324 research outputs found
Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif Pada Novel the Godfather Dan Terjemahannya Dalam Bahasa Indonesia
Penerjemahan suatu tuturan memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terkadang dalam suatu tuturan ada maksud lain dari penutur. Maksud lain penutur inilah yang harus diungkap oleh seorang penerjemah. Konteks situasi yang menaungi suatu tuturan, isi topik tuturan, kedudukan sosial penutur dan mitra tutur merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu ujaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif, penggunaan teknik penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, dan dampaknya terhadap kualitas hasil penerjemahannya. Tindak tutur yang mengandung ilokusi direktif dalam novel the Godfather karya Mario Puzo adalah objek kajian dalam makalah ini. Hasil penelitian, dari 152 data, ditemukan sebanyak delapan fungsi ilokusi direktif. Fungsi tersebut antara lain memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Kemudian, ditemukan sebanyak 12 teknik penerjemahan dengan frekuensi total penggunaan sebanyak 244 kali. Teknik tersebut meliputi teknik harfiah, peminjaman murni, transposisi, reduksi, penambahan, modulasi, partikularisasi, adaptasi, amplifikasi linguistik, penghilangan, padanan lazim, deskripsi dan generalisasi. Teknik yang digunakan cenderung menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami
ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TINDAK TUTUR PREDICTING PADA PERCAKAPAN PADA NOVEL "THE SHERPENT'S SHADOW" KARYA RICK RIORDAN DAN KUALITAS TREJEMAHANNYA
ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGAKOMODASI TINDAK TUTUR KOMISIF PADA NOVEL INSURGENT KARYA VERONICA ROTH
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjemahan kalimat yang mengakomodasi
tindak tutur komisif pada novel Insurgent karya Veronica Roth. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan: (1) jenis-jenis tindak tutur komisif yang muncul pada novel
Insurgent, (2) teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan kalimat yang
mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent, (3) kualitas terjemahan dari
segi dan keterbacaan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel
Insurgent. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Sumber data penelitian
ini adalah dokumen berupa novel Insurgent karya Veronica Roth dan juga informan yang
menilai kualitas terjemahan. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang
mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent dan informasi mengenai teknik
penerjemahan dan kualitas terjemahan yang diberikan oleh informan. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan analisis dokumen, kuesioner, dan Focus Group Discussion (FGD).
Pada penelitian ini, telah ditemukan 10 jenis tindak tutur komisif pada novel insurgent
yaitu: (1) tindak tutur komisif merencanakan, (2) berjanji, (3) menawarkan diri, (4)
mengancam, (5) menolak, (6)menawarkan, (7) setuju, (8) berkaul, (9) menjamin, (10) tidak
menjamin. Lebih lanjut, pada penelitian ini masing-masing jenis tindak tutur komisif
ditemukan sebanyak berikut ini: (1) merencanakan ditemukan sebesar 24,17%, (2) berjanji
24,17%, (3) menawarkan diri 20%, (4) mengancam 14,17%, (5) menolak 6,67%, (6)
menawarkan 5,83%, (7) setuju 2,50%, (8) berkaul 0,83%, (9) menjamin 0,83%, (10) tidak
menjamin 0,83%. Terdapat 16 teknik yang digunakan untuk menerjemahan kalimat yang
mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent yaitu pemadanan lazim 58,97%,
variasi 21,25%, implisitasi, 4,91%% modulasi 4,05%, eksplisitasi 3,69%, peminjaman
murni 1,84%, reduksi 1,23%, transposisi 0,85%, penambahan 0,61%, partikularisasi
0,49%, amplifikasi linguistik 0,49%, literal 0,48%, kreasi diskursif 0,37%, generalisasi
