Jurnal Analisa
Not a member yet
143 research outputs found
Sort by
Analisis Kesulitan Belajar Matematika Materi Bilangan Satuan
Matematika merupakan pelajaran yang penting sehingga tidak asing kalau matematika dinobatkan sebagai ratu, karena dalam perkembangannya matematika tidak bergantung pada ilmu yang lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa kelas 3 dalam belajar matematika, penyelesaian masalah dan faktor yang membuat siswa kesulitan belajar matematika. Karena apabila peserta didik belum memahami materi matematika terlebih materi dasar, maka akan kesulitan mempelajari pelajaran lainnya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa di kelas III di salah satu MI di Bantul dan siswa tersebut tinggal di asrama. Ditemukan siswa mengalami kesulitan mempelajari matematika pada materi bilangan satuan, Siswa masih bingung membedakan antara bilangan satuan, puluhan dan ratusan. Siswa masih sering terbalik dalam membedakan bilangan satuan, puluhan dan ratusan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar seperti kurangnya minat peserta didik terhadap pelajaran matematika, kurangnya motivasi belajar dari dalam diri serta kurangnya penggunaan media belajar. Mathematics is an important subject so it is not surprising that mathematics is crowned queen, because in its development mathematics does not depend on other sciences. The aim of this research is that this research aims to determine the difficulties of grade 3 students in learning mathematics, solving problems and the factors that make students have difficulty learning mathematics. Because if students do not understand mathematics material, especially basic material, they will have difficulty learning other lessons. The type of research used is qualitative method research with a case study approach. The subject of this research was a student in class III at one of the MI in Bantul and the student lived in a dormitory. It was found that students had difficulty learning mathematics on unit numbers. Students were still confused about differentiating between units, tens and hundreds. Students still often have problems distinguishing between units, tens and hundreds. There are several factors that cause learning difficulties, such as students' lack of interest in mathematics lessons, lack of inner motivation to learn and lack of use of learning media
Kemampuan Berpikir Divergen Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open-Ended Barisan dan Deret Ditinjau dari Adversity Quotient
Kemampuan berpikir divergen perlu dikembangkan untuk menciptakan siswa yang kreatif. Namun, pada kenyataannya, kemampuan berpikir divergen masih memerlukan peningkatan. Soal open-ended menjadi salah satu cara yang memungkinkan siswa untuk memperluas pengetahuan mereka dengan menyelesaikan masalah melalui berbagai solusi yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir divergen siswa dalam menyelesaikan soal open-ended materi barisan dan deret ditinjau dari adversity quotient (AQ). Kemampuan berpikir divergen dalam penelitian ini di dasarkan pada tiga aspek yaitu fluency, flexibility dan originality. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 siswa kelas XI. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket, dan wawancara. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari 3 tahapan yaitu reduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan paparan dan analisis data menunjukkan bahwa terdapat variasi kemampuan berpikir divergen siswa. Siswa yang memiliki AQ tipe climber memenuhi semua indikator dari aspek berpikir divergen baik fluency, flexibility, dan originality. Siswa dengan AQ tipe camper memenuhi aspek fluency saja sedangkan flexibility dan originality tidak terpenuhi. Kemudian siswa dengan AQ tipe quitter tidak memenuhi semua indikator pada aspek berpikir divergen baik itu fluency, flexibility maupun originality. Divergent thinking abilities need to be developed to create creative students. However, in reality, divergent thinking skills are still require improvement. Open-ended questions are a way that allows students to expand their knowledge by solving problems through a variety of solutions. This research aims to describe students' divergent thinking abilities in solving open-ended problems regarding sequences and series in terms of the adversity quotient (AQ). The ability to think divergently in this research is based on three aspects, namely fluency, flexibility and originality. This research uses a descriptive qualitative approach. The subjects in this research were 6 students of class XI. The data collection techniques used were tests, questionnaires and interviews. Data analysis uses the Miles and Huberman model which consists of 3 stages, namely data reduction, presenting data, and drawing conclusions. Based on the presentation and data analysis, it showed that there were variations in students' divergent thinking ability. Students who have climber type AQ meet all indicators of divergent thinking aspects, including fluency, flexibility and originality. Students with camper type AQ only meet the fluency aspect, while flexibility and originality are not met. Then students with quitter type AQ do not meet all the indicators in the divergent thinking aspect, be it fluency, flexibility or originality
Development of Pop Up Book Media Based on an Investigative Approach to Improve The Matematical Communication Skill of Junior High School Students
