Weather Forecasts). Hasil pengukuran gelombang laut diketahui bahwa di perairan Kabupaten Batu Bara memiliki tinggi gelombang antara 0,24 m - 0,54 m dan periode gelombang 3,4 detik - 8,7 detik. Hasil pemodelan karakteristik gelombang menggunakan bantuan software SMS 10.0 modul STWAVE didapatkan bahwa tinggi gelombang signifikan pada musim Barat sebesar 0,53 m dan periode signifikannya sebesar 4,48 detik dan arah penjalaran dari Barat Laut. Pada musim Peralihan I tinggi gelombang signifikan sebesar 0,46 m dengan periode signifikan 4,58 detik dan arah penjalaran dari Barat Laut. Musim Timur tinggi gelombang signifikan sebesar 0,51 m dengan periode signifikan 4,78 detik dan arah penjalaran dari Tenggara. Sedangkan musim Peralihan II tinggi gelombang signifikan sebesar 0,69 m dengan perode signifikan 5,28 detik dan arah penjalaran dari Barat Laut. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan tinggi gelombang maksimum (0,54 m) dan periode gelombang maksimum (3,4 detik) diketahui kondisi gelombang adalah gelombang perairan transisi dengan d/L sebesar 0,16. Sedangkan berdasarakan nilai periodenya dapat diklasifikasikan sebagai gelombang gravitasi dan merupakan gelombang yang dipengaruhi oleh angin
Analisis Spektrum Gelombang Berarah Di Perairan Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali
Penjalaran gelombang dengan flux energi yang besar mampu merusak bangunan pelindung pantai dan menyebabkan erosi. Kondisi ini sangat merugikan bagi pantai, khususnya pantai dengan gelombang besar seperti Pantai Kuta, sehingga dibutuhkan pengetahuan tentang karakteristik gelombang yang menuju ke pantai untuk mengantisipasi kerusakan pantai lebih besar. Melalui pendekatan analisis spektrumgelombang berarah dapat diperoleh estimasi tinggi gelombang , periode dan arah penjalaran gelombang sertakarakteristik gelombang di Perairan Kuta, Bali.Sedangkan metode yang digunakan untuk mengestimasi gelombang bersifat kuantitatif dan penentuan lokasi penelitiannya menggunakan metode cluster sampling.Analisis spektrum berarah dengan metode Bayesian Direction (BD) menghasilkan sebesar 0,985 m dan sebesar 12,5 detik, nilai tersebut paling mendekati dengan perhitungan di lapangan. Metode DFT, EML, IML, EMEP dan BD menunjukkan frekuensi diantara 0,09-0,15 atau gelombang frekuensi rendah. Estimasi tersebut menunjukkan bahwa kondisi gelombang di lokasi pengukuran adalah gelombang swell. Estimasi penjalaran gelombang dengan metode DFT, EML dan IML menunjukkan bahwa gelombang membelok akibat pengaruh arus sebesar300, sedangkan metode EMEP dan BD sebesar 1700. Perhitungan di lapangan menghasilkan nilai = 1,19 m dan = 13,20 detik. Klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman relatif menunjukkan nilai sebesar 0,0956 , yaitu . Hal ini menunjukkan bahwa gelombang di lokasi pengukuran adalah termasuk gelombang transisi
- β¦