e-journal Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Not a member yet
1087 research outputs found
Sort by
Tumpek Krulut Hari Valentine Versi Umat Hindu Bali
Hari Kasih sayang atau lebih dikenal dengan istilah Valentine Day adalah hari yang jatuh tanggal 14 Februari tiap tahunnya. Hari yang tidak asing lagi didengar di telinga kaum milenial saat ini. Hari tersebut dirayakan sebagai perwujudan cinta kasih seseorang baik diantara pasangan, saudara, keluarga, lingkungan bahkan kepada Sang Maha Pencipta. Di Bali tepatnya hari Sabtu Kliwon wuku Krulut digadang-gadang sebagai hari Valentine Versi Hindu Bali. Hal tersebut dikarenakan Krulut berasal dari kata Lulut yang artinya senang atau cinta, bemakna jalinan atau rangkaian kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan bertujuan untuk mengharmoniskan kehidupan antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitar. Pengharmonisan ketiga aspek ini disebut dengan Tri Hita Karana. Apabila antara manusia, lingkungan sekitar, dan Sang Pencipta sudah harmonis, maka kehidupan di dunia ini akan tentram, seimbang, dan bahagia.Kata Kunci : Kasih Sayang, Valentine day, Tumpek Krulut
Siasati Pandemi Fatigue dengan Yadnya berorientasi pada Tri Hita Karana
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, menyebabkan melemahnya beberapa dimensi kehidupan masyarakat. Ini mengakibatkan pemerintah memberikan upaya mencegah penyebaran Covid-19 secara klinis, dan mengatasi lumpuhnya dimensi kehidupan pasca pandemi. Upaya-upaya tersebut tercermin dari adanya program bantuan maupun kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah RI. Kebijakan yang harus dipatuhi masyarakat bersifat mengikat. Sehingga, memicu berbagai respond pertentangan antara pro dan kontra dari masyarakat. Keadaan masyarakat yang mulai lelah terhadap kebijakan-kebijakan dan program bantuan yang diberlakukan pemerintah, tidak mendapatkan hasil yang sesuai target. Kondisi ini disebut sebagai Pandemi Fatigue, artinya masyarakat yang mulai merasa lelah akan ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana masyarakat menyiasati Pandemi Fatigue melalui Tri Hita Karana dalam kehidupan social budayanya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Diantaranya, metode penelitian tersebut adalah metode kuesioner, observasi, wawancara, dan studi literature. Subjek untuk sampel penelitian yang menjadi sasarannya adalah kalangan orang dewasa yang masih kuliah, bekerja, dengan berada pada kawasan Singaraja, Karangasem, Badung, dan Gianyar. Dari hasil wawancara, observasi, dan juga studi literatur yang dilakukan didapatkan bahwa sebagaian besar responden mengamali kecemasan akibat dampak pandemi, namun tidak menjadi halangan bagi mereka untuk tetap melakukan Yadnya dengan alasan utama untuk melakukan ajaran agama. Namun tanpa disadari hal tersebut juga menciptakan keharmonisan bagi alam semesta. Sehingga dapat disimpulkan Yadnya menjadi kegiatan yang tanpa disadari oleh masyarakat sebagai upaya untuk mengatasi kecemasan akibat pandemi dan juga memberikan hubungan yang harmonis antara manusia, lingkungan dan Tuhan atau yang disebut dengan Tri Hita Karana
Penguatan Nilai Agama Dalam Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak pada usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Penguatan nilai agama sebaiknya dikembangkan sejak dini agar saat dewasa anak dapat menghadapi dilema kehidupan dan dapat menjaga keseimbangan hidup. Agama mencakup keyakinan atau kepercayaan, pemujaan terhadap apa yang diyakini, dan aturan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang berdasarkan sistem kepercayaan dan sistem ibadah. Tertanamnya nilai moral yang mapan pada anak-anak akan membuatnya mampu berperilaku sopan dan santun kepada siapa pun, dan mampu menghormati orang lain. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka. Penguatan nilai agama tercermin dalam perkembangan moral anak sehingga anak menjadi tahu yang baik dan buruk, benar maupun salah. Penguatan nilai agama dalam perkembangan moral dapat diberikan kepada anak sesuai dengan usianya menggunakan metode keteladanan, diskusi, bermain peran, outbond, bernyanyi, karyawisata, pembiasaan, bermain, dan bercerita.Kata Kunci: nilai agama, perkembangan moral, anak usia din
Refleksi Teologi Multikultural di Pura Batu Meringgit Desa Candi Kuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan
Pura Batu Meringgit memiliki kepercayaan bernuansa multikultural, namun konstruk positif dari kepercayaan tersebut belum dipahami secara maksimal. Terbukti, keyakinan multikultural hanya dipahami sebagai keunikan semata yang terjadi wilayah kehidupan beragama Hindu. Secara naratif, penelitian ini mencoba memberikan eksplorasi tentang refleksi positif dalam bingkai sosial religius, yang lahir dari teologi multikultural di Pura Batu Meringgit. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumen, studi kepustakaan, serta dibahas dengan teori multikultur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa refleksi teologi multikultural di Pura Batu Meringgit adalah sebagai berikut: Pertama, teologi multikultural menstimulus terbentuknya kehidupan beragama yang berudaya. Difrensiasi dari system penghayatan terhadap Tuhan di Pura Batu Meringgit, sejatinya telah menjadi landasan utama bagi terbentuknya interaksi kehidupan beragama dengan nilai etika, kebersamaan, integrasi yang kesemuanya sebagai wajah budaya dalam ruang kehidupan beragama. Kedua, teologi multikultural disatu sisi telah berhasil membentuk kerukunan umat beragama. Perbedaan beragama yang disatukan jejak historis, sejatinya telah menumbuhkan kedekatan secara psikologis dan social dalam menumbuhkan kerukunan umat beragama. Ketiga, teologi multikultural mengintensipkan dialog antar umat beragama. Persatuan dalam perbedaan keyakinan yang ada di internal pura, telah menggiring umat berbeda agama untuk menjalin interaksi dan komunikasi secara aktif sehingga terbengun dialog intensif antar umat beragama di Pura Batu Meringgit. Keempat, teologi multikultural memberikat penguatan bagi upaya untuk menanamkan pendidikan multikultur bagi umat. Pendidikan multikultural, tidak dapat dilakukan hanya dengan bertumpu pada teori dan pembelajaran di sekolah formal.Namun, disatu sisi memerlukan contoh nyata yang dalam hal ini ditunjukan dengan fenomena multikultural di Pura Batu Meringgit
ANALISIS NILAI RELIGI DALAM GEGURITAN MANIGUNA
The existence of Balinese literary works until now still has a place in the hearts of Balinese literary lovers, so that the existence of Balinese literary works has lived along with the times. There are many ways a writer can express his thoughts and ideas, one of which is by writing a literary work in the form of a geguritan. Balinese purwa (classical) literary works need to be preserved, nurtured and developed, because they contain noble values which are very important, meaning for the life of the people, especially the Balinese. The value theory from Yudibrata is used to reveal the importance of Geguritan Maniguna as a classic literature that records culture from a long period of time and contains various cultural paintings, ideas, ethics, advice, entertainment and including religious life, especially regarding religious values that exist. inside it
THE EFFECT OF MODERATE LEADERSHIP BASED ON TRI KAYA PARISUDHA AND SOCIAL ATTITUDE ON EMPLOYEES’ PERFORMANCE
This study aims to determine the effect of moderate leadership based on Tri Kaya Parisudha and social attitudes on employee’s performance at STAHN Mpu Kuturan Singaraja, both separately and together. This research is an ex-post facto research. The population in this study were all 77 employees of STAHN Mpu Kuturan Singaraja who were directly used as research samples. The independent variable in this study are moderate leadership based on Tri Kaya Parisudha and social attitudes, while the dependent variable is employees’ performance. The instrument used was a moderate leadership questionnaire based on Tri Kaya Parisudha, social attitudes, and employees’ performance. The data analysis method usedwais multiple regression and partial correlation techniques. The results showed that: 1) there was a significant effect of moderate leadership based on Tri Kaya Parisudha on employees’ performance, 2) there was a significant effect of social attitudes on employees’ performance, and 3) there was a significant effect of moderate leadership based on Tri Kaya Parisudha and social attitudes towards employees’ performance.
THE EFFECTIVENESS OF CHARACTER VALUE INTERNALIZATION THROUGH NGUSABHA SAMBAH TOWARDS BALI AGA CULTURE RESILIENCE TENGANAN PEGRINGSINGAN VILLAGE, MANGGIS DISCRICT, KARANGASEM REGENCY
Every human individual is always in the process of forming his character, because a character is formed starting from the family, school, and environment. Formally, the formation of human character is formed consciously and systematically in developing self-potential. Tenganan Pegringsingan Traditional Village has a religious tradition which is considered as a place for internalizing character values which is devoted as a form of cultural resilience in the Tenganan Pegringsingan Traditional Village, which is held annually and every three years for muran which is marked with sasih kapat twice in one year which is right on sasih kalima according to the calendar system of the Tenganan Pegringsingan Traditional Village is called Ngusaba Sambah. The results of this scientific paper using a qualitative research with an ethnographic approach.
