Optimizing the Use of Arbuscular Mycorrhizal Fungi and Bio-organic to Produce Quality Jernang (Daemonorops draco) Seeds as a Support for Community Economy

Jernang rattan is produced from a palm species surface layer of fruit by resine with dark red. Jernang rattan cultivation has several obstacles due to limiteation of seed availability, low seed production, recalcitrant seeds, and slow seedling growth. In order to accelerate seedling growth and providing a good quality of seedlings, an inoculation of seedling with Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and addition of bio-organics in growing media is needed. This study aimed to analyze the growth responses of Daemonorops draco Blume seedlings inoculated by AMF and addition of bio-organic. The research design used was completely randomized design which consists of two factors, AMF (M) consists of four levels (M0 = Without AMF, M1= AMF collection in the mycorrhizal laboratory M2= Indigenous FMA from rattan rhizosphere and bio-organic (B) consisting of five levels (B0= Without bio-organic, B1= dose of bio-organic 5%, B2= dose of bio-organic 10%, B3= dose of bio-organic 15%, B4= dose of bio-organic 20%). The results showed that control soil media could not to support the growth of Rattan Jernang Seedlings. The plant treated by interaction (M2B2) increased plant height by 140.76%, diameter by 106.57% and biomass by 591.22% compared with control. Keywords: AMF, Bio-organik, Daemonorops draco Blume, Seedling growthRotan penghasil jernang merupakan jenis tanaman palem yang permukaan kulit buahnya dilapisi oleh resin berwarna merah darah. Budidaya rotan jernang memiliki beberapa kendala karena keterbatasan ketersediaan benih, produksi benih yang rendah, benih rekalsitran, dan pertumbuhan bibit yang lambat. Untuk mempercepat pertumbuhan bibit dan menghasilkan bibit berkualitas baik diperlukan inokulasi bibit dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan penambahan bio-organik pada media tanam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons pertumbuhan bibit Daemonorops draco Blume yang di inokulasi oleh FMA dan penambahan bio-organik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor, yaitu FMA (M) yang terdiri dari empat tingkat (M0 = Tanpa FMA, M1= Koleksi FMA di laboratorium mikoriza, M2= FMA lokal dari rizosfer rotan) dan bio-organik (B) yang terdiri dari lima tingkat (B0= Tanpa bio-organik, B1= dosis bio-organik 5%, B2= dosis bio-organik 10%, B3= dosis bio-organik 15%, B4= dosis bio-organik 20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanah kontrol tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit Rotan Jernang. Tanaman yang diberi perlakuan interaksi (M2B2) meningkatkan tinggi tanaman sebesar 140,76%, diameter sebesar 106,57%, dan biomassa sebesar 591,22% dibandingkan dengan kontrol. Kata kunci: Bio-organik, FMA, Daemonorops draco blume, Pertumbuhan bibi

The Composition and Structure at Wan Abdul Rachman Park Conservation Area, Lampung

According to Law No. 5 of 1990 Grand Forest parks are conservation forests that function as nature conservation areas for the purpose of collecting natural and non-natural plants and animals, which are used for research, science, education that support cultivation, culture, tourism and recreation. The purpose of this study was to analyze the composition and structure of the stands in TAHURA Wan Abdul Rachman, Lampung in protection blocks, utilization blocks and collection blocks. The results of this study indicate that the number of species in the collection block is higher than the utilization and protection block. The species that dominated the three research blocks were Dalbergia latifolia, Durio zibethinus, and Tristaniopsis merguensis. The index value of species diversity (H') in the three blocks at the level of seedlings, saplings, poles and trees is in the medium criteria with a value of H'> 2, while the richness index is in the low category. Stratification of Tahura Wan Abdul Rachman's crown is in stratum B and C. Keywords: composition, dominant index, dominant species, vegetation structure, weath indexMenurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Taman hutan raya merupakan hutan konservasi yang berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa alami maupun non-alami, yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis komposisi dan struktur tegakan yang terdapat di Tahura Wan Abdul Rachman, Lampung pada blok perlindungan, blok pemanfaatan, dan blok koleksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah jenis pada blok koleksi lebih banyak dibandingkan dengan blok pemanfaatan dan perlindungan. Jenis yang mendominasi pada  ketiga blok penelitian yaitu Dalbergia latifolia, Durio zibethinus, Tristaniopsis merguensis. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) pada ketiga blok pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon berada pada kriteria sedang dengan nilai H’>2, sedangkan untuk indeks kekayaan tergolong dalam kategori rendah. Stratifikasi tajuk Tahura Wan Abdul Rachman berada pada stratum B dan C. Kata Kunci: indeks dominan, indeks kekayaan, jenis dominan, komposisi, struktur vegetas