0,25%, subtitusi 0,25% dan kompresi linguistik 0, 25%. Teknik pemadanan lazim
merupakan teknik yang paling sering muncul di setiap jenis tindak tutur komisif. Dalam
penelitian ini menunjukan keterbacaan mendapatkan nilai sempurna yaitu 3.00. Seluruh
terjemahan kata, istilah teknik, frasa, klausa, dan kalimat dapat mudah dipahami oleh
pembaca. Sehingga, seluruh terjemahan mendapat memiliki keterbacaan tinggi
TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN UNGKAPAN KEAGAMAAN DALAM BUKU THE CHOICE : ISLAM AND CHRISTIANITY
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) merumuskan teknik penerjemahan yang
diterapkan dalam menerjemahkan kata dan frasa yang terdapat dalam teks bernuansa
keagamaan: The Choice: Islam and Christianity ke dalam bahasa Indonesia, (2)
mendeskripsi metode penerjemahan yang dipilih penerjemah, (3) menjelaskan ideologi
penerjemahan yang menjadi kecenderungan penerjemah, dan (4) menilai dampak
teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut pada kualitas terjemahan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan desain
studi kasus terpancang dan berorientasi pada produk, yang mengkaji aspek objektif dan
afektif dan genetik. Sumber data adalah dokumen, informan kunci, dan responden yang
dipilih berdasarkan kriteria (criterion based sampling). Dokumen berupa dua buku
teks yang mengandung ungkapan keagamaan: The Choice: Islam and Christianity dan
hasil terjemahannya dalam bahasa Indonesia, The Choice: Dialog: Islam - Kristen.
Informan kunci terdiri dari dua ahli penerjemahan dan lima orang ahli agama Islam dan
Kristen; serta lima orang mahasiswa yang kuliah di universitas berbasis agama Islam
dan Kristen sebagai responden. Data terdiri dari (1) kata dan frasa pada teks ungkapan
keagamaan: The Choice: Islam and Christianity dan terjemahannya, (2) pernyataan
informan ahli penerjemahan tentang tingkat keakuratan pesan, (3) pernyataan ahli
agama tentang tingkat keberterimaan, dan (4) pernyataan mahasiswa yang mendalami
bidang agama Islam dan Kristen untuk memperoleh data mengenai keterbacaan
terjemahan. Data penelitian yang dikumpulkan dari informan ini dikumpulkan kemudian
dianalisa dengan teknik analisis dokumen, kuesioner, wawancara mendalam, dan
dianalisis dengan metode interaktif.
Temuan penelitian yang diperoleh dari analisis disertasi ini sebagai berikut.
Pertama, sepuluh teknik penerjemahan diterapkan dalam menerjemahkan teks
bernuansa keagamaan:The Choice: Islam and Christianity yaitu teknik harfiah, kalke,
peminjaman alamiah, padanan budaya, reduksi, perluasan dan penyempitan makna,
modulasi, kompensasi, padanan fungsional dan peminjaman murni.
Berdasarkan frekuensi penggunaannya, teknik harfiah menempati urutan
pertama (175), yang diikuti oleh kalke (57), peminjaman alamiah (32), padanan
budaya (30), reduksi (29), perluasan dan penyempitan makna (20), modulasi (19),
kompensasi (12), padanan fungsional (10) dan teknik peminjaman murni (6). Kedua,
secara teori, teknik harfiah, peminjaman murni, peminjaman alamiah, dan teknik kalke
berorientasi pada bahasa sumber sedangkan metode yang dipilih meliputi metode
penerjemahan kata demi kata, setia dan semantik. Sementara teknik reduksi, padanan
budaya, padanan fungsional, modulasi, kompensasi dan perluasan-penyempitan makna
berorientasi pada bahasa sasaran. Metode yang digunakan penerjemah adalah metode
penerjemahan bebas, adaptasi dan komunikatif. Ketiga, penggunaan teknik
penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan lebih dilandasi oleh ideologi yang
ada dalam benak penerjemah dalam menerjemahkan teks bahasa sumber. Keempat,
dalam hal kualitas terjemahan, didapatkan 159 (50,61%) yang diterjemahkan secara
akurat, 111 (35,31%) kurang akurat, dan 44(14,01%) tidak akurat.