Siswa SMP sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika yang abstrak dan membutuhkan bantuan visual dalam proses pembelajaran. Pengembangan media buku pop-up berbasis pendekatan investigasi bertujuan memberikan representasi visual dari konsep matematika. Penelitian ini bertujuan menilai validitas, praktikabilitas, dan efektivitas media buku pop-up berbasis pendekatan investigasi serta mengukur peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah menggunakan buku pop-up. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan (R&D) dengan menggunakan model 4D (define, design, develop, and disseminate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media ini sangat valid dari segi media dan materi. Praktikabilitas media ini dinilai sangat praktis, dan efektivitasnya diklasifikasikan sebagai sangat tinggi. Terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan komunikasi matematis siswa, yang dikategorikan sebagai tinggi. Junior high school students often struggle with grasping abstract mathematical concepts and benefit from visual aids in their learning process. The development of investigative-based pop-up book media aims to provide visual representations of these concepts. This research aims to assess the validity, practicality, and effectiveness of the investigative-based pop-up book media and to measure the improvement in students' mathematical communication skills before and after using the pop-up book. The research methodology employed is Research and Development (R&D) using the 4D model (define, design, develop, and disseminate). The results indicate that the media is highly valid in terms of both media and content aspects. Its practicality is rated as highly practical, and its effectiveness is classified as very high. There is a significant improvement in the mathematical communication skills of junior high school students, categorized as high
Improving Learning Outcomes with Supported Liveworksheets: A Constructivist Approach to Teaching Linear Equations of Two Variables System
Sebagian besar pembelajaran matematika tidak membangun pemahaman siswa tentang fakta, konsep, prinsip, dan kemampuan sesuai dengan apa yang mereka miliki. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan E-LKPD dengan menggunakan pendekatan konstruktivis yang didukung dengan Liveworksheet pada Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Jenis penelitian ini disebut Research and Develepoment. Model pengembangan yang digunakan adalah ADDIE. Subyek penelitian ini sebanyak 20 siswa kelas VIII di salah satu SMP Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum dilakukan pengujian, produk diverifikasi oleh ahli materi dan ahli media. Setelah produk dinyatakan valid, dilakukan tes di kelas eksperimen kecil sebanyak 10 siswa dan kelas eksperimen besar sebanyak 23 siswa untuk memperoleh tanggapan evaluasi mengenai kualitas E-LKPD. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan cara hasil angket yang diolah dengan perhitungan skala Likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata ahli sumber daya, sebesar 110 dengan kategori sangat baik, nilai rata-rata ahli media adalah sebesar 89 dengan kategori sangat baik, kelas eksperimen kecil hasil respon siswa dalam adalah 97,7 (Baik), dan hasil respon siswa terhadap eksperimen kelas besar sebesar 96,6 (Baik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa, E-LKPD dengan pendekatan konstruktivisme didukung Liveworksheets pada materi SPLDV untuk Kelas VIII layak digunakan dalam pembelajaran matematika. Most mathematics learning does not build students' understanding of facts, concepts, principles, and abilities according to what they have. This development research aims to develop and test the feasibility of Electronic worksheets using a constructivist approach supported by Liveworksheet on Two-Variable Linear Equation System. This type of research called Research and Development. The development model used is ADDIE. The subjects of this study were 20 8th-grade students in one of the junior high schools in Sleman Regency, Yogyakarta. Before testing, the product was verified by material and media experts. After the product was declared valid, tests were conducted in a small experimental class of 10 students and a large experimental class of 23 students to obtain evaluation responses regarding the quality of Electronic worksheets. Data analysis used qualitative and quantitative descriptive analysis using questionnaire results processed with Likert scale calculations. The results showed that the average value of resource experts amounted to 110 (good), the average value of media experts was 89 (good), the small experimental class of student response results was 97.7 (Good), and the results of student responses to large class experiments amounted to 96.6 (Good). It can be concluded that Electronic Worksheets using a constructivist approach is supported by Liveworksheets on Systems of Linear Equations in Two Variables for Grade 8th is suitable for use in mathematics education
Investigasi Kemampuan Berpikir Aljabar Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika
Siswa harus belajar untuk berpikir secara aljabar karena berpikir aljabar menjadi bagian dari beberapa cara berpikir dalam pembelajaran matematika. Berpikir aljabar erat juga kaitannya dengan membuat pola generalisasi. Berpikir aljabar merupakan berpikir yang menyatakan keterkaitannya ke dalam hubungan umum, lalu membandingkan dan memanipulasinya. Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk mengasah kemampuan berpikir aljabar. Namun faktanya kemampuan berpikir alajabar peserta didik masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk melakukan investigasi terhadap kemampuan berpikir alajar peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini yaitu satu soal cerita materi aljabar dan pedoman wawancara. Uji keabsahan data menggunakan validitas internal (credibility) dalam bentuk triangulasi teknik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik dengan kemampuan matematika yang baik juga memiliki kemampuan berpikir aljabar yang baik karena peserta didik mampu memenuhi semua indikator yaitu genarsional, transformasi, dan level meta global dengan tepat. Peserta didik dengan kemampuan matematika sedang hanya mampu memenuhi indikator transformasi, dan level meta global, namun dengan jawaban tidak tepat. Peserta didik dengan kemampuan matematika rendah memenuhi indikator transformasi, dan level meta global, namun dengan jawaban tidak tepat. Students must learn to think algebraically because algebraic thinking is part of several ways of thinking in learning mathematics. Algebraic thinking is also closely related to making generalization patterns. Algebraic thinking is thinking that expresses connections into general relationships, then compares and manipulates them. Therefore, it is important for students to hone algebraic thinking skills. However, the fact is that students' algebraic thinking abilities are still low. The aim of this research is to investigate students' natural thinking abilities in solving mathematical problems. The approach used is qualitative descriptive research. The instruments in this research were one algebra story question and an interview guide. Data validity testing uses internal validity (credibility) in the form of technical triangulation. The results of this research show that students with good mathematical skills also have good algebraic thinking skills because students are able to fulfill all indicators, namely genarsional, transformational, and global meta levels correctly. Students with moderate mathematical abilities are only able to fulfill the transformation indicators and global meta level, but with incorrect answers. Students with low mathematical abilities meet the transformation indicators and global meta level, but with incorrect answers
Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP)
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMP yang berada di Bandung. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Tujuan penelitian ini meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa melalui model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP), karena berpikir reflektif merupakan hal penting yang akan dibutuhkan siswa dalam proses belajar, namun faktanya kemampuan berpikir siswa masih rendah. Metode penelitian yang dipilih yaitu kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang melalui model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) mengalami peningkatan yang termasuk dalam kategori sedang, kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang melalui model pembelajaran konvensional (ekspositori) mengalami peningkatan yang termasuk dalam kategori sedang, peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang melalui model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) lebih baik secara signifikan dibandingkan siswa yang melalui model pembelajaran konvensional (ekspositori), respon siswa terhadap model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa memberikan respon positif yang lebih tinggi daripada respon negatif. The research was carried out at one of the junior high schools in Bandung. This research was conducted on students in class VIII A as the experimental class and class VIII D as the control class. The aim of this research is to improve students' mathematical reflective thinking skills through the Connected Mathematics Project (CMP) learning model, because reflective thinking is an important thing that students will need in the learning process, but in fact students’ thinking abilities are still low. The research method chosen was quasi-experimental. The results of this research showed that the mathematical reflective thinking ability of students who went through the Connected Mathematics Project (CMP) learning model experienced an increase which was included in the moderate category, the mathematical reflective thinking ability of students who went through the conventional (expository) learning model experienced an increase which was included in the moderate category, an increase The mathematical reflective thinking ability of students who go through the Connected Mathematics Project (CMP) learning model is significantly better than students who go through the conventional (expository) learning model. positive responses are higher than negative responses
Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Terhadap Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa
Kemampuan berpikir reflektif adalah kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Data menunjukkan bahwa keterampilan berpikir reflektif matematis siswa masih di bawah ekspektasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi direct instruction dalam pembelajaran matematika terkait dengan kemampuan berpikir reflektif siswa. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas 8A dan guru matematika yang mengajar di salah satu sekolah menengah pertama di Bandung. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif jenis fenomenologis. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama, dan data dikumpulkan melalui lembar tes kemampuan berpikir reflektif siswa serta wawancara dengan siswa dan guru. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa masih rendah karena mereka hanya fokus pada masalah contoh yang diberikan oleh guru dan tidak mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri. Proses pembelajaran belum efektif mendukung perkembangan keterampilan berpikir reflektif siswa, karena mereka hanya memenuhi indikator elaborating, sementara indikator reacting dan contemplating belum terpenuhi dengan baik. Penerapan model pembelajaran interaksi langsung dapat digunakan sebagai solusi alternatif dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan model tersebut serta situasi dan kondisi siswa yang diajarkan. The reflective thinking ability is a very essential ability in mathematics learning. Data shows that students' mathematical reflective thinking skills are below expectations. This study aims to evaluate the implementation of direct interaction in mathematics learning related to students' reflective thinking skills. Subjects of this study were all students of class 8A and mathematics teachers who taught at one of the junior high schools in Bandung. The method used is a qualitative approach of the phenomenological type. The researcher served as the main instrument, and data was collected through test sheets on students' reflective thinking abilities and interviews with students and teachers. The results show that students' mathematical reflective thinking abilities are still low because they only focus on sample problems given by the teacher and do not explore knowledge independently. The learning process hasn't effectively supported the development of students' reflective thinking skills, as they only meet the elaboration indicators, while the indicators of reacting and contemplating are not properly fulfilled. The application of the direct intraction learning model can be used as an alternative solution by considering the advantages and disadvantages of the model as well as the situation and conditions of the students being taught
Improving Students' Mathematical Reasoning Ability and Self-Efficacy Based on DNR-Based Instruction
Kemampuan Penalaran Matematis (KPM) dan efikasi-diri sangat penting bagi mahasiswa calon guru matematika. Namun, fakta menjunjukkan bahwa dua hal tersebut belum sesuai dengan harapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak dari model DNR-based Instructions terhadap KPM dan efikasi-diri mahasiswa. Metode eksperimen semu digunakan pada penelitian ini dengan nonequivalent control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari 39 mahasiswa kelompok model DNR-based Instructions dan 39 mahasiswa kelompok model konvensional. Penelitian ini menggunakan instrumen tes-KPM dengan validitas tinggi dan angket efikasi-diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: KPM mahasiswa kelompok model DNR-based Instructions lebih baik dari pada KPM mahasiswa kelompok model konvensional, ditinjau secara keseluruhan maupun berdasarkan Pengetahuan Awal Matematis (PAM); Efikasi-diri mahasiswa kelompok model DNR-based Instructions berada pada kategori baik. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah KPM dan efikasi-diri dapat ditingkatkan melalui aktivitas pembelajaran yang didasarkan pada cara memahami dan cara berpikir, kebutuhan intelektual dan penalaran berulang. Mathematical Reasoning Ability (MRA) and self-efficacy are very important for prospective mathematics teacher students. However, the facts show that these two things have not met expectations. The aim of this research is to analyze the impact of the DNR-based Instructions model on MRA and student self-efficacy. The quasi-experimental method was used in this research with a nonequivalent control group design. The sample for this study consisted of 39 students from the DNR-based Instructions model group and 39 students from the conventional model group. This research has used MRA-test instruments with high validity and self-efficacy questionnaires. The research results show that: MRA for students in the DNR-based Instructions model group is better than MRA for students in the conventional model group, both overall and based on Prior Mathematics Knowledge (PMK); The self-efficacy of students in the DNR-based Instructions model group is in the good category. The implication of the results of this research is that MRA and self-efficacy can be improved through learning activities that are based on ways of understanding and ways of thinking, intellectual needs and repetitive reasoning
The Impact of Flipped Classroom Implementation in Mathematics Learning at Schools : Systematic Literature Review
Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan perkembangan teknologi adalah flipped classroom. Namun, terjadi inkonsistensi dalam desain dan implementasi flipped classroom dan dampaknya pada pembelajaran matematika. Tujuan dari studi ini menganalisis studi empiris secara sistematis tentang flipped classroom pada matematika sekolah untuk memahami dasar-dasar teoretis yang mengarah pada pendekatan berbeda untuk flipped classroom dan dampak flipped classroom pada pembelajaran siswa di kelas matematika. Metode yang digunakan adalah metode systematic literature review, mengikuti tujuh langkah yang disarankan oleh Cooper. Setelah terpilih 16 studi empiris kemudian dianalisis secara kualitatif dan hasilnya menunjukkan bahwa: (1) ada lebih banyak literatur yang diterbitkan tentang flipped classroom yang diidentifikasi di tingkat high school, (2) desain flipped classroom didominasi didasarkan pada kerangka teoretis konstuktivisme sosial, dan (3) flipped classroom memiliki efek positif secara keseluruhan terhadap hasil belajar matematika siswa. Pentingnya menggunakan kerangka teoritis eksplisit selaras dengan teori pembelajaran kontemporer untuk memandu desain, implementasi, dan evaluasi flipped classroom. Selain itu, pemanfaan metodologi berbasis desain untuk memaksimalkan dampak positif dari flipped classroom pada pembelajaran siswa. Adanya keterbatasan dalam studi ini mengenai basis data yang digunakan terbatas pada base internasional scopus menjadikan peluang untuk peneliti selanjutnya agar data yang didapat lebih banyak lagi. One of the learning that is student-centered and in accordance with technological developments is the flipped classroom. However, there are inconsistencies in the design and implementation of flipped classrooms and their impact on mathematics learning. The aim of this study is to systematically analyze empirical studies of flipped classrooms in school mathematics to understand the theoretical underpinnings leading to different approaches to flipped classrooms and the impact of flipped classrooms on student learning in mathematics classes. The method used in this study is the systematic literature review method, by following the seven steps suggested by Cooper. The results showed that: (1) there is more published literature on flipped classrooms identified at the high school level, (2) the flipped classroom design is predominately based on social constructivism theoretical frameworks, and (3) ) flipped classroom has an overall positive effect on students' mathematics learning outcomes. This study highlights the importance of using an explicit theoretical framework aligned with contemporary learning theory to guide the design, implementation, and evaluation of flipped classrooms. There are limitations in this study regarding the database used which is limited to the Scopus international base, making it an opportunity for further researchers to obtain even more data
Creative Reasoning Ability of Students Based on Intrinsic Cognitive Load
Kemampuan penalaran kreatif matematis merupakan kemampuan yang penting untuk dikuasai siswa. Kenyataannya, kemampuan penalaran kreatif matematis siswa cenderung bermasalah. Salah satu hal yang diyakini berpengaruh terhadap kesulitan siswa dalam memecahkan masalah pada matematika adalah beban kognitif intrinsic yang dihadapi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan secara mendalam gambaran kemampuan penalaran kreatif siswa ditinjau berdasarkan beban kognitif intrinsic. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di salah satu MTs Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat yang telah mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Data dikumpulkan melalui teknik tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki beban kognitif intrinsic rendah dapat melakukan penalaran kreatif matematis dengan cukup konsisten. Siswa yang memiliki beban kognitif intrinsic sedang cukup bisa melakukan penalaran kreatif matematis tetapi belum konsisten. Sedangkan siswa yang memiliki beban kognitif intrinsic tinggi hampir tidak dapat melakukan penalaran kreatif matematis. Sebagai kesimpulan, diperoleh bahwa semakin rendah beban kognitif intrinsic yang dialamisiswa, semakin baik kemampuan penalaran kreatif matematis yang ia miliki. Berdasarkan kesimpulan tersebut, direkomendasikan untuk melakukan penelitian yang mengacu kepada penggunaan desain pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan penalaran kreatif matematis siswa pada masa yang akan datang. Mathematical creative reasoning is an essential ability for students. In reality, students' mathematical creative reasoning skills tend to be problematic. One thing that is believed to affect students' difficulties in solving problems in mathematics is the intrinsic cognitive load they face. Therefore, this study aims to describe students' creative reasoning abilities regarding intrinsic cognitive load in depth. This study uses a qualitative approach with a phenomenological design. The subjects of this study were students of class VIII from one of the state Islamic junior high schools in Lima Puluh Kota Regency, West Sumatra Province, which studied the materials for flat and solid geometry. Data was collected through test and interview techniques. The study results show that students with low intrinsic cognitive load can consistently perform creative mathematical reasoning. Students with moderate intrinsic cognitive load can do creative mathematical reasoning but are inconsistent. Meanwhile, students with a high intrinsic cognitive load can almost not do creative mathematical reasoning. In conclusion, it is found that the lower the intrinsic cognitive load experienced by students, the better their creative mathematical reasoning abilities will be. Based on the conclusion, research is recommended to use suitable learning designs to develop students' mathematical creative reasoning skills in the future