Arbuscular Mycorrhizal Fungi and Bacterial Populations on Mycorrhizosphere of trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merrill): Keragaman Fungi Mikoriza di Rhizosfer Trembesi

Mikorhizosfer merupakan wilayah di sekitar perakaran tumbuhan yang bermikoriza dan umumnya  terdapat banyak mikroorganisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jumlah spora FMA, populasi bakteri, dan karakter morfologi bakteri pada mikorhizosfer semai trembesi yang tumbuh pada media pasca tambang dengan wadah pot organik sebagai wadah semai. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan petak terbagi (split plot design) yang terdiri atas 3 faktor, yaitu FMA, komposisi pot organik, dan ukuran bahan pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi faktor inokulasi FMA dan komposisi pot berpengaruh nyata pada jumlah spora FMA, persentase kolonisasi akar, dan jumlah koloni bakteri. Kombinasi perlakuan dengan inokulasi FMA menggunakan komposisi pot 45% koran, 35% kompos (bokashi), 0% Cocopeat, 0% Rock phosphate mampu meningkatkan jumlah spora FMA pada pot organik maupun pada media tanam serta persentase kolonisasi akar. Karakter koloni bakteri yang mendominasi ialah berwarna putih susu, berbentuk bulat, tepian licin/rata, dan elevasi cembung. Kata kunci: bakteri, fungi mikoriza arbuskula (FMA), korelasi, mikorizosfer, trembesiMycorrhizosphere is the area around the roots of plants that have mycorrhizae and generally contain many microorganisms. The aim of this research was to analyze the number of Aarbuscular Mycorrhizae Fungi (AMF) spores, populations, and morphological characteristics of bacteria in the mycorrhizosphere of trembesi seedlings growing in post-mining media in organic pot containers. The experimental design used was a Completely Randomized Design (CRD) with split plot design consisting of 3 factors, namely AMF, organic pot composition, and size of potting material. The results showed that the interaction of AMF inoculation factors and pot composition had a significant effect on the number of AMF spores, the percentage of root colonization, and the number of bacterial colonies. The combination of treatment with AMF inoculation using a pot composition of 45% newspaper, 35% compost (bokashi), 0% Cocopeat, 0% Rock phosphate was able to increase the number of AMF spores in organic pots and media as well as the percentage of root colonization. The dominant character of the bacterial colony is milky white, round in shape, smooth/flat edges, and convex elevation. Keywords: Aarbuscular Mycorrhizae Fungi, bacteria, correlation, rhizosphere, trembes

The Effect of Two Types of Coffee-Based Agroforestry on The Population of Black Ants (Dolichoderus sp.) on The West Slope of Raung Mount