Dari aspek keberterimaannya,178 (53,41%) berterima,99 (29,71%) kurang
berterima dan 56 (16,82%) tidak berterima. Sementara itu, 181 (54,52%) data sasaran mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, 101(32,42%) mempunyai tingkat keterbacaan
sedang dan 50 (15,06) mempunyai tingkat keterbacaan rendah.
Dalam pada itu, teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah, kalke,
dan juga harfiah memberikan dampak yang besar terhadap keakuratan terjemahan,
sementara kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada terjemahan lebih
disebabkan oleh penerapan teknik penghilangan, penambahan, modulasi, dan teknik
transposisi. Kekurang berterimaan dan ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh
penggunaan kalimat yang tidak gramatikal, dan masalah yang mempengaruhi
pemahaman pembaca sasaran cenderung disebabkan oleh penggunaan kata-kata baru
yang masih sangat asing bagi pembaca, penggunaan kalimat taksa, kalimat yang tidak
lengkap, kata bahasa Indonesia yang belum akrab bagi pembaca serta kalimat yang
terlalu panjang.
Berdasarkan hasil temuan, penulis memberikan beberapa saran. Pertama, teks
keagamaan adalah tipe teks sensitif yang mengandung informasi penting yang
berkenaan dengan aspek keyakinan atau kepercayaan. Oleh karena itu, teknik
penghilangan dan penambahan harus diterapkan secara sangat hati-hati. Kedua, teknik
penambahan informasi yang berlebihan juga harus dihindarkan karena dapat merusak
pesan atau mereduksi makna yang dimaksudkan dari penulis buku sumber. Ketiga,
kompetensi bidang ilmu penerjemahan sebagai bagian kompetensi penerjemahan
merupakan hal yang penting tetapi kompetensi kebahasaan merupakan keniscayaan.
Keempat, buku terjemahan The Choice: Dialog Islam-Kristen perlu ditinjau ulang
untuk memperbaiki kesalahan penerjemahan kata, dan frasanya dari penyimpangan
pesan bahasa sumber. Kelima, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih dapat
mengungkapkan fenomena penerjemahan teks keagamaan dengan menggunakan
pendekatan berbeda dan tidak hanya melibatkan aspek objektif dan afektif saja tetapi
juga aspek genetik. Keenam, pemerintah, dalam hal ini kementerian agama perlu
mendirikan lembaga penerjemah bidang keagamaan, yang mengkaji, dan menerjemah
buku-buku serta kitab-kitab dari berbagai agama dan sekaligus yang bertugas
mengendalikan dan mengakreditasi kualitas terjemahan kitab-kitab agama dan bukubuku
yang mengandung ungkapan bernuansa keagamaan.
ABSTRACT
The objectives of this study are (1) to formulate translation techniques applied to
translate the religious expression “The Choice: Islam and Christianity” into bahasa
Indonesia, (2) to describe translation methods selected,(3)to interpret translation
ideologies applied, and (4) to assess the impact of the translation techniques, methods
and ideologies on the quality of the translated expression into bahasa Indonesia.
This descriptive-qualitative research is an embedded-case study and oriented
to translation product involving objective and affective aspects. The sources of data for
this study consist of documents, key informants, and respondents selected by means
of sampling technique. The documents refer all chapters of the religious expression:The
Choice: Islam and Christianity volume one and volume two and its translation in
bahasa Indonesia.
The key informants constitute two translation experts on religious area and
five religious practitioners and the respondents are five religious students. The research
data comprise of (1) words and phrases of the religious expression “The Choice : Islam
and Christianity” and its translation in bahasa Indonesia, (2) the translation expert
statements about the accuracy level, (3) the religious practioners‟ statements about the
acceptability level, and (4) the religious students‟ statements about the readability level
of the translation.
The research data were collected through document analysis, questionnaires,
and in-depth interview and analyzed using an interactive data analysis technique.
