238 research outputs found
Metode Dongeng: Peningkatan Keterampilan Berbahasa melalui Storytelling Abu Nawas di TK IT Auladi Islami
Observasi menunjukkan kecakapan anak-anak yang belajar di TK IT Auladi Islami Kec. Rajeg belum mumpuni dalam pengenalan huruf-huruf yang sekaligus penguasaan kosakat rendah, serta minim motivasi belajar. Menimbang bahwa semakin banyak anak menguasai kosakata maka semakin cerdas keterampilan wicaranya, dan semakin anak banyak mengenal huruf, akan mempercepat kemampuan menulisnya. Metode mendongeng menjadi pilihan mengenalkan multi kosakata yang sederhana efektif dan menceritakan kembali menjadi alternatif tujuan riset yakni upaya meningkatkan keterampilan berbahsa sesuai fase pertumbuhan dan perkembangan kemampuan anak. Jenis PTK, dua siklus, 4 tahapan (rencanakan, laksanakan, amati, merefleksi), subjek 13 anak, hasil menunjukkan keterampilan berbahasa anak
Penanaman pola asuh demokratis dalam membentuk karakter islami remaja: Studi kasus di Dusun Erot RT 18 Kelurahan Kembang Sari Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Tahun 2022
INDONESIA:
Keluarga menjadi lingkungan belajar pertama bagi anak dan lingkungan sosialnya. Dalam keluarga terdapat pola asuh yang esensial bagi pendidikan anak, yaitu yang diterapkan menurut pola asuh demokratis. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola asuh demokratis dalam membentuk karakter Islami remaja masa kini dan mengenalkan pola asuh demokratis kepada masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implikasi pola asuh demokratis dalam membentuk karakter Islami remaja yang berdasarkan 2 indikator yaitu: (1) Pola asuh demokratis. (2) Implikasi pola asuh demokratis dalam membentuk karakter Islami remaja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan fenomenologi. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan data yang digunakan Miles dan Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data di triangulasi menggunakan sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Pola asuh demokratis meliputi cara penerapan pola asuh demokratis. (2) Implikasi pola asuh demokratis dalam membentuk karakter Islami remaja bentuk dari pola asuh demokratis yang diterapkan.
ENGLSIH:
The family is the first learning and social environment for children. In the family, there is a parenting style that is fundamental in children's education, and the type of parenting that is suitable for democratic parenting is used. Therefore, researchers are interested in conducting research on democratic parenting to see the inculcation of democratic parenting in shaping the Islamic character of today's youth as well as introducing people to democratic parenting.
The purpose of this study was to determine the inculcation of democratic parenting in shaping the Islamic character of adolescents in terms of 2 indicators, namely: (1) Democratic parenting. (2) Embedding democratic parenting in shaping the Islamic character of youth.
To achieve this goal, this research uses qualitative research with a descriptive and phenomenological approach. In collecting data, researchers used interviews, observation, and documentation. Miles and Huberman used data analysis techniques with data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The validity of the data uses source triangulation.
The results of the study show that (1) Democratic parenting includes how to apply democratic parenting. (2) Embedding democratic parenting in shaping the Islamic character of youth is a form of instilling democratic parenting.
ARABIC:
تكون الأسرة بيئة التعليم وبيئة الإجتماع الأولى للأولاد. وفي هذه الأسرة يوجد أسلوب التربية الذي يكون أساسا في تربية الأطفال، ونوع أسلوب التربية المناسب والفعال في استخدامه هو أسلوب تربية ديمقراطية. ومن أجل ذلك، رغبت الباحثة قيام بالبحث عن أسلوب تربية ديمقراطية لنظر ولملاحظة غرس أسلوب تربية ديمقراطية لتشكيل الشخصية الإسلامية للمراهقين في هذا الزمن، وفي نفس الوقت تقديم أو تعريف لكثير من الأشخاص عن هذا الأسلوب.
الهدف من هذا البحث هو لمعرفة غرس أسلوب تربية ديمقراطية لتشكيل الشخصية الإسلامية للمراهقين المستعرضة من مؤشرين اثنان وهما : (1) أسلوب تربية ديمقراطية، (2) غرس أسلوب تربية ديمقراطية لتشكيل الشخصية الإسلامية للمراهقين.
لحصول على الهدف، استخدمت الباحثة البحث الكيفي بالمدجل الوصفي والظواهر. واستخدمت الباحثة طريقة جمع البيانات وهي المقابلة والملاحظة والوثائق. وأما أسلوب تحليل البيانات المستخدم هو الأسلوب مايلز و هوبرمان الذي يتكون من تصنيف اليبانات، تصيير البيانات، عرض البيانات والاستنتاج (الخلاصة). وأما تصديق البيانات المستخدم هو تثليث المصادر.
