PRISMA FISIKA
Not a member yet
253 research outputs found
Sort by
PENENTUAN DOSIS RADIASI LINAC MENGGUNAKAN APLIKASI MCNPX PADA JARINGAN LUNAK DENGAN PENYISIPAN PARU-PARU, PANKREAS DAN TULANG BELAKANG
Dalam proses radioterapi, distribusi dosis yang akan diterima pasien perlu diestimasi terlebih dahulu sebelum dilakukan penyinaran agar pemanfaatan terapi radiasi dapat optimal. Perhitungan dosis radiasi tersebut dapat disimulasikan dengan program MCNPX. Dalam penelitian ini, karakteristik kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan distribusi dosis serap pada organ pankreas serta tulang belakang dihitung berdasarkan simulasi dengan MCNPX. Phantom yang digunakan adalah jenis ORNL-MIRD phantom (1996 version) yang telah dimodifikasi. Phantom nonhomogen disisip dengan organ paru-paru di kedalaman 5,0-14,0 cm, pankreas, dan tulang belakang. Luas lapangan radiasi 10×10 cm2, arah penyinaran radiasi Anterior-Posterior (AP). Penelitian dilakukan dengan variasi Source Surface Distance (SSD) sebesar 95,0 cm, 97,5 cm, 100 cm, 102,5 cm, dan 105 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kurva PDD phantom homogen mengalami peningkatan hingga kedalaman 2,0 cm untuk seluruh SSD. Kurva PDD kemudian mengalami penurunan secara eksponensial. Kurva PDD untuk phantom nonhomogen menunjukkan perbedaan pola di daerah sebelum paru-paru, di paru-paru, dan setelah paru-paru. Selanjutnya, distribusi dosis serap terendah untuk organ pankreas dan tulang belakang didapatkan saat menggunakan SSD 105 cm. Manfaat dari temuan ini adalah dapat membantu memaksimalkan kinerja pada proses Treatment Planning System (TPS)
Pengaruh Transpor Uap Air Terhadap Kejadian Hujan Ekstrem di Supadio Kalimantan Barat
Cuaca ekstrem merupakan keadaan atau fenomena fisik atmosfer pada waktu tertentu, berskala jangka pendek dan bersifat ekstrem. Hujan ekstrem terjadi karena suhu permukaan air laut meningkat sehingga mempercepat terjadinya penguapan yang membentuk awan hujan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh transpor uap air terhadap kejadian hujan ekstrem di Supadio yang didukung dengan keterkaitan berdasarkan nilai korelasi antara uap air dan curah hujan bulanan pada saat hujan ekstrem di Kalimantan Barat. Data yang digunakan adalah data online Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) ERA-5 yang divisualisasikan dengan kejadian hujan ekstrem, pola angin, transpor uap air, dan analisis korelasi uap air pada saat curah hujan ekstrem di Kalimantan Barat melalui perangkat lunak The Grid Analysis and Display System (GrADS). Hasil dari analisis transpor uap air menunjukkan pengaruh transpor uap air pada saat kejadian hujan ekstrem disebabkan adanya pola pergerakan angin yang membawa uap air cukup basah sebesar 400-800 kg/(ms). Hasil analisis korelasi uap air dan curah hujan bulanan pada saat hujan ekstrem dominan berkorelasi positif. Uap air sangat berpengaruh terhadap curah hujan di Kalimantan Barat yang cenderung memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.2-0.8 dengan tingkat hubungan tinggi. Kata Kunci : Kejadian hujan ekstrem, Pola angin, Transpor uap air, Korelasi uap air dan curah huja
Analisis Jumlah Hotspot Sebagai Penduga Kebakaran Hutan Pada Kejadian El Niño di Kalimantan Barat
Kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Kekeringan yang berkepanjangan akibat Fenomena El Niño diduga menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan. Kalimantan Barat merupakan wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan saat terjadi kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jumlah hotspot di Kalimantan Barat saat terjadi fenomena El Niño pada rentang tahun 2001 sampai dengan 2021. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah hotspot terbanyak terjadi pada tahun 2006 (6492 titik) dan paling sedikit terjadi pada tahun 2004 (175 titik), kedua tahun tersebut merupakan kejadian El Niño lemah. Curah hujan tahunan di Kalimantan Barat dalam rentang tahun 2001-2021 berkisar antara 2418-3994 mm/tahun. Hubungan antara curah hujan dengan hotspot memiliki hubungan negatif (berbanding terbalik) sebesar 24%. Hal ini menunjukkan bahwa 24% peningkatan jumlah hotspot yang terjadi di Kalimantan Barat disebabkan oleh penurunan curah hujan
Pemodelan Pola Arus Pada Musim Barat Di Perairan Selat Sunda Menggunakan Pendekatan Komputasi Dinamika Fluida (Studi Kasus : 11 – 17 Januari 2023)
Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang tergolong dalam jalur pelayaran laut internasional terpadat di Indonesia dan jalur dari Indonesian Throughflow (ITF). Perairan ini terletak di antara Pulau Jawa dan Samudera Hindia yang memiliki peran penting dalam sirkulasi massa air di Indonesia dengan kondisi fisik yang dinamis sehingga berpengaruh terhadap pembentukan pola arus permukaan. Pergerakan arus di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh angin musim dan pasang surut. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai pola arus permukaan laut pada musim barat yang dapat digunakan sebagai acuan berbagai aktivitas maritim yang terjadi pada jalur pelayaran Selat Sunda. Metode pada penelitian adalah pemodelan menggunakan pendekatan komputasi dinamika fluida yaitu software DELFT3D untuk menghasilkan gambaran pola arus permukaan laut. Data yang digunakan yaitu data pasang surut (BMKG), batimetri (GEBCO), angin (ECMWF), komponen pasut (TPXO 08). Simulasi dilakukan selama tujuh hari mewakili musim barat (11 – 17 Januari 2023). Validasi dilakukan dengan berdasarkan data HF Radar BMKG dan data pasang surut AWS BMKG. Hasil yang didapatkan yaitu pada skala harian arus dominan bergerak dari Laut Jawa menuju Samudera Hindia. Pada visualisasi akumulasi selama tujuh hari menggunakan wind rose dan current rose arus yang bergerak tidak mengikuti pola pergerakan angin. Rata-rata kecepatan arus dominan pada periode musim barat yaitu berkisar 0,5 hingga 0,8 m/s dengan kecepatan maksimum hingga 1 m/s yang berada pada bagian tengah selat
Identifikasi Ketebalan Lapisan Tanah Gambut Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas (Studi Kasus: Daerah Parit Haji Muksin II Kabupaten Kubu Raya)
Wilayah Parit Haji Muksin II merupakan salah satu tempat dengan pembangunan yang cukup cepat, namun terdapatnya tanah gambut pada lahan konstruksi akan menjadi hambatan yang cukup serius dari perspektif daya dukung bangunan dikarenakan tanah gambut memiliki karakteristik yang mudah terkompresi. Penelitian terkait identifikasi bawah permukaan tanah gambut perlu dilakukan menggunakan metode geolistrik resistivitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bawah permukaan. Menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan 4 lintasan dan panjang masing-masing lintasan 45 meter. Hasil penampang 2D menunjukkan nilai resistivitas lapisan gambut bervariasi yaitu pada lintasan pertama didapat rentang nilai resistivitas berkisar antara 58,1 Ωm hingga 189 Ωm, kemudian pada lintasan kedua tanah gambut memiliki