Findings of this study show the followings. First, ten translation techniques were applied
to translate the religious expression: The Choice : Islam and Christianity into bahasa
Indonesia. These cover literal, calque, naturalized borrowing, cultural equivalent,
reduction, reduction and expansion, modulation, compensation, functional equivalent,
and pure borrowing.
On the basis of the frequent use of each translation techniques, literal appears
to be in the first rank (175) followed by calque (57), naturalized borrowing (32),
cultural equivalent (30), reduction(29), reduction and expansion(20), modulation, (19),
compensation (12), functional equivalent (10) and pure borrowing (6). Second,
theoretically speaking, literal, pure borrowing, naturalized borrowing, and calque are
oriented to source language while transposition, modulation, deletion and addition are
oriented to target language. This means that the translator tended to choose literal,
faithful, and semantic translation methods. Third, the use of translation techniques and
the selection of translation methods tend to be based on the adoption of the ideology of
foreignization. Fourth, in terms of the quality of the translation, it was found that 159
(50,61%) data are accurate, 111 (35,31%) less accurate, and 44 (14,01%) inaccurate.
Meanwhile, 178 data (53,41%) are acceptable, 99 (29,71%) less acceptable, and
56(16,82%) unacceptable. It was also found that 181 data (54,52%) have high
readability level and 101(32,42%) have fair readability level and other 50 data (15,06%)
are in less readability level. Pure borrowing, naturalized borrowing, calque, and also
literal technique contribute significantly to the accuracy of the translation while the
application of transposition, modulation, deletion, and addition appears to have a negative impact on the accuracy. It was also identified that some data were less
acceptable and unacceptable and this mostly relates to the use of ungrammatical target
sentences.
In addition, the use of some foreign technical terms, inappropriate collocations,
unfamiliar Indonesian lexical items, and mistyping make some data less readable for the
target readers. Based on the research findings, the following suggestions are proposed.
First, a religious expression is very sensitive terms containing important information
on belief and therefore the deletion technique should be carefully used. Second, an
excessive addition of information should also be avoided as it tends to violate messages
intended by the original author. Third, subject matter competence is an important
element of translation competence but the fundament of translation competence is
language competence. Fourth, the translated religious expression The Choice: Dialog
Islam - Kristen needs to be improved and criticized due to grammatical mistakes and
distortions of original message. Fifth, a further study needs to be carried out to get
more insights into the phenomena of religious expression of translation; this may be
done through the use of different approach and the involvement of not only objective
and affective aspects but also genetive as well. Sixth, the Indonesian government, in this
case the Department of Religious Affairs needs to establish an institution or a board for
taking the responsibility of quality assurance and control of quality on religious
expression of translations within the areas of religious problem in particular
ANALISIS TERJEMAHAN AYAT-AYAT IMPERATIF ALQURAN (TELAAH KOMPARATIF TERJEMAH DEPAG DAN TERJEMAH UMT)
Adakalanya tuturan imperatif dalam Alquran memunyai makna pragmatik yang berbeda dengan wujud formalnya. Perbedaan ini menjadi persoalan pelik dalam upaya menghadirkan terjemahan yang berterima. Keberterimaan terjemahan meniscayakan terpenuhinya aspek-aspek keakuratan, ketedasan, kenaturalan, dan relevansi terjemahan. Pada tataran mikro, keberterimaan terjemahan bergantung pada penerapan teknik/prosedur penerjemahan. Pada gilirannya, penerapan teknik/ prosedur penerjemahan juga menentukan kecenderungan metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan. Pertanyaan, bagaimanakah keberterimaan terjemahan ayat-ayat imperatif Alquran dalam terjemah DEPAG dan terjemah UMT (Ustad Muhammad Thalib) tentu menjadi sangat menarik. Pertanyaan ini dijawab dengan mengomparasikan kedua terjemah Alquran ini dengan merujuk pada prinsip-prinsip evaluasi terjemahan dari Larson serta teori relevansi dari Sperber & Wilson. Pemilihan dua terjemah Alquran ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keduanya memiliki basis penerjemahan yang berbeda: harfiah dan tafsiriah. Data dan sumber data penelitian terdiri atas ayat-ayat imperatif Alquran yang memiliki makna pragmatik tertentu. Pemilihan sampel dilakukan secara purposif sesuai dengan kebutuhan penelitian. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif-evaluatif-komparatif dengan desain embedded case study research melalui beberapa tahapan berikut: (1) menghimpun ayat-ayat imperatif Alquran dan terjemahannya; (2) mengidentifikasi makna pragmatik ayat-ayat tersebut; (3) menelaah penerapan teknik/prosedur penerjemahan, kecenderungan metode, dan ideologi penerjemahan; serta (4) menelaah tanggapan responden dan narasumber terhadap derajat keakuratan, ketedasan, kenaturalan, dan relevansi terjemahan. Uji rumpang juga dilakukan untuk mengetahui level ketedasan terjemahan. Walhasil, teknik literal diterapkan sebanyak 67,4% dalam terjemah DEPAG, dan 45,1% dalam terjemah UMT. Selain dalam prosedur tunggal, penerapan teknik literal juga dilakukan dalam prosedur kuplet, triplet, dan kwartet. Secara keseluruhan terjemah DEPAG menerapkan metode penerjemahan yang berorientasi pada BS sebanyak 57,5% dan pada BT sebanyak 42,5%. Sedangkan terjemah UMT menerapkan metode penerjemahan yang berorientasi pada BS sebanyak 39,1% dan pada BT sebanyak 60,9%. Ini berarti terjemah DEPAG cenderung berideologi forenisasi, sedangkan terjemah UMT berideologi domestikasi. Kecenderungan ini membuat nuansa transferensi terasa hadir dalam terjemah DEPAG, dan nuansa transparansi terasa hadir dalam terjemah UMT. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa aspek keakuratan, ketedasan, kenaturalan, dan relevansi terjemahan ayat-ayat imperatif Alquran dalam kedua terjemah Alquran ini relatif berterima. Berdasarkan uji rumpang, derajat ketedasan keduanya berada pada level independen. Beberapa rekomendasi dihadirkan, terutama berhubungan dengan perkembangan ragam BI terjemahan dan penelitian penerjemahan. Interferensi negatif yang sering muncul dalam ragam BI terjemahan seyogianya bisa dinafikan dengan menerapkan teknik/prosedur penerjemahan yang tepat. Perlu kiranya dilakukan penelitian wacana keagamaan yang berorientasi pada terjemahan sebagai proses kognitif manusia, atau memadukannya dengan penelitian yang berorientasi pada penerjemahan sebagai produk kognitif manusia. --- Some imperative speeches of the Quran have pragmatic meanings that are different from the formal forms. These differences become complicated problems in the efforts to present acceptable translations. Translation acceptability necessitates compliance of aspects of accuracy, clarity, naturalness, and relevance. At micro level, translation acceptability depends on application of techniques/ procedures of translation. In turn, application of techniques/procedures also determines the tendencies of translation methods and translation ideology. The question of how translation acceptability of the Quran imperative verses in translation versions of Ministry of Religious Affairs and UMT (Ustad Muhammad Thalib) is very interesting. This question is answered by a comparison of both translation versions with reference to the principles of Larson’s translation evaluation, as well as the Sperber & Wilson’s theory of relevance. Selection of two Quran translations is based on the consideration that both versions have different bases of translation: literal and free. Data and data source consisted of the Quran imperative verses that have certain pragmatic meanings. Sample selection was performed purposively according to the needs of the research. The design of this study used a comparative-evaluative-qualitative-descriptive approach with the design of embedded case study research through several stages. The first stage was to collect the Quran imperative verses and their translations. The second stage is to identify the pragmatic meanings of the verses. The third stage is to examine the application of techniques/procedures of translations, the tendencies of methods, and the ideology of translation. The fourth stage, the last, is to examine the degree of accuracy, clarity, naturalness, and relevance of the translations according to the respondents. A cloze test was also conducted to determine the level