89 research outputs found

    PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN KELUHAN PENYAKIT KULIT PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH

    Get PDF
    Sampah merupakan hasil kegiatan sehari-hari manusia maupun dari proses produksi industri yang sudah tidak terpakai. Petugas pengangkut sampah berisiko untuk mengalami keluhan penyakit kulit karena aktivitas pekerjaan setiap hari kontak dengan sampah yang mengandung bakteri patogen, virus, jamur serta vektor pembawa penyakit. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti: topi, sarung tangan karet, sepatu boots, baju pelindung, dan masker dapat mencegah kontaminasi sampah ke kulit secara langsung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan keluhan penyakit kulit pada petugas. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Responden penelitian yaitu petugas pengangkut sampah di Kota Madiun yang berjumlah 50 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini mengumpulkan data melalui kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan uji korelasi Somers’D. Hasil uji Korelasi Somers’D menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan keluhan penyakit kulit (p = 0,000), arah korelasi negatif (-), dan koefisien korelasi yaitu -0,520. Saran yang dapat diberikan adalah memberikan edukasi kepada petugas pengangkut sampah melalui sosialisasi terkait penggunaan APD yang lengkap, serta pemberian informasi tentang risiko penyakit kulit pada pekerjaan tersebut

    HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU PEKERJA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

    Get PDF
                                             ABSTRAKPenyakit Akibat Kerja Merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor perilaku pekerja dengan kejadian penyakit akibat kerja. Jenis penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif yaitu mengumpulkan data berupa data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur, buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya dengan mengkaji hubungan variabel bebas dan variabel terikat.Berdasarkan dari 6 jurnal studi penelitian yang telah dikaji menunjukkan hubungan yaitu Haris Setiawan dan Ipop Sjariah (2015), didapatkan tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan pada mulut, gigi, dan saluran pernafasan. Sarinah dan Supri (2015), hasil uji statistik didapatkan nilai masing- masing 0,024 dan 0,025 karena nilai p-value <0,05 sehingga ada hubungan dengan kejadian penyakit akibat kerja. Margareta Pratiwi Eka (2016), menunjukkan nilai p-value 0,014 yang artinya ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit akibat kerja. Husaini dkk (2017), menunjukkan nilai p-vaule 0.000 artinya ada hubungan  penggunaan alat pelindung diri dengan penyakit akibat kerja. Farmawaty dkk (2018), didapatkan bahwa penyakit merupakan risiko yang sering dialami oleh penganggut sampah. Ratnah dan Agus (2018), didapatkan bahwa penyakit yang dialami oleh pekerja yaitu gangguan pernafasan, kelelahan otot, dan gangguan kulit.Untuk itu perlunya edukasi berupa penyuluhan yang dilakukan perusahaan terhadap karyawan dan pekerja sektor informal terkait penyakit akibat kerja sehingga mampu meminimalisir terjadinya penyakit di tempat kerja

    Analysis of Risk Factors for Skin Disease Symptom at The Waste Disposal Workerin Deli Serdang

    Get PDF
    Disease risks associated with waste collection and transportation work include skin health problems, increased cases of diarrhea, and skeletal muscle disorders. These circumstances will support the risk of developing skin diseases in waste  disposal workers. The purpose;of this study was to determine the relationship between length of service, use of Personal Protective Equipment (PPE), and personal hygiene with symptom of skin diseases among waste transport workers in Deli Serdang. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. The sample amounted to 41 people with the sampling technique, namely total sampling. The research instrument was conducted by interview using a questionnaire and conducting field observations to observe waste transportation activities. Data analysis using univariate and bivariate, the statistical test used is the Chi-Square test. The results of research conducted on the relationship between the working period, the use of Personal Protective Equipment (PPE), and personal hygiene in waste transport workers in Deli Serdang, shows that workers who experience skin disease symptom are 41.5%. Based on the results of the chi-square analysis, it was found that there was a signicant relationship between the working period and symptom of skin diseases in waste transport workers where the value (pvalue=0.001), personal hygiene value (p-value=0.012), the use of Personal Protective Equipment (PPE) value (p-value=0.014). Conclusion: Based on the results of the study it can be concluded that there is a relationship between tenure, PPE, personal hygine with complaints of skin diseases in waste carriers. Waste haulers who have less than 5 years of service, compliant use of PPE, and good personal hygine are not at risk for skin disease complaints. Keywords:  Personal Hygiene, Personal Protective Equipment (PPE), Work Perio

    Analysis of Risk Factors for Skin Disease Symptom at The Waste Disposal Workerin Deli Serdang