Mount Raung is a mountain located in three districts in East Java, namely Jember district and Bondowoso district, and Banyuwangi district. One of the land uses for the western slopes of Mount Raung is used as coffee-based agroforestry land. The coffee berry borer is a pest that is often encountered by coffee farmers in Rowosari Village and is still difficult to control. One control that can be carried out is creating vegetation that supports the presence of natural enemies, especially Dolichoderus sp. This research aims to determine the effect of different types of agroforestry on the population of black ants (Dolichoderus sp.). This research was carried out using the vegetation analysis method to determine the character of the vegetation and using a vacuum tool to collect the ants. The number of ant populations Dolichoderus sp. on simple coffee-based agroforestry land there were 6,520 individuals, while on complex agroforestry land there were 1,330 individuals. The data obtained was then analyzed using regression and correlation analysis. The result showed that the diversity and richness of tree plants had a negative relationship, while the relationship between diversity and richness of understory plants showed a positive relationship. Keywords: agroforestry, coffee plant, Dolichoderus sp.Gunung Raung merupakan gunung yang terletak di tiga kabupaten di Jawa Timur, yakni Kabupaten Jember, Bondowoso, serta Banyuwangi. Salah satu pemanfaatan lahan di lereng barat Gunung Raung digunakan sebagai lahan agroforestri berbasis kopi. Penggerek buah kopi merupakan hama yang sering ditemui oleh petani kopi di Desa Rowosari dan masih sulit dikendalikan. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan vegetasi yang mendukung keberadaan musuh alami khususnya Dolichoderus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis agroforestri terhadap populasi semut hitam (Dolichoderus sp.). Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis vegetasi untuk mengetahui karakter vegetasi dan menggunakan alat vakum untuk mengumpulkan semut. Jumlah populasi semut Dolichoderus sp. pada lahan wanatani sederhana berbasis kopi terdapat 6.520 individu, sedangkan pada lahan wanatani kompleks berjumlah 1.330 individu. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman dan kekayaan tumbuhan bawah mempunyai hubungan yang negatif, sedangkan hubungan antara keanekaragaman dan kekayaan tumbuhan bawah menunjukkan hubungan yang positif. Kata kunci: agroforestri, tanaman kopi, Dolichoderus sp

Stakeholder Analysis on Planting and Utilization of Balsa in RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri

Balsa planting in RPH Pandantoyo has benefits in economic, ecological, and social aspects. The objectives of this study were to identify stakeholders involved in balsa planting and utilisation activities, classify stakeholders based on their influence and importance on balsa planting and utilisation activities, and formulate a mechanism for relationships between stakeholders related to balsa planting and utilisation activities. Data collection was carried out using interviews and observations of stakeholders involved in the activities.  The balsa planting programme involves Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT Bina Megah Indowood, and the village government. Based on the results of the assessment using the matrix of influence and importance, Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT Bina Megah Indowood are included in the key player category, and the village government is included in the crowd category. Keywords: Collaboration, planting and utizilation balsa, stakeholderPenanaman balsa di RPH Pandantoyo memiliki manfaat di aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi stakeholder yang terlibat dalam kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa, mengklasifikasikan stakeholder berdasarkan pengaruh dan kepentingannya terhadap kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa, dan merumuskan mekanisme hubungan antar stakeholder terkait kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa. Program penanaman dan pemanfaatan balsa melibatkan Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT. Bina Megah Indowood, dan Pemerintah desa. Berdasarkan hasil penilaian menggunakan matriks tingkat pengaruh dan kepentingan di dapatkan Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT. Bina Megah Indowood termasuk ke dalam kategori key player, dan Pemerintah desa termasuk ke dalam kategori crowd. Kata kunci: Kolaborasi, penanaman dan pemanfaatan balsa, stakeholde

Seedlings Quality of Rain Tree, Balsa, and Soursop in The BPDAS Permanent Nursery, Solo