MANFAAT LATIHAN YOGA BAGI SISWA PARIWISATA (Studi Kasus SMK Bali Dewata)
Berkembangnya latihan Yoga saat ini banyak dilirik oleh beberapa kalangan sebagai suatu alternatif dalam pengembangan wisata spiritual. Terlepas dari banyaknya kontravensi terhadap Yoga sebagai wisata spiritual, tujuan dari memasukan ajaran Yoga ke dalam pembelajaran di sekolah pariwisata selain untuk menyediakan tenaga kerja pariwisata yang mimiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan pasar tetapi juga untuk mengembangkan minat dan bakat siswa terhadap Yoga. Bertitik tolak dari pemaparan di atas maka fokus dari penelitian ini ialah melihat manfaat dari latihan Yoga bagi siswa pariwisata di SMK Bali Dewata. Tujuannya ialah mendeskripsikan manfaat yang didapat oleh siswa pariwisata setelah mengikuti latihan Yoga. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menampilkan pengeloahan dari hasil observasi, wawancara, kepustakaan berupa deskripsi kata-kata.Latihan Yoga yang dilaksanakan oleh siswa pariwisata di SMK Bali Dewata secara garis besar dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: tahap awal dimana siswa diajak untuk berdoa dan diberi informasi awal tentang latihan Yoga, selanjutnya kegiatan inti yaitu melaksanakan latihan Yoga, dan diakhiri dengan Sawasana, afirmasi, tanya jawab, dan doa. Manfaat yang berwujud ialah siswa pariwisata memiliki keterampilan Yoga yang berguna bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya. Para penggelut pariwisata khususnya penyedia jasa pariwisata memiliki posisi strategis untuk mengembangkan peluang Yoga sebagai pariwisata spiritual. Kemampuan yang mumpuni bagi seorang penyedia siswa pariwisata tentunya dapat menjadi nilai tambah ketika terjun ke dunia kerja, melirik dari semakin populernya Yoga dikalangan wisatawan. Manfaat yang tidak berwujud ialah kebugaran fisik dan kematangan sikap mental dalam menyikapi sesuatu. Hal ini bermanfaat sebagai siswa yang nantinya sebagai penyedia jasa di bidang pariwisata
Pendidikan Karakter Memperkuat Eksistensi Pendidikan Agama Hindu pada Era Industri 4.0
This article is based on research that aims to align Hindu education with industrial development 4.0, which is an era of disruption in order to make it able to answer challenges also able to overcome the massive obstacles of Hindu education implementation without losing the essence of it. The research has been conducted by a qualitative approach; data were collected by the technique of observation, interview, documentation, and literature study; the data analysis utilized descriptive technique. The result of the research showed there are three important things that Hindu education needs to attempt, those are (1) switching the old mindset which is chained by the bureaucratic become the disruptive mindset that put cooperative ways forward, (2) applying self-driving in order to create reforms as the demand of 4.0 era, (3) has to be able to develop a digital basis new service system. Finally, it can be concluded that science and technology development in the global age delivers challenges and obstacles to Hindu education which also continues to develop and change. Therefore, Hindu education in this disruption revolution era 4.0 has been demanded to be sensitive to community social changing phenomenons, willing to do self-disruption through character education because if it persistence to stay on the old method and management also being sealed from the dynamic world, its existence will be slumped and underdeveloped
NEEDS ANALYSIS ON ENGLISH MACRO-SKILLS FOR THE TOURISM STUDENTS OF HIGHER EDUCATION
English as international language becomes the bridge between the guests and the host in tourism activities. As the consequence, Indonesia as the country that popular with its tourism potential should prepare its human resource to support the tourism activity for its betterment. One of them is preparing them with English Macro-skill. English macro-skills consist of 4 skills: Reading, Listening, Writing, and Speaking. This research is aiming at analyzing the needs of English Macro-skills for the Tourism Students of Higher Education. Empirical data in this research were collected through questionnaire. The questionnaire was spread trough 100 tourism students of Ambarrukmo Tourism Institute Yogyakarta whose experience in doing internship period. The result found that one skill is above important than the others, some found that all of them are important, or they should be taught integrated. As the findings show, based on the students’ internship experience and the students’ perspective, those 4 English macro-skills are important but they have different frequency of use in the work place. Reading is the most frequently use since they often deal with short functional text, such as announcements and notice. Then it was followed by listening, writing, and speaking