Society
Not a member yet
193 research outputs found
Sort by
Ada Apa di Balik Mosi Tidak Percaya pada Media Sosial Indonesia?
Social media is currently taking on a role as a mobilizing, organizing, and communication tool for social protest movements. Social media platforms facilitate content creation, an emotional and motivational exchange to support and oppose protest activities. Social media can increase protest participation, such as hashtags through Twitter. A negative emotional sentiment triggers the hashtag to become a trending topic in Indonesia. It started with the Environment and Forestry minister’s tweet about development and deforestation, making the public react by raising the hashtag #mositidakpercaya. This study explores the vote of no confidence and the correlation of narrative in the hashtag using a qualitative research method with Q-DAS NVivo 12 Plus analysis. The research data source was obtained from Twitter by capturing the hashtag #mositidakpercaya with supporting data from online media, journal literature, and books. The findings showed that miscommunication and the failure to understand the discussed context were conveyed.Media sosial saat ini mengambil peran sebagai alat mobilisasi, pengorganisasian, dan komunikasi bagi gerakan protes sosial. Platform media sosial memfasilitasi pembuatan konten, pertukaran emosional dan motivasi untuk mendukung dan menentang kegiatan protes. Media sosial dapat meningkatkan partisipasi protes, seperti hashtag melalui Twitter. Sentimen emosional yang negatif memicu hashtag tersebut menjadi trending topic di Indonesia. Berawal dari kicauan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pembangunan dan deforestasi, membuat publik bereaksi dengan menaikkan tagar #mositidakpercaya. Penelitian ini mengeksplorasi mosi tidak percaya dan korelasi narasi dalam hashtag menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis Q-DAS NVivo 12 Plus. Sumber data penelitian diperoleh dari Twitter dengan menangkap tagar #mositidakpercaya dengan data pendukung dari media online, literatur jurnal, dan buku. Temuan menunjukkan bahwa miskomunikasi dan kegagalan untuk memahami konteks yang sedang dibahas disampaikan
Pemahaman Mitigasi COVID-19 di Pendidikan Nonformal
The world condition is currently being affected by the COVID-19 pandemic, including the behavior of human life and the teaching and learning process. Educators and educational personnel are overwhelmed in learning activities by changing appropriate learning strategies. Thus, it is necessary to understand COVID-19 mitigation literacy. This study aims to analyze the correlation between the COVID-19 mitigation literacy comprehension on educators and educational personnel’s life behavior. Also, to examine the learning strategies used during the pandemic in nonformal education units in West Java. The IBM SPSS Statistics 24.0 program analyzed this correlation study descriptively and inferentially. The results showed a high correlation between the understanding of COVID-19 pandemic mitigation literacy and the life behavior of educators and educators at nonformal education units in West Java Province. They used a blended learning strategy, with WhatsApp as the dominant application. The obstacles in implementing the learning strategy were poor connections in some areas and the lack of operational costs in purchasing internet quota packages.Kondisi dunia saat ini sedang dilanda pandemi COVID-19, termasuk perilaku kehidupan manusia dan proses belajar mengajar. Pendidik dan tenaga kependidikan kewalahan dalam kegiatan pembelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, perlu pemahaman literasi mitigasi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemahaman literasi mitigasi COVID-19 pada pendidik dan perilaku hidup tenaga kependidikan. Juga untuk mengkaji strategi pembelajaran yang digunakan selama pandemi di satuan pendidikan nonformal di Jawa Barat. Program IBM SPSS Statistics 24.0 menganalisis studi korelasi ini secara deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara pemahaman literasi mitigasi pandemi COVID-19 dengan perilaku hidup pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan nonformal di Provinsi Jawa Barat. Mereka menggunakan strategi blended learning, dengan WhatsApp sebagai aplikasi dominan. Kendala dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut adalah koneksi yang buruk di beberapa daerah dan kurangnya biaya operasional dalam pembelian paket kuota internet
Primary Habitus in Children in Conflict with the Law
