SELONDING
Not a member yet
127 research outputs found
Sort by
Genikng Niti dalam Upacara Adat Kematian Suku Dayak Tunjung Rentenukng Desa Linggang Muara Batuq Kabupaten Kutai Barat
Genikng menurut masyarakat suku Dayak Tunjung Rentenukng berarti Instrumen Gong dan Niti berarti sebutan bunyi dari pada Genikng ketika terdapat adanya kabar duka. Genikng Niti merupakan tindakan yang wajib dalam upacara adat kematian suku Dayak Tunjung Rentenukng. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian Genikng Niti dalam upacara adat kematian serta mengetahui wujud komunikasi Genikng Niti dalam upacara adat kematian. Untuk menganalisis objek material tersebut, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnomusikologis. Genikng Niti dalam upacara adat kematian suku Dayak Tunjung Rentenukng, memiliki ciri-ciri yang dapat dilihat dari aspek tekstual dalam penyajiannya yaitu, pelaku, instrumen, pola Genikng, tempat, dan waktu. Wujud komunikasi pada Genikng dapat dilihat dari komunikasi vertikal dan horizontal. Komunikasi horizontal yaitu, komunikasi Genikng Niti sebagai aktivitas simbolis, komunikasi Genikng Niti sebagai proses upacara adat kematian, komunikaasi Genikng Niti sebagai makna.Kata kunci: Genikng Niti, Upacara adat kematian, Suku Dayak Tunjung Rentenukng, Komunikasi
Bentuk dan Fungsi Kesenian Ronggiang Pasaman dalam Acara Baralek di Kanagarian Aua Kuniang Pasaman Barat
Ronggiang Pasaman merupakan seni pertunjukan yang terdiri atas pantun, tari dan musik. Ronggiang Pasaman merupakan hasil akulturasi kebudayaan yang memiliki unsur kebudayaan dari etnis Minangkabau, Jawa, dan Mandailing. Ronggiang Pasamanberlangsung di lapangan terbuka pada malam hari yang identik dengan acara Baralek (pesta perkawinan) pada malam mamasak (malam memasak) dan maaghak-aghak (mengarak-arak). Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bentuk penyajian dan fungsi Ronggiang Pasaman dalam acara Baralek di Kanagarian Aua Kuniang Pasaman Barat Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan Etnomusikologis, dengan strategi etnografi studi kasus. Penyajian terdiri dari tiga proses pertunjukan yaitu, proses awal dengan lagu Sikambang, proses pertengahan dengan lagu Pulau Pisang dan proses akhir dengan lagu Duyan Tenggi. Hasil dari analisis teks musik menunjukkan; [1] lagu Sikambang berbentuk satu bagian (introduksi), terdiri dari dua frase, tidak menggunakan tempo yang konstan [2] lagu Pulau Pisang berbentuk dua bagian A dan B serta memiliki perbedaan berupa melodi dan harmoni [3] lagu Duyan Tenggi berbentuk satu bagian yang terdapat dua variasi yakni tanya dan jawab yang diulang-ulang. Teks dari pantun Ronggiang bertema kontekstual yaitu kehidupan bermasyarakat Nagari Aua Kuniang yang merupakan manifestasi atau perwujudan dari masyarakat dalam bentuk Ronggiang. Hal tersebut dapat dilihat dari fungsi penyajian yang ditampilkan sebagai hiburan, komunikasi, presentasi estetis, ungkapan ekspresi emosional dan pengintegrasian masyarakat. Kata Kunci: ronggiang pasaman, baralek, malam mamasak
GRUP HANGSUN GANDRUNG DALAM ACARA “BUKAN MUSIK BIASA” DI SURAKARTA
Hangsun Gandrung merupakan nama sebuah grup kesenian Banyuwangi yang hidup dan berkembang di Surakarta. Upaya grup Hangsun Gandrung tersebut untuk dapat diterima salah satunya mengikuti event “Bukan Musik Biasa” di wilayah Surakarta. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui tentang pola garap dan bagaimana grup tersebut mereproduksi kebudayaan Banyuwangi di Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnomusikologis. Teori untuk mengupas teks adalah dari konseptual Rahayu Supanggah tentang garap dan dalam mengupas konteks menggunakan teori Pierre Bourdieu tentang reproduksi kebudayaan. Anggota Grup Hangsun Gandrung terdiri dari praktisi karawitan yang memiliki habitus atau pengalaman multi musikal. Bekal tersebut dimasukkan ke dalam komposisi bertajuk “Celah” yang kemudian dipresentasikan dalam event “Bukan Musik Biasa.” Komposisi “Celah” digarap dengan menghadirkan vokal khas Banyuwangen berupa Embat-embat Banyuwangen, vokal tersebut juga merupakan salah satu unsur modal budaya dalam mereproduksi kebudayaan
Gondang Mangaliat Dalam Acara Adat Pesta Gotilon Di HKBP Kirab Remaja Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat
Pesta Gotilon merupakan upacara panen masyarakat Batak Toba yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Pesta Gotilon adalah sebagai ungkapkan rasa syukur atas berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia. Pesta tersebut dilaksanakan di gereja HKBP Kirab Remaja Cileungsi. Dalam acara adat Pesta Gotilon terdapat tahapan prosesi adat, pada salah satu prosesi adat tersebut membawakan repertoar Gondang Mangaliat, dimana pada saat Gondang Mangaliat disajikan masyarakat gereja terlihat sangat bahagia dan bersukacita menikmati musik yang disajikan. Prosesi Gondang Mangaliat yang membawa semua warga jemaat ikut berdiri, menari dan bersukacita, ini menjadi fokus yang akan diteliti, menunjukan bahwa Gondang Mangaliat memiliki pengaruh yang besar bagi seseorang ketika mendengar repertoar Gondang Mangaliat sebagai suatu peristiwa nostalgia bagi masyarakat suku Batak. Bentuk musik yang terdapat dalam repertoar Gondang Mangaliat memiliki bentuk musik tiga bagian dan cod
PENENUN ULAP DOYO SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA MUSIK ETNIS “PEMAYUQ”
Karya Pemayuq merupakan komposisi musik yang bersumber dari idiom dan pola musik etnis Dayak, khususnya Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Karya ini merepresentasikan ungkapan dari nuansa hati penenun ulap doyo di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan di Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat. Nuansa hati penenun ulap doyo dalam menghadapi perubahan dijadikan sebagai sumber yang kemudian diolah menjadi sebuah komposisi musik etnis. Peristiwa pertama yang memberi rangsangan awal ialah ketika melihat kain tenun ulap doyo yang memiliki ciri khas yaitu terbuat dari serat daun doyo.Penyajian komposisi Pemayuq merupakan sebuah campuran antara instrumen etnis Dayak Benuaq, modern dan olahan vokal. Bentuk penyajian yang terdapat pada karya komposisi musik etnis Pemayuq mengacu pada peristiwa yang telah dikaji berdasarkan ungkapan penenun ulap doyo, secara garis besar terdapat tiga suasana yang diilustrasikan dalam karya ini yaitu suasana kebahagian, amarah dan satir
BAND ETNIS DALAM IBADAH MINGGU DI GEREJA HKBP YOGYAKARTA
Masuknya para Missionaris Kristen ke Tanah Batak, jemaat diwajibkan untuk dapat bernyayi yang diiringi alat musik gereja atau organ dan melarang seluruh aktivitas masyarakat yang bersifat animism, termasuk penggunaan Gondang. Setelah para Misionaris pulang ke negaranya masing-masing, ibadah kebaktian yang hanya menggunakan organ gereja, telah digabungkan dengan alat musik tradisional Batak seperti sulim, taganing, hasapi, garantung dan sebagainya, karena jemaat menganggap akan merasakan kedekatannya dengan Tuhan jika alat musik gereja dipadukan dengan alat musik tradisonal dalam Ibadah Kebaktian. Hal ini dapat ditemukan pada Gereja HKBP Yogyakarta, menggunakan permainan Band Etnis yang merupakan penggabungan instrument etnis batak seperti sulim dan taganing dan instrument non batak yaitu lokal brass band seperti seperti keyboard, drum, bass, dan lain-lain. Penggabungan band etnis (instrument etnis batak dan lokal brass band) ini memainkan lagu-lagu kebaktian yang bertangga-nada diatonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian ansambel Band Etnis, menganalisis dan mengetahui fungsi Band Etnis dalam tata kebaktian minggu gereja HKBP Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji pementasan Band Etnis yang dilakukan dalam ibadah kebaktian HKBP Yogyakarta 31 Oktober 2021 dan juga secara live streaming di Platform Youtube HKBP JOGJA MULTIMEDIA dengan tahapan secara terstuktur, sehingga pengklarifikasian dari data yang didapatkan mempermudah peneliti dalam menganalisis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnomusikologis. Tehnik pengumpulan data melalui observasi secara langsung, berpartisipasi secara langsung, wawancara, dan dokumentasi
PENGARUH LATIHAN PADUAN SUARA TERHADAP LEVEL EMPATI DI MASA DEWASA AWAL
