Buletin Agrohorti
Not a member yet
    420 research outputs found

    Pengelolaan Peperomia (Peperomia sp.), Begonia (Begonia sp.), Bromelia (Neoregelia schultesiana), dan Hortensia (Hydrangea macrophylla) di Bogor, Jawa Barat

    Get PDF
    Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret–Juli 2021 di Bogor, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan tanaman hias khususnya peperomia, bromelia, begonia, dan hortensia. Kegiatan pengelolaan tanaman hias mencakup jadwal produksi mulai dari persiapan tanam hingga siap panen dan kriteria panen tanaman. Pengamatan tanaman Peperomia obtusifolia, Neoregelia schultesiana, dan Hydrangea macrophylla meliputi jumlah daun dan tinggi tanaman. Pengukuran tanaman Peperomia argyreia dan Peperomia caperata meliputi jumlah tunas. Pengukuran Begonia ‘orococo’ meliputi panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun. Kegiatan budidaya tanaman hias yang dilakukan meliputi persiapan media tanam, pembibitan, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, panen, dan pascapanen. Hasil pengamatan pada tanaman Peperomia obtusifolia, Neoregelia schultesiana, dan Begonia ‘orococo’ yang menggunakan metode perbanyakan stek batang tergolong cepat, sedangkan Peperomia caperata dan Peperomia argyreia yang diperbanyak dengan menggunakan metode stek daun memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga selama penelitian tanaman tidak memenuhi kriteria pemasaran. Hydrangea macrophylla memiliki umur panen rata-rata sekitar 15 MST. Kemampuan teknis mahasiswa meningkat dalam pengelolaan tanaman hias. Hasil analisis usahatani dengan asumsi luasan 200 m2 pada Peperomia obtusifolia, Peperomia argyreia, Peperomia caperata, Begonia ‘orococo’, dan Neoregelia schultesiana menunjukkan hasil R/C rasio >1 yang berarti menguntungkan. Kata kunci:  analisis usaha tani, kriteria panen, pembibitan tanaman hias, stek daun, stek batan

    Produksi Tanaman Cabai Tumpangsari dengan Tanaman Famili Brassicaceae di Cianjur, Jawa Barat

    Get PDF
    Tumpang sari merupakan salah satu program intensifikasi pertanian yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Tumpangsari dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani, dan membagi risiko. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang produksi cabai tumpang sari dengan tanaman dari keluarga Brassicaceae. Penelitian dilakukan di lahan petani di Cianjur, Jawa Barat, dari Januari hingga April 2020. Tumpangsari merupakan praktik yang mudah dilakukan oleh petani dengan menggunakan cabai dan tanaman Brassicaceae. Penelitian dilaksanakan mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen tanaman cabai, kubis dan sawi putih. Pengamatan meliputi waktu panen (MST), bobot hasil (kg), luas lahan (m²), dan analisis usaha tani. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki bobot panen akhir yang lebih tinggi sebesar 16.458 ton ha-1 dibandingkan dengan cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis yaitu sebesar 15.885 ton ha-1. Cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki rasio R/C sebesar 3.20, sedangkan tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis memiliki rasio R/C sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kelayakan usaha tani di antara keduanya menguntungkan dan layak karena rasio R/C keduanya >1. Kata kunci: analisis usaha tani, evaluasi, hasil panen, R/C rati

    Aksi Gen Epistasis Duplikat pada Karakter Terkait Toleransi Naungan di Tanaman Tomat