وأما نتائج هذا البحث هي: 1) أسلوب تربية ديمقراطية يحتوى كيفية تطبيق أسلوب تربية ديمقراطية، 2) غرس أسلوب تربية ديمقراطية لتشكيل الشخصية الإسلامية للمراهقين هو هيئة غرس أسلوب تربية ديمقراطية
Potret Pola Pendidikan Agama Islam Keluarga Pekerja Perkebunan Teh Desa Tangsi Baru Kabawetan
Abstract: The Portrayal Of Islamic Religious Education Patterns Of The Workers’ Family At The Tea Plantation In Tangsi Baru Village Kabawetan The family is a small part of society that consists of a father, mother (parents), and children. Parents are the first and foremost educators for every child. When parents have other professions outside the home, they definitely still have to prioritize religious education for their children even in the early years. In this regard, how are the patterns of familial education in Tangsi Baru Village, Kabawetan, Kepahiang Regency, in the midst of families as the tea laborers? To answer the foregoing question, this study used a qualitative approach. The data collection techniques were interviews and observations, and the data were then analyzed in a qualitative way. The conclusion is showed that the most widely applied pattern of Islamic education in the family was a democratic pattern, with the reason in order that their children are not circumscribed by the parents’ rules, in the meantime, their control is very limited because of being the plantation workersAbstrak : Potret Pola Pendidikan Agama Islam Keluarga Pekerja Perkebunan Teh Desa Tangsi Baru Kabawetan Keluarga adalah bagian kecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu (orang tua) dan anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi setiap anak. Ketika orang tua memiliki profesi yang lain selain di rumah, tentu tetap harus mengedepankan pendidikan agama pada anak mereka bahkan sejak usia kanak-kanak. Bagaimanakah dengan pola pendidikan dalam keluarga di Desa Tangsi Baru Kabawetan Kabupaten Kepahiang, di tengah keluarga yang notabene berprofesi sebagai pekerja perkebunan Teh?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara dan observasi selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif pula. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pendidikan Agama Islam dalam keluarga yang paling banyak diterapkan adalah pola demokratis, dengan alasan agar anak mereka tidak terkungkung dengan aturan dari orang tua sementara pengawasan mereka sangat terbatas karena kesibukan sebagai pekerja perkebuna
Edukasi Keluarga Berwawasan Gender (Analisis Isi Akun Instagram @tuturmama.id)
The Indonesia's deep-rooted patriarchate culture inflicves inequality. A husband is thought to be in a higher position than his wife and therefore be free to administer matters while she is obedient. Even domestic violence perpetrated by husbands against wives is common in Indonesia. Based on this fact it is necessary to educate societies about gender-minded families that view husband and wife in equal positions. One way is by using well-interest social media as Instagram as an effort to educate people. Researchers analyzed the instagram account @tuturmama.id to know the gender-insight family education being carried out. The study uses analysis of content with a qualitative descriptive approach through the analytical step of; data reduction, data presentation, and deduction drawing. Instagram account @tuturmama.id does gender-insight family education through the five categories of content: (1) equality of husband and wife roles, (2) cooperation between husband and wife, (3) the husband's role in domestic and nurturing spheres, (4) positioning the couple as partners without hierarchy, and (5) the wife's support of the husband's role in the home. The five categories of content are based on the three gender-oriented family concepts; (1) understanding and supporting each other's roles, functions, and positions in the home, (2) positioning spouses as husbands/wives, fathers/mothers, friends, partners, and lovers, and (3) making friend partners and partners in each decision making
Persinggungan Agama, Pengasuhan Anak, dan Media Sosial: Penelusuran Dunia Digital Perempuan Muda
Artikel ini berfokus pada proses berbagi, distribusi, hingga pembentukan pengetahuan terkait agama dan pola asuh anak di kalangan perempuan muda. Kemunculan internet, khususnya media sosial, jelas memberikan pengaruh pada bagaimana penerimaan dan persebaran pengetahuan. Agama dan pola asuh anak adalah diskursus paling populer di kalangan perempuan muda hari in. Menariknya, para perempuan muda, populer hari ini dengan sebutan Mahmud (Mamah Muda) ini memiliki cara mendapatkan, membentuk, hingga mengonsumsi pengetahuan dengan generasi sebelumnya. Artikel ini berbasis pada pengamatan atas aktifitas media sosial para perempuan muda terkait tema agama dan pola asuh anak. Pertanyaan utama artikel ini adalah bagaimana proses pengumpulan, distribusi, berbagi, pembentukan, hingga konsumsi pengetahuan agama dan pola asuh anak di kalangan perempuan muda? Dengan menggunakan etnografi digital, artikel ini mengamati seluruh aktifitas media sosial sepuluh perempuan muda yang baru saja menjadi ibu. Artikel ini mendapati bahwa perempuan muda ini sudah lebih banyak menyeleksi atau meninggalkan pola asuh anak, yang mereka dapatkan dari para perempuan dari generasi sebelumnya. Selain itu, mereka juga memiliki sumber-sumber pengetahuan lain yang dianggap lebih otoritatif dalam menjelaskan tema agama dan pola asuh anak. Terakhir, para perempuan muda ini juga lebih banyak menolak atau meninggalkan beragam tradisi keagamaan yang berkelindan dengan Islam lokal, karena beragam alasan
