19 research outputs found
Optimalisasi Limbah Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) Sebagai Adsorben Logam Berat Kobalt (Co) dengan Metode Aktivasi Kimia
Teak wood (Tectona grandis L.f.), a high-quality wood commonly used in Indonesia, specifically in the Cilegon area, has the potential to be used as an alternative to reduce environmental pollution. This research aimed to test teak wood sawdust waste as an adsorbent for cobalt heavy metal, create activated charcoal from the sawdust waste for the same purpose, and determine the optimal conditions for treatment with and without chemical activation. Industrial waste samples were found to contain 50.7 ppm of cobalt metal through ICPS testing. Activated chemical adsorption, without activation and with industrial wastewater mixture, resulted in a decrease in cobalt metal concentration by 78.2% or 11.08 ppm. The optimal conditions for activated chemical adsorption were found at a pH of 5, an adsorbent mass of 600 mg, and a time of 40 minutes, resulting in decreases of 60.9% (21.2751 ppm), 71% (15.7821 ppm) and 67.7% (17.5812 ppm), respectively. The results show that teak wood sawdust waste can effectively adsorb cobalt heavy metal, providing a potential solution for industrial wastewater treatment
MODIFIKASI KULIT SALAK SEBAGAI ADSORBEN ION TEMBAGA(II)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak setimbang,dan
konsentrasi optimum ion tembaga(II) terhadap kapasitas adsorpsi arang aktif kulit
salak pada larutan tembaga(II), serta mengetahui pola adsorpsi arang aktif kulit
salak terhadap ion tembaga(II).
Subjek dalam penelitian ini adalah arang aktif dari kulit salak dan objek
penelitian ini adalah kapasitas adsorpsi arang aktif kulit salak terhadap ion
tembaga(II). Pengaktifan arang kulit salak dilakukan dengan cara di sangrai dan
diayak 50 mesh. Arang diaktivasi menggunakan H2SO4 1 M selama 24 jam.
Adsorpsi dilakukan dengan mengkondisikan variasi waktu kontak dan konsentrasi
ion tembaga(II). Konsentrasi ion tembaga(II) sebelum dan setelah adsorpsi diukur
dengan spektrofotometer serapan atom. Gugus fungsi arang aktif sebelum dan
setelah aktivasi dianalisis dengan FTIR. Struktur kristalit arang aktif setelah
aktivasi diidentifikasi dengan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak kesetimbangan pada
adsorpsi arang aktif kulit salak terhadap Cu(II) adalah 60 menit, konsentrasi
optimum diperoleh pada 15 ppm dengan kapasitas adsorpsi 1,002 mg/g dan pola
isoterm adsorpsi arang aktif kulit salak mengikuti pola isoterm Langmuir dengan
nilai � dan ß secara berturut-turut 1, 005 dan 26,185.
Kata kunci: adsorpsi, tembaga, kulit sala
Karakterisasi dan Evalusasi Kinerja Ekstrak Tanin dari Daun Teh (Camellia sinensis L.) Terimobilisasi pada Lempung Aktif (Activated Clay) untuk Penyisihan Kromium Heksavalen
Teh merupakan sebuah minuman yang paling banyak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut studi penelitian, teh mengandung senyawa tanin yang cukup banyak. Tanin sendiri
merupakan senyawa dengan ikatan kimia hidroksil atau disebut fenol yang dapat menjadi solusi dalam
pengolahan dan penyisihan logam berat (Kunnambath dan Thirumalaisamy, 2014). Kromium
Heksavalen merupakan salah satu bentuk logam kromium yang bersifat beracun. Oleh karena itu
dibutuhkan pengolahan kromium heksavalen ini salah satunya dengan pemanfaatan tanin dalam teh.