of translation clarity. As a result, it is known that the literal technique is applied for 67.4% in the Ministry’s translation, and for 45.1% in the UMT’s translation. In addition to the single procedure, the application of the literal technique is also performed in the procedures of couplets, triplets, and quartets. In overall, the Ministry’s translation consists of 57.5% for SL-oriented translation method and 42.5% for TL-oriented translation method. In the intervening time, the UMT’s translation consists of 39.1% for SL-oriented translation method and 60.9% for BL-oriented translation method. These mean that the Ministry’s translation tends to have foreignization ideology, while the UMT’s translation tends to have domestication ideology. These tendencies make the feel of transference is present in the Ministry’s translation, and the feel of transparency is present in the UMT’s translation. The results also indicate that the aspects of accuracy, clarity, naturalness, and relevance of the translations of Quran imperative verses in both versions are relatively acceptable. Based on the cloze test, both clarity degrees are at independent level. Some recommendations are presented, mainly dealing with the development of varieties of Indonesian translation and translation research. Negative interference that often arises in a variety of Indonesian translation should be denied by applying proper techniques/procedures of translation. There is a need to do research on religious discourse that is oriented on translation as a human cognitive process, or combine with research that is oriented on translation as a product of human cognitive
Penerjemahan: Sebuah Cara Untuk Meningkatkan Kualitas Pariwisata Indonesia
Penerjemahan merupakan sebuah aspek yang seringkali dilupakan dalam perkembangan industri pariwisata,
padahal penerjemahan memegang peranan kunci dalam peningkatan kualitas pariwisata sebuah negara. Tingkat
kepuasan akan ketersediaan informasi bagi wisatawan asing dapat terdongkrak dengan adanya media promosi
pariwisata bilingual yang berkualitas. Untuk menghasilkan terjemahan media promosi bilingual yang berkualitas,
penulis mengajukan beberapa teori penerjemahan yang relevan sebagai alat pengembangan kegiatan
penerjemahan dan penilaian terjemahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan landasan teori
kegiatan penerjemahan dan penilaian terjemahan yang sesuai agar dapat dikembangkan menjadi sebuah alat
analisis induktif peningkatan kualitas terjemahan media promosi pariwisata bilingual. Penelitian ini merupakan
sebuah penelitian kajian pustaka. Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, para penulis mengidentifikasi
bahwa teori strategi penerjemahan yang dikembangkan oleh Gerloff (1986), Krings (1986), Mondahl dan Jensen
(1996), Séguinot (1996), dan Lörscher (2005) dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
penerjemahan, sedangkan teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002) dapat
diaplikasikan untuk mengevaluasi terjemahan penerjemah, dan teori penilaian kualitas terjemahan milik Nababan
(2004) berguna untuk menilai kualitas terjemahan. Sebagai simpulan, teori-teori tersebut bermanfaat untuk
menghasilkan sebuah landasan pembentukan alat analisis induktif penerjemahan media promosi pariwisata yang
dapat mendukung berkembangnya kualitas pariwisata di Indonesia.
Kata Kunci: Media Promosi, Penerjemahan, Pariwisat
Taksonomi dan Teknik Penerjemahan Istilah Kedokteran
Penelitian ini mengkaji terjemahan istilah kedokteran. Tujuannya adalah untuk menyusun taksonomi dan untuk mengidentifikasikan serta mendeskripsikan teknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan istilah-istilah kedokteran dalam kaitannya dengan kualitas terjemahannya. Data penelitian ini berupa istilah kedokteran yang bersumber pada buku kedokteran berbahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan metode analisis dokumen dan kuesioner yang disertai dengan instrumen penilaian kualitas terjemahan. Data penelitian tersebut dianalisis dengan menerapkan teknik analisis data interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pola pengalihan istilah kedokteran dalam bentuk taksonomi. Di samping itu, secara umum diterapkan tujuh teknik penerjemahan dalam menerjemahkan istilah-istilah kedokteran, yang berdampak positif pada tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan terjemahan
- …