ABSTRAKPentingnya empati sebagai sebuah keterampilan sosial meningkatkan fokus penelitian terkait hal ini. Salah satu penelitian yang banyak dilakukan adalah mengeksplorasi peran aktivitas bermusik secara kelompok terhadap peningkatan empati individu yang terlibat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan paduan suara selama tiga bulan dengan menitikberatkan pada aspek-aspek yang dianggap mempromosikan empati terhadap level empati mahasiswa. Penelitian dilakukan pada kelompok mahasiswa di Yogyakarta (N=60) dengan desain pretest-posttest antara kelompok kontrol dan kelompok treatment. Pengukuran empati menggunakan terjemahan kuesioner Interpersonal Reactivity Index (IRI) menunjukkan tidak terdapat pengaruh latihan paduan suara terhadap level empati pada partisipan yang terlibat dalam penelitian.ABSTRACTThe Effect of Choir Practice to Empathy Level in College Students The importance of empathy as a social skills increases the research interest in this area. Among many researches in this topic, music and its potential to promote empathy is one of the most explored. This research aim to find the effect of intensive choir training to the improvement of empathic level in college students. The research is conducted through a quantitative research in a pretest-posttest design between experiment and control group (N=60). The empathic level is measured by Interpersonal Reactivity Index (IRI) and the result shows there is no effect of choir practice to the empathic level in college students
GAMELAN KUTAI DALAM PROSESI DEWA MEMANAH PADA RITUAL BEPELAS DI KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
Gamelan Kutai memiliki fungsi penting dalam keberlangsungan upacara adat erau, seperti halnya pada ritual malam bepelas Sultan hampir semua prosesi menggunakan gamelan. Akan tetapi setiap prosesi yang menggunakan gamelan memiliki ketentuan gending atau lagu, gending merupakan penyebutan istilah komposisi di Jawa, masyarakat Kutai menyebut dengan lagu. Setiap prosesi pada malam ritual bepelas Sultan memiliki lagu yang telah ditetapkan pada masing-masing prosesi, maka dari itu tidak akan terjadi kesalahan penggunaan. Seperti halnya pada salah satu prosesi pada ritual bepelas yaitu prosesi dewa memanah
Beyond the Triad: Eksplorasi Harmoni Kwartal Dalam Komposisi musik, Studi Kasus Komposisi Musik Blizz (From The Theme of Suite Modale) dan Children Song. No.1
Tulisan ini menganalisis penggunaan harmoni kwartal pada dua komposisi musik, yaitu Blizz (From The Theme of Suite Modale) dan Children Song No. 1. Melalui analisis mendalam, tulisan ini mengungkap bagaimana harmoni kwartal dibentuk dan diterapkan dalam konteks komposisi musik. Selain itu, studi ini juga mengeksplorasi penggunaan harmoni kwartal pada berbagai sistem tangga nada, seperti diatonik mayor, minor, dan modus. Analisis mencakup penggunaan berbagai teknik harmonik, seperti three note chord by fourth, four note chord by fourth, dan multi note chord by fourth. Selain itu hasil dari tulisan ini diharapkan mampu menunjukkan bahwa harmoni kwartal dapat menciptakan warna dan tekstur yang unik dalam komposisi musik, memberikan fleksibilitas dalam eksplorasi harmoni serta dapat menjadi sumber inspirasi bagi komposer dalam menciptakan karya-karya musik yang inovatif
Sholawat Global: Jalinan Makna Lintas Iman
Sholawat Global adalah karya seni musik yang merepresentasikan sikap toleransi praktik keberagamaan. Karya ini menyimpan pelbagai makna-makna yang mendalam. Penelitian ini dikerjakan dengan pendekatan kualitatif eksplanatoris dengan mewacanakan analisis semiotika yang ditawarkan Umberto Eco yang ditinjau dari kesatuan teks dan konteks Etnomusikologis. Penggalian makna dalam Sholawat Global dianalisis menggunakan perspektif semiotika yang ditawarkan oleh Umberto Eco yaitu pemaknaan konotatif dan denotatif. Makna denotatif dalam karya ini ditinjau dari simbol-simbol hasil manifestasi agama dunia yaitu kristen, Yahudi, dan Islam berupa lagu-lagu yang disajikan. Lagu-lagu yang dibawakan mengandung ekspresi yang menyuarakan perdamaian dalam konteks kehidupan sosial agama-agama dunia. Ekspresi musikal dan non musikal dalam karya ini merepresentasikan sebuah konten berupa kontruksi budaya dan konflik sosial yang hadir dalam persinggungan antar agama-agama dunia tersebut. Sholawat Global memiliki makna konotasi yang memposisikan lagu tersebut sebagai media komunikasi masyarakat. Pemaknaan denotasi dan konotasi mencerminkan kesatuan makna yang saling menguatkan. Lewat ekspresi musikal dan non musikal, pesan dari perdamaian yang memberikan efek keselamatan dan kesejahteraan bagi umat manusia yang dikumandangkan. Kata kunci: Sholawat Global, Semiotika, Etnomusikologi