Self-love atau Selfish: Relevansi Konsep Tarbiyah dalam QS. al-Isra’ [17]: 24 dengan Hubungan Anak dan Orang Tua
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebingungan di kalangan remaja muslim dalam membedakan konsep self-love dengan perilaku egois (selfish), terutama dalam konteks hubungan anak dan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep self-love dalam perspektif pendidikan Islam dan membedakannya dari perilaku egois, sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam QS. al-Isra’ [17]: 24. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis tafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur\u27an, khususnya QS. al-Isra’ [17]: 24, yang memuat ajaran kasih sayang dan sikap menghormati orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-love yang sesuai dengan nilai-nilai Islam menekankan pada keseimbangan antara kasih sayang kepada diri sendiri dan orang lain, tanpa mengabaikan kebutuhan serta hak-hak orang tua. Self-love ini bukan berarti mementingkan diri sendiri, melainkan memperhatikan kesehatan mental dan fisik agar dapat berperan lebih baik dalam keluarga dan masyarakat. Analisis ini menegaskan bahwa sikap hormat dan kasih sayang kepada orang tua harus tetap menjadi prioritas dalam membentuk karakter individu yang utuh.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebingungan di kalangan remaja muslim dalam membedakan konsep self-love dengan perilaku egois (selfish), terutama dalam konteks hubungan anak dan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep self-love dalam perspektif pendidikan Islam dan membedakannya dari perilaku egois, sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam QS. al-Isra’ [17]: 24. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis tafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur\u27an, khususnya QS. al-Isra’ [17]: 24, yang memuat ajaran kasih sayang dan sikap menghormati orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-love yang sesuai dengan nilai-nilai Islam menekankan pada keseimbangan antara kasih sayang kepada diri sendiri dan orang lain, tanpa mengabaikan kebutuhan serta hak-hak orang tua. Self-love ini bukan berarti mementingkan diri sendiri, melainkan memperhatikan kesehatan mental dan fisik agar dapat berperan lebih baik dalam keluarga dan masyarakat. Analisis ini menegaskan bahwa sikap hormat dan kasih sayang kepada orang tua harus tetap menjadi prioritas dalam membentuk karakter individu yang utuh
Argumen Pendidikan Seksual Dalam Al-Qur’an (Upaya Penanggulangan Transeksual Pada Anak)
This research aims to Argumens of the Qur'an in the context of sexual education as a solution to prevent the phenomenon of transsexuality in children. The conclusion of this research asserts that Quranic-based sexual education Argumens are not only preventive measures but also effective instruments in combating the negative impacts on children's development and have high relevance in providing protection against the adverse effects of transsexuality on children, exploring efforts to counter transsexuality in children through Quranic-based sexual education. The research conclusion is obtained through critical analysis of the phenomenon of transsexuality from the historical perspectives of religion, psychology, and law. This research is then followed up with a thematic interpretation approach based on Quranic references concerning Argumens of sexual education and transsexuality in children. The methods used in this research are qualitative research with the maudhȗ’î interpretation method and historical-critical-contextual methods. Meanwhile, the approach used is a qualitative method based on literature research, Quranic verses, research publication, journals, conference or seminar proceedings, interviews, and article
Urgensi pemilihan tempat tinggal oleh mahasiswa berkeluarga di Kota Malang perspektif Maqashid Al-Syari’ah Al-Syāthibi
ABSTRAK
Pemilihan tempat tinggal merupakan kebutuhan fundamental yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri, tak terkecuali bagi para mahasiswa berkeluarga di Kota Malang. Tempat tinggal pasangan suami istri merupakan sarana positif yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah ikhtiar mewujudkan kenyamanan dalam keluarga yang dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Di sisi lain, rumah atau tempat tinggal juga bisa menjadi menjadi penyebab kerusakan hubungan bagi pasangan yang tidak dapat menjaga keharmonisaan rumah tangga yang mereka bangun. Oleh karenanya, mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan tempat tinggal pasca pernikahan memiliki urgensitas untuk diprioritaskan berdasarkan kenyaman dan preferensi pasangan suami istri, sehingga kehidupan berkeluarga yang diharapkan dapat terwujud. Maqashid al-syari’ah al-Syathibi merupakan konsep yang berlandaskan untuk memperoleh kemaslahatan kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Penelitian ini bertujuan untuk: a) Untuk mendeskripsikan pemilihan tempat tinggal oleh mahasiswa berkeluarga dalam pemilihan tempat tinggal di Kota Malang; b) Untuk menganalisis faktor-faktor pertimbangan pemilihan tempat tinggal oleh mahasiswa berkeluarga di Kota Malang perspektif maqashid al-syari’ah al-Syathibi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara melakukan wawancara secara langsung terhadap para subjek penelitian yakni mahasiswa berkeluarga di Kota Malang.
