Jurnal Penyuluhan
Not a member yet
442 research outputs found
Sort by
Conjoint Analysis to Measure Millennial Generation's Preferences on the Role of Technology in the Existence of Mitra Batik Cooperatives in Tasikmalaya
As a people's economic movement founded on the concept of kinship, a cooperative is a corporate company made up of individuals or cooperative legal entities that engage in cooperatively-based activities. In the city of Tasikmalaya alone there are 603 ooperatives with an active level of 44%. Mitra batik cooperative is one of the oldest consumer cooperatives in Tasikmalaya. In an effort to develop cooperatives, mitra batik cooperatives are faced with a situation where they still have various obstacles for their development, one of which is the low interest and awareness of the community members to participate in cooperatives. In an effort to increase the number of cooperative members, the authors intend to conduct research on the preferences of Tasikmalaya people, especially millennial generation to participate in maintaining the existence of mitra batik cooperatives. The method used is conjoint analysis. According to the research results, millennials consider technology the most significant aspect in preserving mitra batik cooperatives in Tasikmalaya. In the digital age, technology is a crucial element. Millennials like technology's ease. The millennial generation must develop technology to preserve mitra batik cooperatives in Tasikmalaya. Due to the fast expansion of banking, particularly in technology, cooperatives must keep up with technology
Pengaruh Karakteristik Petani dan Peran Penyuluh dalam Penerapan Budidaya Kacang Hijau di Kecamatan Kobalima Kabupaten Malaka
Karakteristik individu petani dan peran penyuluh berperan penting dalam penerapan teknologi budidaya kacang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor tersebut. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari Juli hingga September 2023 melalui survei di desa sentra produksi kacang hijau Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, dengan melibatkan 95 petani berpengalaman lebih dari 2 tahun. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik scoring dan regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa petani rata-rata berada pada usia produktif, berpendidikan rendah, memiliki lahan 0,5-1 ha, dan berpengalaman lebih dari 10 tahun. Faktor yang berpengaruh terhadap penerapan teknologi adalah kosmopolitan dan ketersediaan modal, sementara status lahan berdampak negatif. Peran penyuluh berpengaruh signifikan terhadap penerapan teknologi, sedangkan umur, pendidikan, luas lahan, lama usaha tani, dan partisipasi dalam kelompok tidak mempengaruhi. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh perlu fokus pada komunikasi inovasi yang mempertimbangkan kosmopolitan, modal, dan status lahan petani untuk meningkatkan adopsi teknologi budidaya kacang hijau
Kecakapan Akses Pasar Petani Berbasis Komunitas di Pedesaan Kawasan Pantai Yogyakarta
Pembangunan sumber daya manusia pertanian pedesaan melalui penyuluhan mengalami kemajuan, ditandai dengan banyak terbentuknya kelembagaan ekonomi pertanian. Namun pendekatan penyuluhan pertanian seringkali kurang berfokus pada lokasi petani dikarenakan keterbatasan jangkauan penyuluhan dalam memahami situasi riil kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecakapan (resourcefulness) kelompok tani di pedesaan kawasan pantai dalam mengelola usaha kolektifnya untuk memberikan akses pasar bagi anggotanya guna memberikan rekomendasi penyuluhan kontekstual. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif praktik petani dalam agensinya mengorganisasi pasar lelang komoditas cabai merah di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Berdasarkan perbandingan 3 studi kasus pasar lelang, penulis menemukan bahwa pembentukan kelompok baru untuk program pertanian tidak selalu diperlukan karena kelompok yang telah terbentuk telah memiliki kecakapan dan modal sosial yang berpotensi mendukung program. Selain itu, kepemilikan lelang oleh suatu entitas non-kolektif yang mengurangi paparan resiko bukanlah hambatan karena mampu membuat petani berpartisipasi mengakses pasar. Pengelolaan pasar lelang berbasis komunitas petani membutuhkan kecakapan dalam mengelola elemen tangible maupun intangible untuk dapat memberikan layanan akses pasar kepada petani. Kecakapan ini berkontribusi menjaga keberlangsungan pasar lelang dan merefleksikan bentuk pendekatan penyuluhan pertanian bagi para agen pembangunan khususnya di pertanian kawasan pantai