Kualitas bibit merupakan cerminan dari kualitas genetik maupun fisiologis tanaman. Bibit yang berkualitas menjadi faktor penting dalam keberhasilan penanaman. Penelitian ini bertujuan menilai kualitas bibit yang diproduksi di Persemaian Permanen BPDAS Solo. Penilaian kriteria kualitas bibit didasarkan pada Peraturan Dirjen RLPS Nomor P.05/V-SET/2009 dan SNI 8420:2018. Terdapat 3 jenis bibit yang dinilai yaitu bibit trembesi, balsa, dan sirsak. Asal usul benih dari 3 jenis bibit yang diuji tidak berasal dari sumber benih bersertifikat maupun memiliki keterangan mutu benih sehingga belum lulus uji untuk kriteria asal usul benih. Adapun persyaratan kualitas fisik bibit meliputi persentase bibit normal, dan persentase rata-rata syarat khusus pada ketiga jenis bibit yang diuji masuk kategori lulus uji dan mutu pertama (P). Hal ini menunjukkan bahwa Persemaian Permanen BPDAS Solo memproduksi bibit yang sesuai standar dan siap ditanam di lapangan. Kata kunci: kualitas bibit, trembesi, balsa, sirsak, persemaian permanenThe quality of seedlings reflects of the genetic and physiological quality of plants. Good seedlings are an important factor in the success of planting. This study aimed to assess the quality of seedlings produced at the BPDAS Solo Permanent Nursery. The assessment of seedling quality criteria is based on the Regulation of the Director General of RLPS Number P.05/V-SET/2009 and SNI 8420:2018. Three species of seedlings are assessed, namely trembesi, balsa, and soursop. The origin of the seeds of the 3 species of seedlings tested did not come from a certified seed source or had seed quality information so they had not passed the test for the seed origin criteria. The physical quality requirements for seedlings include the percentage of normal seedlings and the average of special requirements for the three species of seedlings tested in the category of passing the test and first quality (P). This showed that BPDAS Solo Permanent Nursery produces seedlings that meet standards and are ready to be planted in the field. Keywords: seedling quality, raintree, balsa, soursop, permanent nurser

The Distribution of Hotspots and Integrated Patrols During the 2023 El Niño Period in Muaro Jambi District

Kabupaten Muaro Jambi merupakan kabupaten dengan luasan gambut terbesar kedua di Provinsi Jambi.  Karakteristik ini membuatnya rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), terutama saat terjadi fenomena El Niño. Pada tahun 2023, dampak El Niño terasa di berbagai wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran hotspot dan curah hujan serta upaya pencegahan yang dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi pada masa fenomena El Nino tahun 2023. Data sebaran hotspot diperoleh dari  citra satelit MODIS Terra/Aqua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah hotspot tertinggi terjadi pada bulan oktober dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 87,8 mm. Kecamatan Kumpeh memiliki jumlah hotspot tertinggi dari kesebelas kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2023.  Sebaran hotspot di Kabupaten Muaro Jambi lebih banyak ditemukan di lahan gambut yaitu sebanyak 13 jika dibandingkan dengam jumlah hotspot pada tanah mineral. Upaya pencegahan yang telah dilakukan adalah patroli terpadu yang diprioritaskan pada bulan rawan kebakaran, pemasangan IoT untuk pengukuran TMAT dan  sosialisasi/ penyuluhan kepada masyarakat. Kata kunci:   curah hujan, El Nino, hotspot, kabupaten muaro jambi, pencegahan kebakaran hutan dan lahanMuaro Jambi District is the second largest peatland area in Jambi Province. This characteristic makes it highly vulnerable to forest and land fires, especially during the El Niño phenomenon. In 2023, the impacts of El Niño were felt across various regions of Indonesia, including Muaro Jambi District. This study aims to analyze the distribution of hotspots, rainfall patterns, and prevention efforts implemented in Muaro Jambi District during the 2023 El Niño phenomenon. Hotspot distribution data was obtained from MODIS Terra/Aqua satellite imagery. The results of the study show that the highest number of hotspots occurred in October, with an average monthly rainfall of 87.8 mm. Kumpeh District recorded the highest number of hotspots among the eleven districts in Muaro Jambi District in 2023. The distribution of hotspots was predominantly found in peatland areas, with 13 hotspots compared to fewer on mineral soils. The prevention efforts carried out in Muaro Jambi District included integrated patrols prioritized during fire-prone months, the installation of IoT systems for measuring ground water level (GWL), and community education/outreach programs. Keywords: Rainfall, El Nino, hotspot, Muaro Jambi District, Forest and Land fire prevention &nbsp