    Get PDF
    Informasi tentang karakter seleksi dan pewarisan sifatnya sangat penting bagi program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakter seleksi dan informasi pewarisan sifatnya terhadap cekaman naungan pada tanaman tomat. Populasi persilangan Biparental SSH3 x 4979 (tetua, F1, backcross dan F2) ditanam pada kondisi tanpa naungan (N0) dan kondisi cekaman naungan paranet 50% (N50) di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika – Institut Pertanian Bogor, Pasir Kuda, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakter kehijauan daun, fruit set, jumlah buah dan bobot buah per tanaman merupakan karakter seleksi toleran naungan pada tanaman tomat. Terdapat aksi gen dominan dan epistasis duplikat pada karakter-karakter tersebut baik pada kondisi normal maupun kondisi cekaman naungan kecuali karakter fruit set pada kondisi tanpa naungan. Dominansi pada karakter-karakter tersebut bersifat over dominan pada kondisi tanpa naungan, namun dominan parsial pada kondisi cekaman naungan. Ragam aditif lebih berperan dibandingkan ragam non aditif pada karakter kehijauan daun, fruit set, jumlah dan bobot buah per tanaman pada kondisi normal namun sebaliknya dimana ragam non aditif lebih berperan dibandingkan ragam aditif pada karakter-karakter tersebut saat kondisi cekaman naungan. Seleksi pada generasi awal seperti generasi F2 dapat efektif dilakukan pada karakter-karakter tersebut pada kondisi tanpa naungan, namun seleksi pada kondisi cekaman naungan terhadap karakter-karakter tersebut lebih baik dilakukan pada generasi lanjut. Kata kunci: agroforestri, berkelanjutan, tumpang sari, varietas unggu

    Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Labuhanbatu, Sumatera Utara

    Get PDF
    Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penting yang potensial untuk dibudidayakan. Pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit khususnya pemupukan memerlukan biaya yang tinggi sehingga perlu diperhatikan peningkatan efisiensi dan efektivitas pada penerapannya. Penelitian dilaksanakan di Labuhanbatu, Sumatera Utara yang berlangsung dari Januari–Mei 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis sistem manajemen pemupukan kelapa sawit yang efektif dan efisien. Pengamatan pemupukan dilakukan pada penerapan kaidah 5T (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat tempat). Data dianalisis menggunakan uji t-student. Berdasarkan hasil pengamatan, manajemen pemupukan sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kebun. Penerapan sistem tempat pengeceran pupuk meningkatkan kualitas pemupukan dan mempermudah proses pelangsiran pupuk. Ketepatan dosis aplikasi pupuk pada pemupukan HGFB mencapai persentase 95.5% dan pada pemupukan MOP mencapai persentase dan 92.8%. Realisasi aplikasi pupuk sudah sesuai dengan rekomendasi waktu pemupukan. Cara pengaplikasian pupuk juga sudah baik, rata–rata presentasi cara pemupukan HGFB dan MOP yaitu 95.5% dan 92.1%. Tempat pemupukan juga sudah diaplikasikan sesuai standar kebun (50 cm), rata–rata jarak aplikasi pupuk dari pokok pada pemupukan HGFB yaitu 54.9 cm dan MOP yaitu 52.9 cm. Kata kunci: efisiensi, keefektifan, kelapa sawit, ketepatan, pemupuka

    Inisiasi Tunas Tin (Ficus carica) Aksesi Blue Giant dengan Penambahan Beberapa Konsentrasi BAP

    Get PDF
    Tanaman tin (Ficus carica) memiliki beraneka ragam aksesi salah satunya yaitu Blue Giant. Buah tin Blue Giant memiliki warna merah dengan garis kebiruan dengan rasa yang sangat manis dan sangat produktif, namun keberadaannya masih sangat terbatas. Inisiasi tunas tin melalui kultur in vitro merupakan salah satu cara untuk memperbanyak tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui respons pertumbuhan tunas tin aksesi Blue Giant terhadap pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh BAP (benzylaminopurine) secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3 AGH pada bulan Desember 2021 sampai Agustus 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor dengan 3 taraf konsentrasi BAP pada media dasar MS0 dengan penambahan arang aktif. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, setiap botol ditanam 1 eksplan tunas, sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media dengan penambahan BAP 5 ppm berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4 MST, sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah tunas. Media tanpa penambahan BAP mampu menghasilkan tunas berakar pada umur 2 MST. Jumlah tunas tin terbanyak diperoleh pada media dengan perlakuan BAP 2.5 ppm sebanyak 4 buah tunas. Kata kunci: eksplan, kultur jaringan, media MS, moraceae, sitokinin&nbsp

    Pengaruh Kombinasi Media dan Lebar Keratan terhadap Pertumbuhan Cangkok Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.)