nilai resistivitas berkisar antara 6,72 Ωm hingga 323 Ωm, selanjutnya pada lintasan ketiga nilai resistivitas berkisar antara 58,1 Ωm hingga 323 Ωm. Pada lintasan keempat didapat nilai resistivitas berkisar antara 111 Ωm hingga 323 Ωm, dengan kedalaman gambut mencapai lebih dari 5 meter. Lapisan selanjutnya yang ditemukan yaitu lempung dengan nilai resistivitas 6,72 Ωm hingga 58,1 Ωm dengan kedalaman mulai dari 2 sampai 9 meter. Validasi telah dilakukan menggunakan data bor dan didapat hasil pengeboran tanah gambut mencapai kedalaman lebih dari 5 meter. Hasil pengeboran ini sesuai dengan hasil penampang 2 dimensi menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger pada masing-masing lintasan yang mendapatkan lapisan tanah gambut mencapai kedalaman hingga 5 meter
Pengaruh Luas Lubang Pada Koefisien Bocoran Pipa Silinder Terbuka
Koefisien bocoran merupakan perbandingan antara debit aliran eksperimen dan teoritis. Hukum Bernoulli merupakan hukum tentang energi kinetik dan energi potensial yang diterapkan pada fluida bergerak. Pada penelitian ini, pengaruh luas lubang pada koefisien bocoran pipa silinder terbuka dilakukan dengan menggunakan sensor ultrasonik untuk mengukur tinggi permukaan air. Dengan menggunakan pencocokan kurva dapat diperoleh nilai A2eksperimen dan koefisien bocoran (Cd). Penelitian ini menunjukkan bahwa waktu pengurasan air dan nilai koefisien bocoran berbanding terbalik dengan luas lubang. Hasil ini diharapkan bisa memberi informasi terkait pengaruh luas lubang dan dapat diterapkan dalam industri-industri yang menggunakan pipa-pipa pada produksinya. Kata Kunci : Koefisien Bocoran, Persamaan Bernoulli, Silinder Terbuk
Analisis Indeks Stabilitas Udara pada Saat Kejadian Angin Puting Beliung di Kota Pontianak
Kota Pontianak merupakan salah satu wilayah yang sering terjadi bencana ekstrem, salah satunya adalah kejadian angin puting beliung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi cuaca, indeks stabilitas udara, dan suhu puncak awan saat kejadian angin puting beliung di Kota Pontianak pada tanggal 13 Agustus 2019, 21 Januari 2020, dan 16 Januari 2022. Metode yang digunakan pada analisis kondisi cuaca adalah menggunakan analisis spasial dan temporal. Sedangkan, metode analisis indeks stabilitas udara menggunakan analisis nilai indeks stabilitas seperti KI, LI, SI, TT, SWEAT, CAPE, dan CIN. Pada analisis suhu puncak awan akan menggunakan analisis spasial. Hasil penelitian kondisi cuaca menunjukkan suhu udara mengalami penurunan pada tiga kejadian angin puting beliung, yaitu sekitar 27,6˚C sampai 31,3˚C. Kelembapan udara mengalami peningkatan pada setiap tiga kejadian angin puting beliung, yaitu sekitar 54% sampai 73,5%. Sedangkan, arah angin saat kejadian angin puting beliung tanggal 13 Agustus 2019 bergerak dari selatan kemudian dibelokkan ke arah timur dan dua kejadian lainnya dari arah utara kemudian dibelokkan ke arah tenggara dengan kecepatan angin pada tiga kejadian angin puting beliung adalah sekitar 1,45 m/s sampai 3,45 m/s. Parameter-parameter cuaca tersebut menunjukkan kondisi yang berpotensi menyebabkan terjadi angin puting beliung. Berdasarkan klasifikasi indeks stabilitas hasil yang diperoleh adalah indeks LI, CAPE dan CIN menunjukkan atmosfer tidak stabil. Indeks SWEAT menunjukkan kondisi cuaca buruk. Indeks KI, SI, dan TT menunjukkan potensi terjadi thunderstorm. Hasil analisis suhu puncak awan pada tiga kejadian angin puting beliung, yaitu sekitar -25˚C sampai -70˚C yang merupakan awan dingin (cumulonimbus) yang memicu terjadi angin puting beliung