Floristic Composition and Stand Structure of The Mountain Forest Post-Fire in Mount Ciremai National Park, West Java

Forest fires occurred in Mount Ciremai National Park (TNGC) area during the period from 2011 to 2022. These fires led to secondary succession, altering the composition and structure of the forest stands. This research aims to analyze the floristic composition and vegetation structure of the mountain forest post-fire. Data collection was conducted through vegetation analysis in two land cover types: primary forest and post-fire 2019 forest. The research shows a difference in the number of tree species found in the post-fire forest, and the number of plant species were recorded in sampling plots are totally 90 species of the 43 families. The ground cover plant was dominated by the species Orthosiphon aristatus, while the seedling and sapling stages were dominated by Cinchona calisaya, the pole stage was dominated by Oreocnide rubescens, and the tree stage was dominated by Macaranga tanarius. The plant diversity of the primary forest was relatively higher and the composition of tree stage in the primary forest and the post-fire 2019 forest were close to similar. The horizontal structure of the forest stands showed an inverted J-shaped curve, while the understory trees dominated the vertical structure. Keywords: fire, floristic composition, mountain forest, Mount Ciremai National Park, stand structureKebakaran di areal Taman Nasional Gunung Ciremai terjadi selama tahun 2011-2022. Kebakaran mengakibatkan suksesi sekunder yang mengubah komposisi jenis dan struktur tegakan. Tujuan penelitian ini menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan pegunungan pasca kebakaran. Pengambilan data dengan metode analisis vegetasi di dua tipe tutupan lahan, yaitu hutan alam utuh (hutan primer) dan pasca kebakaran 2019. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan jumlah jenis pohon yang ditemukan pada hutan pasca kebakaran. Di kedua kondisi hutan tersebut tercatat sebanyak 90 spesies dari 43 famili, dimana jumlah jenis pada vegetasi tumbuhan bawah dan strata pohon adalah terbanyak.  Spesies yang dominan yaitu yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi, antara lain kumis kucing (Orthosiphon aristatus) pada vegetasi tumbuhan bawah, kina (Cinchona calisaya) pada strata semai dan pancang, nangsi (Oreocnide rubescens) pada strata tiang, dan huru ki leueur (Macaranga tanarius) pada strata pohon. Keanekaragaman jenis pada strata pohon di hutan alam utuh lebih tinggi dan komposisi jenis pada strata pohon di hutan pasca kebakaran 2019 mendekati serupa dengan di hutan alam utuh. Struktur horizontal tegakan membentuk kurva J terbalik dan struktur vertikal didominasi pohon-pohon lapisan tajuk C. Kata kunci: hutan pegunungan, kebakaran, komposisi jenis, struktur tegakan, Taman Nasional G. Cirema

Correlation between canopy density using NDVI and invasive species diversity in Gunung Dahu Research Forest