    Get PDF
    Disease risks associated with waste collection and transportation work include skin health problems, increased cases of diarrhea, and skeletal muscle disorders. These circumstances will support the risk of developing skin diseases in waste disposal workers. The purpose;of this study was to determine the relationship between length of service, use of Personal Protective Equipment (PPE), and personal hygiene with symptom of skin diseases among waste transport workers in Deli Serdang. This study is a quantitative study with a crosssectional design. The sample amounted to 41 people with the sampling technique, namely total sampling. The research instrument was conducted by interview using a questionnaire and conducting field observations to observe waste transportation activities. Data analysis using univariate and bivariate, the statistical test used is the Chi-Square test. The results of research conducted on the relationship between the working period, the use of Personal Protective Equipment (PPE), and personal hygiene in waste transport workers in Deli Serdang, shows that workers who experience skin disease symptom are 41.5%. Based on the results of the chi-square analysis, it was found that there was a signicant relationship between the working period and symptom of skin diseases in waste transport workers where the value (pvalue=0.001), personal hygiene value (p-value=0.012), the use of Personal Protective Equipment (PPE) value (p-value=0.014). Conclusion: Based on the results of the study it can be concluded that there is a relationship between tenure, PPE, personal hygine with complaints of skin diseases in waste carriers. Waste haulers who have less than 5 years of service, compliant use of PPE, and good personal hygine are not at risk for skin disease complaint

    Hubungan Pengetahuan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Penyemprot Pestisida

    Get PDF
    Taylor et al., 2008 reported that 80% of occupational dermatoses were contact dermatitis. One of the chemicals that can cause skin disorders is pesticides that are often used in the community, especially oil palm plantation companies (PKS). The use of personal protective equipment (PPE) is one risk control for contact dermatitis in workers. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and behavior of PPE usage with contact dermatitis in oil palm pesticide workers. The research design used was cross-sectional using a total sampling technique that is all workers giving oil palm pesticides in one PKS company in a district of 37 people. The variables used were contact dermatitis obtained from workers' medical records, knowledge using questionnaire instruments, and PPE usage behavior through observation for 3 days with random time. The results showed that 62.2% of workers giving oil pesticides had contact dermatitis, there was a significant relationship between the knowledge of the use of PPE and contact dermatitis (p value = 0.001) and there was a significant relationship between the behavior of PPE use with contact dermatitis (p value = 0,000) giver of palm pesticides. To reduce the occurrence of contact dermatitis can be done by increasing the knowledge and behavior of using PPE. Keywords : Contact dermatitis, pesticide, personnel protective equipment, palm oilTaylor et al, 2008 melaporkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan kulit salah satunya adalah pestisida yang sering digunakan di masyarakat, khususnya perusahaan perkebunan kelapa sawit (PKS). Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan salah satu pengendalian risiko terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku pemakaian APD dengan dermatitis kontak pada pekerja pemberi pestisida sawit. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh pekerja pemberi pestisida sawit di salah satu perusahaan PKS di suatu kecamatan yang berjumlah 37 orang. Variabel yang digunakan adalah dermatitis kontak yang didapatkan dari data rekam medis pekerja, pengetahuan menggunakan instrumen kuesioner, serta perilaku pemakaian APD melalui observasi selama 3 hari dengan waktu yang random. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62.2% pekerja pemberi pestisida sawit mengalami dermatitis kontak, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pemakaian APD dengan dermatitis kontak (p value = 0,001) dan ada hubungan bermakna antara perilaku pemakaian APD dengan dermatitis kontak (p value = 0,000) pada pekerja pemberi pestisida sawit. Untuk mengurangi terjadinya dermatitis kontak dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan perilaku pemakaian APD. Kata kunci : Dermatitis kontak, pestisida, alat pelindung diri, saw

    GAMBARAN JAMUR Trichophyton sp PADA KAKI PETUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP SAMARINDA SEBERANG

    Get PDF
    Prevalensi penyakit dermatofitosis di Asia mencapai 35,6%. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa 80-90% kasus tinea pedis dan tinea unguium disebabkan oleh jamur dermatofita, terutama Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Petugas kebersihan adalah contoh pekerjaan yang kesehariannya menggunakan sepatu yang tertutup dengan waktu cukup lama, lapangan kerja yang kotor, panas dan lembab menjadi faktor yang memudahkan terjadinya infeksi jamur pada kaki dan kuku kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jamur Trichophyton sp pada kerokan kulit dan kuku kaki petugas kebersihan DLH. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan melakukan observasi kuesioner terhadap petugas kebersihan DLH di Samarinda Seberang dan pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Responden pada penelitian ini berjumlah 17 orang petugas kebersihan berjenis kelamin laki-laki yang akan diambil kerokan kulit dan kuku kaki, kemudian dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian, didapatkan responden yang terinfeksi jamur Trichophyton sp sebanyak 6 orang (35,3%) dan yang tidak terinfeksi sebanyak 11 orang (64,7%). Petugas kebersihan DLH di Samarinda Seberang lebih banyak berusia 30-35 tahun (47%) dengan lama bekerja 1-3 dan 4-6 tahun (35%). Responden yang rutin menggunakan APD sebanyak 11 orang (64,7%) dan rutin mencuci kaki sebanyak 15 orang (88,2%). Penggunaan APD dan kebiasaan mencuci tangan dan kaki menjadi salah satu faktor terinfeksi jamur Trichophyton sp. Disimpulkan bahwa terdapat petugas kebersihan DLH yang terinfeksi jamur Trichophyton sp baik yang menggunakan sepatu boot dan mencuci kaki/tangan