Pandangan Pemuda mengenai Isu-Isu Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur (Studi Metode Photovoice) Kasus di Desa Kebak Kabupaten Karanganyar
Infrastruktur penting dalam mendukung terlaksananya pembangunan daerah. Perencanaan program pembangunan desa oleh pemerintah dilakukan dengan pendekatan bottom-up berdasarkan dari keinginan dan keikutsertaan generasi muda sebagai perwakilan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode photovoice yang diterapkan dalam Participatory Extension Approaches (PEA) dengan tahapan photovoice project. Generasi muda berperan sebagai partisipan dalam photovoice project yang terdiri dari 12 anggota karang taruna di Desa Kebak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan pandangan pemuda mengenai isu-isu pekerjaan pembangunan infrastruktur dan untuk mengetahui hasil perspektif pengguna terhadap metode photovoice dalam Participatory Extension Approaches (PEA). Hasil penelitian ini antara lain: (1) pandangan pemuda mengenai isu-isu pekerjaan pembangunan infrastruktur yang ditemukan yaitu isu yang di dalamnya terdapat kategori “manajemen” yang dipertimbangkan dari pengelolaan, administrasi, dan sosialisasi, serta kategori “kondisi fisik” yang diukur dari potensi, perawatan, tata letak, dan tingkat kepentingan; (2) perspektif pengguna terhadap metode photovoice dalam participatory extension approaches yaitu kelebihan photovoice project (sebagai dokumentasi bangunan, mengetahui value bangunan, sebagai acuan perbaikan, sebagai acuan pembaruan, dan memberdayakan komunitas) dan kekurangan photovoice project (outcome dari pameran masih belum tuntas sehingga membutuhkan tindak lanjut)
Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pendampingan Petani Milenial
Pertanian berkelanjutan di era digital memerlukan sinergi antara teknologi, sumber daya manusia, dan generasi muda untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan. Penyuluh pertanian merupakan elemen kunci dalam mendukung peralihan menuju pertanian berkelanjutan, khususnya dalam konteks petani generasi milenial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran penyuluh pertanian dalam mendampingi petani milenial serta menganalisis pentingnya optimalisasi peran tersebut dalam meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui studi pustaka, dengan fokus pada literatur terkait peran penyuluh pertanian dan implementasinya dalam konteks Bangka Belitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh pertanian memiliki empat peran kunci: fasilitator, mediator, komunikator, dan konsultan. Sebagai fasilitator, penyuluh membantu petani milenial dalam mengakses teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk pertanian berkelanjutan. Sebagai mediator, mereka memfasilitasi dialog antara petani dan pihak terkait untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Sebagai komunikator, penyuluh membantu dalam menyampaikan informasi dan edukasi kepada petani mengenai praktik pertanian berkelanjutan. Juga sebagai konsultan, mereka memberikan saran dan bimbingan teknis kepada petani dalam menerapkan praktik-praktik tersebut
Tantangan Menjadi Penyuluh Kekinian di Era Disrupsi
Perkembangan sektor pertanian saat ini dihadapkan dengan berbagai dilema terkait dengan revolusi teknologi 4.0, seperti disrupsi, perubahan iklim, pandemi Covid-19, bencana alam, kemiskinan dan kecukupan pangan nasional. Tantangan ini memerlukan respons dari berbagai pihak dan para pemangku kepentingan, khususnya penyuluh pertanian sebagai ujung tombak di sektor ini. Berbagai permasalahan masih menyelimuti keberadaan penyuluh pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas, mulai dari penguasaan dan akses pada teknologi informasi, kebijakan, pembiayaan, akses pasar serta dinamika kelembagaan yang terus mewarnai kinerja penyuluh pertanian. Berkembangnya digitalisasi pertanian diharapkan dapat membantu penyuluh pertanian bersikap lebih inovatif, adaptif, kolaboratif, dan profesional dalam menjalankan profesinya agar eksistensinya tidak tersisih dan terabaikan dari laju percepatan pembangunan pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tantangan penyuluh pertanian agile di Yogyakarta dan sekitarnya dalam menghadapi revolusi 4.0. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan konstruktivisme kritis. Informan dalam penelitian ini terdiri dari penyuluh pertanian dan petani. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan informan, dengan enam informan merupakan penyuluh pertanian dan tiga informan merupakan petani. Informan berasal dari dua kabupaten, yaitu Kabupaten Klaten dan Kabupaten Bantul. Setidaknya terdapat tiga tantangan penyuluh, yaitu: (1) Kurangnya kemampuan berkaitan dengan digitalisasi dan gawai, sebagian penyuluh tidak percaya diri; (2) Dukungan biaya operasional yang dirasa kurang dalam mendukung operasional Balai Penyuluh Pertanian; dan (3) Banyaknya aplikasi akibat digitalisasi yang justru memberikan administratif yang berdampak pada kinerja penyuluh. Penelitian ini menyimpulkan: (1) Penyuluh profesional dituntut dapat menyesuaikan diri dan perannya sesuai dengan perkembangan dan perubahan peradaban manusia yang selalu didukung oleh perkembangan teknologi digital; (2) Kunci utama sebagai penyuluh profesional adalah mengedepankan pendekatan yang humanis melalui pendekatan interpersonal. Dukungan anggaran dan kebijakan juga diperlukan dalam rangka mewujudkan penyuluh profesional di era kekinian
Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Pertanian terhadap Adopsi Budidaya Padi Sawah
Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam budidaya padi sawah, mengetahui pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat adopsi padi sawah, mengetahui pengaruh media penyuluhan terhadap budidaya padi sawah, dan mengetahui pengaruh secara bersama antara metode dan media penyuluhan terhadap budidaya padi sawah. Pengaruh metode dan media penyuluhan terhadap adopsi inovasi budidaya padi sawah menggunakan analisis data regresi linear berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat adopsi budidaya padi sawah berada pada kategori tinggi (75 persen). Metode penyuluhan pertanian berada pada kategori tinggi dengan nilai 90,90 persen yang ditunjukan dengan nilai metode individu 90 persen, metode kelompok 84,04 persen dan metode massal 96,67 persen. Media penyuluhan pertanian berada pada kategori sedang dengan nilai 70,25 persen, yang ditunjukan pada aspek media audiovisual berada pada kategori rendah (59,12 persen) dan media cetak berada pada kategori sedang (81,39 persen). Metode Penyuluhan secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat adopsi budidaya padi sawah (Y), dengan aspek metode individu, metode kelompok dan metode massal sedangkan media penyuluhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat adopsi budidaya padi sawah (Y), aspek media audiovisual dan media cetak. Secara bersama-sama metode dan media penyuluhan memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi budidaya padi sawah dengan hasil nilai Fhitung 3,55
Respon Petani terhadap Rencana Pengembangan Agroeduwisata di Desa Waimital, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku
Agroeduwisata merupakan perpaduan dari konsep agrowisata dan edukasi. Agroeduwisata dapat dikembangkan di Desa Waimital, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku sebagai desa pertanian dengan berbagai cabang usaha tani yang didominasi padi sawah. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis respon petani terhadap rencana pengembangan agroeduwisata, dan (2) menemukan strategi pengembangan agroeduwisata berdasarkan respon petani pada tujuan (1). Desa Waimital dipilih secara sengaja sebagai lokasi penelitian karena memiliki potensi pengembangan agroeduwisata. Populasi penelitian adalah seluruh kelompok tani aktif di Desa Waimital, yaitu 19 kelompok; selanjutnya dari setiap kelompok ditentukan ketua kelompok dan dua anggota kelompok menjadi responden. Pemilihan anggota sebagai responden dilakukan secara acak sederhana. Data yang dikumpulkan meliputi data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner dan data sekunder dari berbagai sumber relevan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian ternyata respon petani bersifat positif terhadap rencana pengembangan agroeduwisata, namun ditemukan berbagai hal yang membutuhkan kesepakatan, yaitu: (1) penentuan lokasi wisata, (2) tugas petani dalam program agroeduwisata, dan (3) pengelolaan keuangan agroeduwisata. Terkait hal tersebut, dibutuhkan strategi untuk pengembangan agroeduwisata melalui kerjasama antar pihak terkait guna memenuhi kesepakatan melalui berbagai kegiatan diantaranya pemetaan lokasi wisata, sosialisasi dan pelatihan sesuai kebutuhan