Hasil dan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) faktor-faktor pertimbangan pemilihan tempat tinggal oleh mahasiswa berkeluarga terakumulasi ke dalam beberapa faktor, yaitu faktor akademik, faktor lingkungan, faktor aksesibilitas, faktor pekerjaan, faktor ekonomi, faktor pembelajaran, dan faktor merawat dan menemani orang tua yang lanjut usia; 2) faktor-faktor pertimbangan pemilihan tempat tinggal oleh mahasiswa berkeluarga di Kota Malang dalam tinjuan maqashid al-syari’ah al-Syathibi memiliki korelasi terhadap empat aspek, yaitu: a) menjaga agama (hifzh al-din), dikategorikan sebagai faktor aksesibilitas ke tempat ibadah; b) menjaga jiwa (hifzh al-nafs), dikategorikan ke dalam faktor lingkungan; c) menjaga harta (hifzh al-mal), masuk ke dalam kategori faktor pekerjaan; dan d) menjaga akal (hifzh al-aql), dikategorikan ke dalam faktor akademik.
ABSTRACT
Choosing a place to live is a fundamental need that must be carried out by married couples, including students with families in Malang City. A husband and wife's residence is a positive facility that cannot be separated from an effort to create comfort in a family filled with love and affection. On the other hand, the house or place of residence can also be the cause of relationship breakdown for couples who cannot maintain the harmony of the household they have built. Therefore, considering the factors in choosing a place to live after marriage has an urgency to prioritize based on the comfort and preferences of the husband and wife, so that the expected family life can be realized. Maqashid al-syari’ah al-Syathibi is a concept that is based on obtaining the benefit of human life in this world and in the afterlife. This research aims to: a) To describe the choice of residence by students with families in choosing a place to live in Malang City; b) To analyze the factors considering choosing a place to live by students with families in Malang City from the perspective of maqashid al-syari’ah al-Syathibi.
This research uses empirical research with a qualitative approach. The data collection technique is by conducting direct interviews with research subjects, namely students with families in Malang City.
The results and findings of this research show that: 1) the factors considered in choosing a place to live by students with families accumulate into several factors, namely academic factors, environmental factors, accessibility factors, employment factors, economic factors, learning factors, and caring and accompanying factors. elderly parents; 2) factors taken into consideration in choosing a place to live by students with families in Malang City in the review of maqashid al-syari’ah al-Syathibi have a correlation with four aspects, namely: a) maintaining religion (hifzh al-din), categorized as a factor of accessibility to places of worship ; b) protecting the soul (hifzh al-nafs), categorized into environmental factors; c) guarding assets (hifzh al-mal), included in the work factor category; and d) maintaining reason (hifzh al-aql), categorized into academic factors.