    Personal Hygiene Berhubungan dengan Keberadaan Telur Ascaris lumbricoides: Studi pada Kuku Pengrajin Batu Bata

    Get PDF
    ABSTRAK Pendahuluan: Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan infeksi Soil-transmitted Helminths (STH) lain. Hygiene dan sanitasi yang kurang baik menjadi faktor penyebab terjadinya infeksi cacing termasuk askariasis. Tanah, debu, air, sayuran, tangan, dan kuku jari dapat berkontribusi sebagai media transmisi telur cacing. Pengrajin batu bata merupakan salah satu pekerjaan yang berhubungan erat dengan tanah dan air dimana sebagian proses pembuatannya dilakukan secara manual menggunakan tangan. Beberapa metode digunakan untuk identifikasi telur Ascaris lumbricoides dan beberapa studi menyatakan adanya temuan telur cacing pada kelompok pekerja yang kontak erat dengan tanah maupun air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan tempat kerja dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata.Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Besar sampel dihitung dengan rumus Lemeshow dengan teknik purposive sampling. Sampel merupakan pengrajin batu bata yang berlokasi di Desa Sengonbugel, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kuku menggunakan metode sedimentasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 40 subyek penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki personal hygiene baik (82.5%) dan sanitasi lingkungan tempat kerja baik (62.5%). Terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata (p=0.002; PR=2,5) sedangkan sanitasi lingkungan tempat kerja tidak bermakna (p = 0,545).Kesimpulan: Personal hygiene berhubungan dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides. Prevalensi keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata meningkat 2,5 kali lebih tinggi pada personal hygiene yang buruk

    FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PEKERJA LAS

    Get PDF
    Pengelasan merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang berhubungan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada pekerja las di Jalan A.Yani, Kota Banjarbaru. Desain penelitian adalah observasional analitik menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel berdasarkan quota sampling sebanyak 30 orang. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara usia (p=0,513), masa kerja (p=0,729), lama kerja (p=0,337) terhadap PAK. Namun, adahubungan pengetahuan (p=0,046) dan penggunaan APD (p=0,000) terhadap PAK. Secara simultan usia, masa kerja, lama kerja, tingkat pengetahuan, dan penggunaan APD tidak berhubungan dengan kejadian PAK pada pekerja las. Secara parsial tingkat pengetahuan dan penggunaan APD hubungan parsial yang signifikan terhadap penyakit akibat kerja pada pekerja las. Tukang las yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang berisiko 5,442 kali lebih besar dibanding yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Tukang las yang tidak menggunakan minimal empat APD utama berisiko 1,000 kali lebih besar dibanding yang menggunakan minimal empat APD utama. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, masa kerja, dan lama kerja dengan penyakit akibat kerja. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan penggunaan APD terhadap penyakit akibat kerja

    FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PEKERJA LAS

    Get PDF
    Pengelasan merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang berhubungan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada pekerja las di Jalan A.Yani, Kota Banjarbaru. Desain penelitian adalah observasional analitik menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel berdasarkan quota sampling sebanyak 30 orang. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara usia (p=0,513), masa kerja (p=0,729), lama kerja (p=0,337) terhadap PAK. Namun, adahubungan pengetahuan (p=0,046) dan penggunaan APD (p=0,000) terhadap PAK. Secara simultan usia, masa kerja, lama kerja, tingkat pengetahuan, dan penggunaan APD tidak berhubungan dengan kejadian PAK pada pekerja las. Secara parsial tingkat pengetahuan dan penggunaan APD hubungan parsial yang signifikan terhadap penyakit akibat kerja pada pekerja las. Tukang las yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang berisiko 5,442 kali lebih besar dibanding yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Tukang las yang tidak menggunakan minimal empat APD utama berisiko 1,000 kali lebih besar dibanding yang menggunakan minimal empat APD utama. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, masa kerja, dan lama kerja dengan penyakit akibat kerja. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan penggunaan APD terhadap penyakit akibat kerja

    Hubungan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan keluhan penyakit kulit pada nelayan di Kelurahan Bagan Deli

    Get PDF
    One of the biggest occupational diseases is dermatosis. The percentage of occupational dermatoses from all occupational diseases occupies the highest portion of around 60-50%. Occupational Skin Disease ranks the second highest after musculoskeletal disease, with around 22% of all occupational diseases. This type of research is analytic survey with cross-sectional study design. Data collection in this study using a questionnaire and processed using the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) application. Data analysis using chi square test. The sample size in this study amounted to 85 fishermen. There is a significant relationship between the use of boots (P-value 0.040) and the use of protective headgear (P-value 0.020), but there is no significant relationship between the use of gloves (P-value 0.268) and protective clothing (P-value 0.362) . Fishermen must always pay attention to safety and health during work, especially for occupational diseases such as dermatosis (skin diseases) for fishermen, which can be minimized by using good personal protective equipment (PPE)
    corecore