    Get PDF
    Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) merupakan buah yang banyak dibudidayakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Perbanyakan pamelo lebih efektif dilakukan secara vegetatif karena memiliki keunggulan pada sifat anakan yang serupa dengan induknya. Cangkok merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif yang banyak digunakan karena memiliki keberhasilan berakar yang tinggi pada tanaman berkayu. Penelitian bertujuan mengevaluasi efek media dan lebar keratan terhadap keberhasilan cangkok pamelo. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April hingga November 2021. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal terdiri atas sembilan perlakuan kombinasi. Perlakuan yang digunakan adalah jenis media (pupuk kandang dan tanah (1:1), arang sekam dam serbuk sabut kelapa (1:1), dan sphagnum moss dan tanah (1:1)), masing-masing dikombinasikan dengan lebar keratan (3 cm, 6 cm, dan 9 cm), menghasilkan 9 kombinasi perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan kombinasi perlakuan media dan lebar keratan berpengaruh nyata terhadap keberhasilan cangkok. Kombinasi perlakuan media arang sekam dan cocopeat (1) dan lebar keratan 3 cm merupakan kombinasi perlakuan dengan persentase keberhasilan cangkok paling tinggi dan memiliki rata-rata jumlah akar paling banyak dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Kata kunci: cocopeat, sphagnum moss, perbanyakan vegetatif, jumlah akar, panjang aka

    Peningkatan Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.) Melalui Perlakuan Antar Periode Simpan

    Get PDF
    Salah satu faktor pembatas penyediaan benih kedelai bermutu adalah daya simpannya yang rendah. Perlakuan antar periode simpan diharapkan dapat menahan laju kemunduran benih dan meningkatkan daya simpan. Penelitian bertujuan mempelajari dan mendapatkan perlakuan antar periode simpan yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai, sehingga daya simpan benih dapat meningkat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyimpanan dan Pengujian Mutu Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan Februari hingga Agustus 2023. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap split-plot. Kondisi suhu ruang simpan sebagai petak utama terdiri atas dua taraf yaitu (1) ruang simpan terbuka (28 ± 3 ℃) dan (2) ruang simpan terkendali (20 ± 2 ℃). Perlakuan antar periode simpan sebagai anak petak, terdiri atas lima taraf yaitu (1) kontrol, (2) kombinasi cuci dan jemur (3) jemur (4) pemanasan 50 oC, dan (5) fungisida. Hasil penelitian menunjukkan viabilitas benih hingga 6 bulan setelah perlakuan (BSP) tidak dipengaruhi oleh perbedaan suhu ruang simpan. Perlakuan fungisida mampu mengeradikasi cendawan Aspegillus niger dan A. Flavus dan mempertahankan daya berkecambah 82 pada 5 BSP dan 80% (6 BSP). Perlakuan jemur menjadi alternatif terbaik pengganti perlakuan fungisida, mampu mempertahankan daya berkecambah 81% (5 BSP) dan 74% (6 BSP), sementara daya berkecambah benih tanpa perlakuan telah turun menjadi 71% (5 BSP) dan 67% (6 BSP). Kata kunci: fungisida, invigorasi, kemunduran benih, penjemuran, viabilita

    Pengaruh Ukuran Rimpang dan Media Tanam terhadap Viabilitas dan Vigor Bibit Monstera (Monstera deliciosa)