Kawasan Hutan Penelitian Gunung Dahu merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh jenis meranti. Adanya aktivitas manusia di dalam kawasan hutan, berpotensi mendatangkan jenis invasif. Keberadaan spesies tumbuhan invasif menyebabkan dampak negatif terhadap ekosistem. Penelitian ini bertujuan menduga kerapatan tajuk di Hutan Penelitian Gunung Dahu menggunakan Normalized Difference Vegetation Index serta hubungannya dengan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah invasif untuk menghasilkan rekomendasi pengelolaan yang tepat. Pembuatan peta kelas kerapatan tajuk dilakukan secara desk study dan data tumbuhan bawah diambil dengan analisis vegetasi. Uji korelasi dan regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara nilai NDVI dengan variabel lain. Berdasarkan hasil analisis NDVI didapatkan tiga kelas kerapatan tajuk yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kelas kerapatan tajuk rendah memiliki jumlah jenis invasif paling banyak, sementara kelas kerapatan tajuk tinggi memiliki jumlah jenis tumbuhan invasif paling sedikit. Famili Poaceae merupakan famili yang paling banyak ditemukan dengan jenis D. setigera sebagai jenis invasif yang dominan. Terdapat hubungan korelasi yang kuat antara kerapatan tajuk dengan nilai NDVI. Kata kunci: Dipterocarpaceae, Shorea sp., PoacGunung Dahu Research Forest is a forest area dominated by meranti species. The presence of human activity in forest areas has the potential to bring in invasive species. The presence of invasive plant species can have negative impacts on the ecosystem. This research aims to estimate canopy density in the Gunung Dahu Research Forest using the Normalized Difference Vegetation Index and its relationship with the diversity of invasive understory species to produce appropriate management recommendations. The canopy density class map was made using a desk study and the understorey data was taken using vegetation analysis. Correlation and regression tests were conducted to determine the relationship between NDVI values ​​and other variables. Based on the results of the NDVI analysis, three canopy density classes were obtained, low, medium, and high. The low canopy density class has the highest number of invasive species, while the high canopy density class has the least number of invasive plant species. The Poaceae family is the most found family with D. setigera as the dominant invasive species. There is a strong correlation between canopy density and NDVI values. Keywords: Dipterocarpaceae, Shorea sp., Poacea

Estimation of Carbon Dioxide Gas Emissions Due to Forest and Land Fires in Muaro Jambi District, Jambi Province

Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak serius terhadap perubahan iklim karena menghasilkan emisi gas karbon dioksida. Kabupaten Muaro Jambi adalah kabupaten dengan kebakaran hutan dan lahan terparah di Provinsi Jambi. Penelitian bertujuan menduga emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan di Kabupaten Muaro Jambi. Metode yang dilakukan adalah dengan menduga luasan area terbakar menggunakan citra Sentinel-2, kemudian dilakukan perhitungan emisi karbon dioksida menggunakan persamaan Seiler dan Crutzen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah hotspot yang terdeteksi di Kabupaten Muaro Jambi secara berurutan pada tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 sebesar 3367, 18, 6, dan 2 titik. Sementara itu, emisi gas karbondioksida yang dihasilkan pada tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 di tanah mineral sebesar 615,913,55 ton, 4.353,76 ton, 415,90 ton, dan 2.895,54 ton. Sedangkan di lahan gambut emisi yang dikeluarkan sebesar 8.922,62 ton, 4.761,38 ton, 36,14 ton, dan 121,35 ton. Kata kunci: emisi gas karbondioksida, hotspot, Kabupaten Muaro Jambi, tutupan lahanForest and land fires have a serious impact on climate change because they produce carbon dioxide gas emissions. Muaro Jambi District is the district with the worst forest and land fires in Jambi Province. The study aims to estimate the carbon dioxide gas emissions generated in Muaro Jambi Regency. The method used was to estimate the burned area using Sentinel-2 imagery, then calculate carbon dioxide emissions using the Seiler and Crutzen equation. The results showed that the number of hotspots detected in Muaro Jambi Regency in 2019, 2020, 2021 and 2022 amounted to 3367, 18, 6, and 2 points, respectively. Meanwhile, carbon dioxide gas emissions generated in 2019, 2020, 2021 and 2022 on mineral soil amounted to 615,913.55 tons, 4,353.76 tons, 415.90 tons, and 2,895.54 tons. While in peatlands the emissions released were 8,922.62 tons, 4,761.38 tons, 36.14 tons, and 121.35 tons. Keywords: carbon dioxide gas emissions, hotspots, land cover, Muaro Jambi Regency