مستخلص البحث
يعد اختيار مسكن كحاجة أساسية ينبغي أن يقوم بها المتزوجون، لا يستثني منهم الطلاب الذين تزوجوا في مدينة مالانج. إن مسكن الزوج والزوجة هو وسيلة إيجابية لا يمكن فصله عن الجهد المبذول لتحقيق الراحة في أسرة تمتلئ بالحب والمودة. من ناحية أخرى، يمكن أن يكون المنزل أو المسكن أيضًا "كابوسًا" للأزواج الذين لا يستطيعون الحفاظ على الألفة من بين الأسرة التي بنوها. ولذلك فإن اعتبار عوامل اختيار المسكن بعد الزواج له مكان ضروري نحو تحديد الأولويات على أساس راحة الزوج والزوجة وتفضيلاتهما، حتى تتحقق الحياة الأسرية المتوقعة. فمقاصد الشريعة للشاطبي هي مفهوم يقوم على تحصيل مصلحة حياة الإنسان في الدنيا والآخرة. يهدف هذا البحث إلى: أ) وصف اختيار المسكن من قبل الطلاب المتزوجين في اختيار مسكنهم بمدينة مالانج؛ ب) تحليل العوامل المؤثرة في اختيار المسكن من قبل الطلاب المتزوجين في مدينة مالانج في منظور مقاصد الشريعة للشاطبي.
يستخدم هذا البحث البحث التجريبي مع النهج النوعي. أسلوب جمع البيانات هو إجراء مقابلات مباشرة مع الأشخاص الخاضعين للبحث، وهم الطلاب الذين لديهم أسر في مدينة مالانج.
تشير نتائج هذه الدراسة واكتشافاتها إلى أن: عوامل اختيار المسكن من قبل الطلاب المتزوجين تتراكم في عدة من العوامل منها عامل الأكاديمية، عامل البيئة، عامل الوصولية، عامل المهنة أو العمل، عامل الاقتصادية، عامل التعليمية، وعامل من رعاية الوالدين الهرمين ومرافقتهما؛ عوامل اختيار المسكن من قبل الطلاب المتزوجين في مدينة مالانغ عند نظر مقاصد الشريعة للشاطبي تتعلق بأربعة جوانب، وهي: أ) حفظ الدين (حفظ الدين)، ويصنف كعامل الوصولية إلى أماكن العبادة؛ ب) حفظ النفس (حفظ النفس)، ويصنف كعامل البيئة؛ ج) حفظ المال (حفظ المال)، ويصنف كعامل العمل؛ د) حفظ العقل (حفظ العقل)، ويصنف كعامل الأكاديمية
Hubungan Pola asuh Orang Tua dengan Kemampuan Bicara Anak Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Watukebo, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2018/2019.
Pola asuh orang tua adalah cara atau sikap orang tua dalam berinteraksi
dengan anak untuk membentuk pribadi anak sesuai dengan harapan orang tua.
Dalam membentuk pribadi anak orang tua melakukannya dengan berbagai cara
dalam membimbing, mengarahkan, menuntun anak untuk menjadi pribadi,
seseorang yang dapat di terima sebagai masyarakat yang baik. Ada 3 jenis pola
asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh
permisif. Tiga jenis pola asuh tersebut secara umum sudah mewakili cara, sikap
orang tua untuk berinteraksi dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh orang tua
yang diterapkan oleh orang tua memiliki kaitan pada perkembangan anak, sebab
orang tua adalah seorang tokoh identifikasi. Artinya anak meniru apapun yang
dilakukan oleh orang tua termasuk dalam kemampuan bicara anak meniru dari
orang tuanya. Kemampuan bicara adalah kemampuan mengekspresikan untuk
menyampaikan bunyi dan kata dari gagasan, pikiran, dan perasaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah motif/motivasi, kebiasaan belajar,
komponen kebahasaan, komponen isi, dan sikap mental.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan
yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan bicara anak
Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Watukebo, Kecamatan Ambulu,
Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2018/2019?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan bicara anak
Kelompok B di TK Aisyiyah Busthanul Athfal 01 Watukebo, Desa Andongsari,
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Penelitian dilakukan di kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01
Watukebo Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Responden
penelitian ini berjumlah 34 orang tua. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah angket dan analisis dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis korelasi tata jenjang atau Rank Spearman.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan pola asuh
orang tua terhadap kemampuan bicara anak kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal 01 Watukebo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun Ajaran
2018/2019. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
bantuan SPSS menggunakan rumus tata jenjang dengan = 0,609. Nilai
signifikansi sebesar 0,000, karena nilai 0,000 ≤ nilai 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Hₐ diterima dan Hₒ ditolak.
Saran untuk orang tua yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk
bercerita tentang pengalaman maupun perasaan agar kemampuan berbicara anak
lebih terbuka. Saran untuk guru yaitu membangun kemitraan dengan orang tua
supaya orang tua ikut mengambil kesempatan menstimulasi anak berbicara di
lingkungan keluarga
- …