Anak-anak dianggap sebagai entitas yang polos dan belum memiliki banyak pengalaman. Namun, munculnya fenomena anak sebagai pelaku tindak kejahatan (anak yang berkonflik dengan hukum/ABH) justru kontradiktif dengan asumsi tersebut. Penelitian ini mengeksplorasi dan mengkaji salah satu aspek kehidupan anak pelaku tindak kejahatan ini, yaitu aspek keluarga sebagai habitus primer. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mewawancarai ABH di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palembang dan Lembaga Pemasyarakatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir serta beberapa tokoh terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sementara itu, analisis data dibangun dari bawah ke atas, secara linier dan hierarkis. Sejalan dengan fokus kajian, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah habitus primer, yang merupakan bagian dari konsep habitus Bourdieu. Habitus primer adalah habitus yang dimiliki agen sejak kecil, yang menjadi dasar pembentukan habitus lainnya (sekunder). Hasil penelitian terkait habitus primer pada ABH menunjukkan bahwa keluarga tidak hadir secara utuh dalam proses tumbuh kembang ABH dan penerapan pola asuh (parenting) yang tidak efektif. Ketidakhadiran keluarga secara utuh, ditunjukkan kepada keluarga dengan adanya, 1). ABH dengan orang tua yang berpisah, 2). ABH dengan salah satu atau kedua orang tuanya meninggal, 3). ABH memiliki keluarga yang utuh namun tidak sepenuhnya hadir dalam proses tumbuh kembang anak. Sedangkan pola asuh yang buruk ditunjukkan melalui 1). Pola asuh dengan kekerasan, 2). Orang tua dan orang terdekat ABH belum menjadi panutan yang positif, dan 3). Orang tua tidak/kurang komprehensif memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu, perlu penguatan institusi keluarga sebagai institusi primer dan institusi pewarisan nilai melalui sosialisasi dan pendidikan antar generasi. Keluarga dapat menjadi basis utama untuk mewariskan nilai-nilai anti kekerasan dan kejahatan dalam mendukung upaya meminimalisir habitus kejahatan.Children are assumed to be innocent entities and have not much experience. However, the emergence of the phenomenon of children as perpetrators of crimes (children in conflict with the law/CICL) is contradictory to this assumption. This study explores and examines one aspect of the life of the child perpetrator of this crime, namely the family aspect as the primary habitus. This study used qualitative research methods by interviewing CICL at the Palembang Special Children’s Correctional Institution and Correctional Institution of Kayuagung, Ogan Komering Ilir Regency, as well as several related figures. Data were collected by observation, in-depth interviews, and documentation. Meanwhile, data analysis is built from the ground up, linearly and hierarchically. In line with the focus of the study, the concept used in this study is the primary habitus, which is part of the habitus concept of Bourdieu. The primary habitus is the habitus that the agent has since childhood, which is the basis for forming other (secondary) habitus. The research results related to primary habitus in CICL show that the family is not present as a whole in the process of CICL growth and development and the application of ineffective parenting. Complete absence of the family, shown to the family by the presence of, 1). CICL with separated parents, 2). CICL with one or both parents died, 3). CICL has an intact family but is not fully present in the child’s growth and development process. Meanwhile, poor parenting is shown through 1). Parenting with violence, 2). CICL’s parents and close people have not become positive role models, and 3). Parents do not/less comprehensively provide knowledge and understanding regarding good and bad deeds. Therefore, it is necessary to strengthen the family institution as a primary institution and an institution of value inheritance through socialization and education between generations. The family can be the main basis for passing down the values of anti-violence and crime in supporting efforts to minimize crime habitus
Habituation of Chinese Subculture amid Bangka Malay Domination: The Role-sharing Politics
Etnis Tionghoa merupakan etnis yang telah lama menjadi bagian dari masyarakat Pulau Bangka. Hubungan yang harmonis antara etnis Tionghoa dan penduduk lokal menunjukkan bahwa proses habituasi berjalan dengan baik sehingga keberadaan mereka diterima sebagai realitas sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengumpulkan data dari hasil wawancara dan observasi di kabupaten/kota di Pulau Bangka. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan etnis Tionghoa telah diproses melalui penguatan empat modal utama etnis Tionghoa (pandangan Bourdieu): modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, dan modal simbolik. Penguasaan modal telah mendorong politik berbagi peran yang baik karena penguasaan modal dilakukan secara transformatif. Tidak mengherankan bahwa subkultur minoritas Tionghoa meski dalam banyak hal terasa dominan, masih bisa diterima sebagai realitas sosial yang membentuk harmoni antarkultur di pulau Bangka.Ethnic Chinese is an ethnic group that has long been part of the people of Bangka Island. The harmonious relationship between the ethnic Chinese and the indigenous population shows that the habituation process is going well so that their existence is accepted as a social reality. This study uses descriptive qualitative methods to collect data from interviews and observations in regencies/municipalities within Bangka Island. This research finds that the existence of the Chinese ethnicity has been processed by strengthening the four main capitals of the Chinese ethnicity (Bourdieu’s view): economic capital, social capital, cultural capital, and symbolic capital. Capital control has encouraged good role-sharing politics because capital control is carried out transformatively. It is not surprising that the Chinese minority subculture, although in many ways it feels dominant, can still be accepted as a social reality that forms intercultural harmony on Bangka island