Berdasarkan penelitian terdahulu dari Li et al. (2012), tanin diketahui dapat mengelat logam berat
seperti kromium. Hal ini dikarenakan tanin memiliki kandungan ikatan hidroksi fenol dalam
molekulnya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di Laboratorium. Percobaan dilakukan
dengan melakukan ekstraksi tanin dari daun teh secara maserasi. Kemudian filtrat diproses dan
diimobilisasi ke dalam lempung yang telah di aktivasi. Hasil imobilisasi digunakan untuk adsorpsi
limbah artifisial kromium heksavalen dengan sistem batch. Karakteristik lempung aktif yang
terimobilisasi adalah berwarna hijau muda, berbentuk serbuk, dan berbau. Penelitian ini
menggunakan variasi konsentrasi limbah 10, 40, 70, dan 100 ppm dengan variasi waktu kontak 15,
30, 60, 120, dan 180 menit. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa waktu kontak dan konsentrasi
kromium heksavalen berpengaruh terhadap proses penyisihan dan keduanya berhubungan lurus.
Efektivitas penyisihan tertinggi didapatkan pada konsentrasi awal 100 ppm dengan waktu kontak 180
menit yaitu sebesar 68,816 ppm sedangkan untuk efisiensi penyisihan terbesar pada konsentrasi 10
ppm dengan waktu kontak 180 menit sebesar 99,271%. Model isoterm yang sesuai dengan penelitian
ini adalah model isoterm Langmuir dengan nilai regresi (R2) terbesar pada penyisihan konsentrasi 10
ppm dengan nilai 0,998. Kemudian model kinetika adsorpsi mengikuti ordo pertama pada konsentrasi
70 dan 100 ppm dan ordo kedua pada konsentrasi 10 dan 40 ppm. Pengujian Scanning Electrone
Microscope-Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX) menunjukkan bahwa partikel adsorben lempung aktif
sesudah pengontakan cenderung lebih besar dibandingkan sebelum perlakuan karena adanya ikatan
dengan unsur-unsur lai
Pemanfaatan karbon aktif sekam padi dan tongkol jagung sebagai adsorben dalam penurunan kadar kesadahan total
Karbon aktif yang berasal dari sekam padi dan tongkol jagung mempunyai potensi sebagai adsorben efektif untuk menurunkan tingkat kesadahan air. Penggunaan karbon aktif ini dapat menjadi solusi yang ramah lingkungan dan ekonomis dalam mengatasi masalah tingginya kesadahan air dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini membahas tentang penggunaan karbon aktif dari sekam padi dan tongkol jagung sebagai alternatif dalam menurunkan tingkat kesadahan air yang disebabkan oleh kandungan ion logam Ca2+ dan Mg2+. Variasi komposisi arang aktif dari sekam padi dan tongkol jagung antara lain 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, dan 0:100 digunakan guna mendapatkan karbon aktif terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan massa 25:75 antara sekam padi dan tongkol jagung menghasilkan persentase penurunan kesadahan air yang optimal. Karakterisasi dilakukan menggunakan uji XRD, BET, dan FTIR untuk mengevaluasi sifat-sifat karbon aktif sekam padi dan karbon aktif tongkol jagung dan campuran keduanya dengan komposisi 25:75 yang dihasilkan. Analisis XRD mengungkapkan puncak pada sudut 2θ = 22,1824°. Analisis metode BET menunjukkan campuran arang aktif 25:75 memiliki luas permukaan sebesar 2,595 nm. Analisis FTIR menunjukkan adanya puncak vibrasi pita Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH) pada struktur silika yang terdeteksi pada pita serapan 1137,58675 cm-1. Metode titrasi kompleksometri dipakai untuk menguji efektivitas karbon aktif dalam mengadsorpsi ion logam Ca2+ dan Mg2+ dalam air sadah menunjukkan persentase penurunan kesadahan air sebesar 31,63% dalam waktu 60 menit, dengan kemampuan kapasitas adsorpsi sebesar 15,12 mg/g. Analisis model kinetika adsorpsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti model orde dua semu dengan nilai R2 = 0,9738, k = 1,8192, dan qe = 1,675 mg/g