    Get PDF
    Monstera (Monstera deliciosa) merupakan tanaman hias yang sedang populer di Indonesia selama beberapa tahun. Pembibitan monstera dapat ditingkatkan dengan pemilihan ukuran rimpang dan media tanam yang paling baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 hingga Januari 2020 di Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium Pengujian Mutu Benih, dan Laboratorium Fisiologi dan Kesehatan Benih. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah ukuran rimpang yang terdiri dari 3 taraf berdasarkan diameter, yaitu ukuran kecil (0.7 cm hingga <1.7 cm), sedang (≥1.7 cm hingga ≤2 cm), dan besar (>2 cm hingga 4 cm). Faktor kedua adalah media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam (1:1:1) dan campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir (1:1:1). Bibit yang berasal dari benih rimpang berukuran besar memiliki persentase hidup, panjang daun, bobot basah rimpang, bobot kering rimpang, dan bobot kering tunas yang lebih tinggi daripada bibit yang berasal dari benih rimpang sedang dan kecil. Media tanam campuran sekam menghasilkan bibit dengan persentase hidup, kecepatan patah dormansi, persentase bertunas, panjang akar, bobot kering akar, bobot basah tunas dan bobot kering tunas yang lebih tinggi daripada media campuran pasir. Kata kunci: araceae, pasir, sekam padi mentah, tuna

    Keragaman Genetik Karakter Agronomi dan Amilosa Populasi Sorgum F3 Hasil Persilangan Pulut 3 x Soraya 3

    Get PDF
    Penggunaan sorgum sebagai alternatif pangan di Indonesia belum cukup berkembang karena tekstur sorgum yang pera kurang disukai masyarakat. Perbaikan terhadap kualitas biji sorgum perlu dilakukan untuk memperoleh sorgum berbiji pulen dan diterima masyarakat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi keragaman genetik pada populasi F3 sorgum hasil persilangan Pulut 3 x Soraya 3 serta seleksi cepat genotipe sorgum dengan kadar amilosa rendah. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2022 hingga Desember 2022 di Kebun BBPSI Biogen, Cimanggu, , Kota Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata karakter kuantitatif yang beraneka ragam. Jumlah gen yang terlibat terbagi menjadi dua macam yaitu banyak dan sedikit gen. Aksi gen yang muncul yaitu epistasis. Hasil pewarnaan pada endosperma biji menunjukkan sebagian besar sorgum populasi F3 bertipe waxy. Kata kunci: aksi gen, epistasis, seleksi, Sorghum bicolor, stainin

    Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Aek Nabara, Sumatera Utara

    Get PDF
    Pengelolaan pemupukan pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi. Penelitian berlangsung pada bulan Januari hingga Mei 2021 di kebun Aek Nabara. Penelitian bertujuan menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan pemupukan yang mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan metode langsung (data primer) yaitu pengamatan 5T (tepat jenis, dosis, cara, waktu dan tempat), pengelolaan distribusi pupuk dan kehilangan pupuk dan metode tidak langsung (data sekunder). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan di afdeling IV telah sesuai dengan rekomendasi Departemen Penelitian dan Pengembangan. Jenis pupuk yang diaplikasikan, yaitu pupuk AC, RP, MOP, Borat, Dolomit, dan Janjangan kosong. Ketepatan cara aplikasi MOP mencapai 92.78%, yang dikategorikan sangat baik berdasarkan standar kebun. Rata-rata ketepatan lokasi aplikasi pupuk adalah 55.69 cm, sesuai dengan standar kebun (50-100 cm) untuk tanaman menghasilkan <8 tahun. Namun, ketepatan dosis aplikasi MOP hanya mencapai 80.56%, masih di bawah standar kebun yaitu sebesar 92%. Pengawasan dan perencanaan dalam proses pemupukan masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal dosis pupuk, untuk menghasilkan pemupukan yang optimal. Kata kunci : efisiensi, efektivitas, kehilangan pupuk, ketepatan pemupuka

    392

    full texts

    420

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Buletin Agrohorti
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