The Effectiveness of Blood Clam Shell (Anadara granosa) as an Adsorbent to Improve Peat Water Quality
Research has been carried out to determine the effectiveness of blood clam (Anadara granosa) shell adsorbents in improving the quality of peat water. Blood clam shells were mashed with variations in particle size of 8 mesh, 50 mesh and 150 mesh, then an adsorption process was carried out with a mass ratio of adsorbent and peat water of 1:10. The physical and chemical parameters tested in this study included turbidity, color, Total Dissolved Solid (TDS), and pH. Based on the test results with a contact time of 12 hours, peat water levels increased for all parameters along with increasing particle size. Meanwhile, within 7 days of contact time, the results of the peat water test experienced a decrease in levels for all parameters along with increasing particle size and was a good optimum contact time in the adsorption process. The results obtained show that for the parameters of turbidity, Total Dissolvesd Solid (TDS), and pH have met the standard set by the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 32 of 2017, only the color parameter does not meet the standard in improving the quality of peat water
Penggunaan Metode GPR 2D Untuk Identifikasi Korosi Tulangan Besi Beton Penahan Air di Lokasi X
Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi korosi tulang beton menggunakan metode GPR konfigurasi Radar Reflection Profiling dengan frekuensi antena 900 MHz menggunakan data sekunder RAW Data sebagai inputnya dengan tiga lintasan kemudian menghasilkan Amplitudo dan waktu tempuh dua arah (two way travel time) atau cepat rambat gelombang elektromagnetik, Citra radargram 2D yang diolah menggunakan software ReflexW. Lintasan georadar yang telah diidentifikasi pada lintasan 1 pada kedalaman 0,02 m - 0,15 m dengan nilai cepat rambat gelombang 0,1 m/ns - 0,12 m/ns dengan nilai amplitudo 8900 m - 10650 m belum mengalami korosi, pada lintasan 2 ditemukan pada kedalaman 0,02 m - 0,15 m dengan nilai cepat rambat gelombang 0,1 m/ns - 0,12 m/ns dengan nilai amplitudo 4900 m - 6500 m dan telah mengalami korosi tingkat sedang dan pada lintasan 3 ditemukan pada kedalaman 0,02 m - 0,15 m dengan nilai cepat rambat gelombang 0,12 m/ns dengan nilai kecerahan amplitudo 1500 m - 1900 m dan telah mengalami korosi tingkat tinggi.Kata Kunci: Ground Penetrating Radar (GPR), Amplitudo, cepat rambat gelombang elektromagnetik, ReflexW, Koros
Pendugaan Jenis Batuan Bawah Permukaan Lembar Banjarmasin Kalimantan Selatan Berdasarkan Anomali Magnetik
Telah dilakukan pendugaan jenis batuan bawah permukaan berdasarkan anomali magnetik di daerah dengan koordinat geografis 3° 00’ 00” hingga 3° 30’ 0.00” LS dan 115 °00’0.00” hingga 115° 30’ 0.00” BT. Data yang digunakan berasal dari peta anomali magnet total Lembar Banjarmasin yang diterbitkan oleh Pusat Survei Geologi Bandung. Reduksi ke ekuator dan kontinuasi ke atas dilakukan untuk mengetahui sebaran batuan bawah permukaan. Berdasarkan model yang dihasilkan, nilai anomali magnet total di lokasi penelitian berada di kisaran -725 nT sampai 458 nT. Model penampang 2D sayatan A-A’, sayatan B-B’, dan sayatan C-C’ yang dibuat menunjukkan keberadaan kuarsa, kuarsa pasir, batu pasir, lempung, batu gamping, batuan breksi gunung api, lava andesit, batuan beku basa, batuan andesit basalt, mineral diamagnetik, dan batuan ultramafik