Proses Biosorpsi Ion Logam Berat Chromium (Cr) (Vi) Dengan Menggunakan Biosorben Rumput Laut Eucheuma Cottonii
Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang
pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati dan lingkungannya
potensial. Dewasa ini usaha-usaha pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup terus ditingkatkan demi peningkatan kesejahteraan
hidup manusia serta tercapainya tata lingkungan yang sesuai dan
seimbang. Salah satu sumber hayati yang melimpah di Indonesia adalah
rumput laut. Pemanfaatan rumput laut pada awalnya hanya sebagai
sayuran saja. Seiring dengan perkembangan teknologi rumput laut telah di
kembangkan pemanfaatannya sehingga memberikan nilai lebih. Salah
satu pemanfaatannya adalah sebagai biomassa (biosorben) dalam proses
biosorpsi logam berat dalam perairan (Evan Putra dan Angga Putra,
2009). Perkembangan industri selain memberikan dampak secara posiif
namun juka dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan jika
hasil limbah industri tidak dikelola dengan baik. Kromium adalah salah
satu logam berat yang merupakan sumber polusi dan perlu dihilangkan
dalam perairan. Pemanfaatan kromium (Cr) banyak digunakan dalam
industri electroplating, penyamakan kulit, pendingin air, pulp serta proses
pemurnian bijih dan petrolium. Limbah tersebut jika dibuang langsung
diperairan dengan melebihi baku mutu pembuangan limbah maka akan
sangat membahayakan lingkungan dan juga manusia. Telah dilakukan
beberapa penelitian tentang penyerapan ion logam kromium (Cr) dengan
menggunakan biosorben rumput laut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH dan
lama pengocokan terhadap absorpsi logam Cr(VI) serta untuk mengetahui
kapasitas biosorpsi logam berat kromium (Cr) dengan menggunakan
biosorben rumput laut Euchauma cottoni. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan februari sampai Mei tahun 2009 di Laboratorium Tehnologi Hasil
Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Laboratorium Kimia Fakultas
MIPA Universitas Brawijaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimenyang meliputi penyiapan biosorben, penentuan keasaman
biosorben, penentuan pH optimum, penentuan waktu kontak biosorpsi,
isotherm dan penentuan kapasitas biosorsi rumput laut Eucheuma cottonii
terhadap ion logam berat kronium (VI).ii
Nilai keasaman biosorben Rumput laut Eucheuma cottonii adalah
4,4774 ± 0,1000 mmol/gr yang ditentukan dengan titrasi asam basa. Nilai
rata-rata ion logam Cr(VI) yang terserap per gram pada pH 1 sebesar
5,4696 mg/g, pada pH 2 sebesar 6,0630 mg/g, pada pH 3 sebesar
3,1941mg/g, pada pH 4 sebesar 2,9118 mg/g, pada pH 5 sebesar 3,3150
mg/g, pada pH 6 sebesar 1,3445 mg, pada pH 7 sebesar 1,9274 mg/g dan
pada pH 8 sebesar 1,9380 mg/g. Berdasarkan analisa data dengan
menggunakan metode RAL menunjukkan bahwa perlakuan variasi pH
mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap penyarapan ion logam
Cr(VI) oleh biosorben rumput laut Eucheuma cottonii. Uji BNT
menunjukkan bahwa setiap perlakuan variasi pH mempunyai pengaruh
yang berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum
absorpsi rumput laut Eucheuma cottonii terjadi pada pH 2 dengan
kapasitas sebesar 6,0630 mg/g.
Nilai rata-rata ion logam Cr(VI) yang terserap per gram pada waktu
kontak 3 jam sebesar 4,3183 mg/g, pada waktu kontak 6 jam sebesar
4,8896 mg/g, pada waktu kontak 12 jam sebesar 5,7030 mg/g, pada
waktu kontak 24 jam 6,0630 mg/g, pada waktu kontak 36 jam sebesar
4,4208 mg/g dan pada waktu kontak 48 jam sebesar 4,4007 mg/g.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan metode RAL
menunjukkan bahwa perlakuan variasi waktu kontak mempunyai
pengaruh yang sangat nyata terhadap penyarapan ion logam Cr(VI) oleh
biosorben rumput laut Eucheuma cottonii. Uji BNT menunjukkan bahwa
setiap perlakuan variasi pH mempunyai pengaruh yang berbeda sehingga
dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum absorpsi rumput laut
Eucheuma cottonii terjadi pada pH 2 dengan kapasitas sebesar 6,0630
mg/g.
Nilai rata-rata ion logam Cr(VI) yang terserap per gram pada
konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm dan 750
ppm berturut-turut sebesar 3,0493 mg/g, 6,2321 mg/g, 8,9770 mg/g,
11,3888 mg/g, 14,0136 mg/g dan 14,3396 mg/g. Nilai penyerapan
tersebut cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi
namun pada konsentrasi 500 ppm dan selanjutnya cenderung konstan.
Dengan demikian, pola isoterm yang diperoleh adalah isoterm Langmuir.
Persamaan garis isoterm biosorsi Langmuir yaitu : y = 2970x + 5,5870.
Dari persamaan tersebut diperoleh Kapasitas Biosorpsi ion Logam berat
Cr(VI) dengan menggunakan biosorben Eucheuma cottonii sebesar
17,5084 mg/g.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
disampaikan bahwa rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai
kemampuan menyerap ion logam berat Cr(VI). Penyerapan terjadi pada
pH optimum yaitu pH 2. Hasil uji BNT dapat disimpulkan bahwa perlakuan
variasi pH mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap penyerapan
logam Cr(VI) dengan menggunakan biosorben rumput laut Eucheuma
cottonii. Hal ini berlaku juga pada perlakuan variasi waktu kontak atauiii
waktu pengocokan. Hasil penelitian waktu kontak yang paling optimum
terjadi pada waktu 24 jam. Hasil analisa Langmuir didapatkan bahwa
kapasitas penyerapan ion logam Cr(VI) dengan menggunakan biosorben
rumput laut Eucheuma cottonii sebesar 17,5084 mg/g.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas mengenai bahan aktif
yang berperan dalam proses biosorpsi logam berat dengan menggunakan
biosorben rumput laut dan perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang proses biosorpsi logam berat dengan menggunakan spesies
rumput laut yang lai
Syarat Khusus Tambahan Ketua Hibah Kemenristekdikbud Tahun 2024
Syarat Khusus Tambahan Ketua Hibah Kemenristekdikbud Tahun 202
Berpikir Positif dan Rasa Bersyukur terhadap Resiliensi Diri (Studi Pada Karyawan yang terkena PHK di Masa Pandemi Covid-19)
Masa pandemi Covid-19 menimbulkan beberapa akibat, yakni banyak perusahaan yang mengalami penurunan ekonomi, sehingga mereka memilih untuk melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Tujuan untuk mengetahui hubungan berpikir positif dan rasa bersyukur dengan resiliensi pada karyawan yang terkena PHK, khususnya laki-laki yang bekerja dan untuk mengetahui cara
mengembangkan resiliensi terhadap korban PHK. Metode menggunakan kuantitatif pendekatan korelasional. Data dikumpulkan melalui 3 macam kuesioner, yaitu berpikir positif, rasa beryukur, dan resiliensi diri. Responden berjumlah 99 orang yang berasal dari daerah Tambun Selatan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja di perusahaan yang disebabkan penurunan ekonomi di dalam perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara berpikir positif dan rasa bersyukur dengan resiliensi diri. Lebih lanjut hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir positif memiliki nilai korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan rasa bersyuku