Makna Kekerasan Seksual dan Stigma Masyarakat Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Sexual violence is a serious issue that is becoming more common in various forms. The number of victims of sexual violence is growing, and its forms are becoming more diverse. This study aims to reveal the meaning of sexual violence to victims or survivors and the social sanctions they face. This study employed mixed-method research, with 377 respondents interviewed. According to the findings of this study, victims perceive sexual violence as a bad, embarrassing, and inappropriate experience. The victims were subjected to social sanctions from the community, including friends, neighbors, and social media users. The Law of Sexual Violence Crime Number 12 of 2022 demonstrates the state’s efforts to achieve gender justice. This study recommends the need to protect victims of sexual violence from families, communities, society, and the state to realize gender equality.Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang makin marak terjadi dalam berbagai bentuk. Jumlah korban kekerasan seksual semakin meningkat dan bentuknya makin bervariasi. Studi ini bertujuan untuk mengungkap makna kekerasan seksual dari para korban atau penyintas dan sanksi sosial yang mereka terima dari masyarakat. Studi ini menggunakan mixed method research dengan mewawancarai 377 responden. Studi ini menghasilkan temuan bahwa para korban memaknai kekerasan seksual sebagai pengalaman yang buruk, memalukan, dan tidak pantas. Para korban mendapati sanksi sosial dari masyarakat baik dari teman, tetangga, maupun media sosial. Hadirnya UU TPKS menunjukkan adanya upaya negara dalam mewujudkan keadilan gender. Studi ini merekomendasikan bahwa perlunya perlindungan terhadap korban kekerasan seksual baik dari keluarga, komunitas, masyarakat, maupun negara untuk mewujudkan kesetaraan gender
Studi Empiris Good Corporate Governance (GCG) dan Tata Kelola Keuangan: Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol
This research explores Good Corporate Governance (GCG) and financial governance by using firm size as a control variable. In particular, this study provides empirical evidence that firm size is a control variable. The sample in this research is companies in the Hotel and Tourism sector listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2013-2018. Data analysis using panel data. The results revealed that of the five proposed hypotheses, only two were accepted. The results show that company size does not fully control the independent variable in this research.Penelitian ini mengeksplorasi Good Corporate Governance (GCG) dan tata kelola keuangan dengan menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Secara khusus, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan adalah variabel kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan di sektor Perhotelan dan Pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2018. Analisis data menggunakan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima hipotesis yang diajukan, hanya dua yang diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak sepenuhnya mengendalikan variabel independen dalam penelitian ini
Farmer Resilience in Maintaining Agricultural Production During the COVID-19 Pandemic: Study in Solokuro Subdistrict, Lamongan
Penelitian ini mengkaji bagaimana kehidupan petani di pedesaan Lamongan selama masa pandemi, tantangan yang dihadapi petani selama masa pandemi, dan bentuk-bentuk resiliensi yang dilakukan petani dalam mempertahankan produktivitas pertaniannya di era pandemi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus untuk menunjukkan bagaimana petani melakukan bentuk resiliensi di pedesaan di Kabupaten Lamongan di masa pandemi COVID-19. Informan yang diambil datanya dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terdiri dari empat orang petani laki-laki dan empat orang petani perempuan. Observasi dan wawancara dengan informan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2020. Penelitian ini terjadi di daerah pedesaan yaitu di Desa Dadapan, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mengingat petani di desa tersebut masih melakukan kegiatan bertani walaupun mereka berada dalam kondisi pandemi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa petani di Desa Dadapan merupakan pihak yang terkena dampak di masa pandemi dan harus melakukan upaya untuk bertahan hidup. Tantangannya petani menghadapi kerugian yang dialami akibat kesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannya. Bentuk ketahanan petani antara lain, pertama tetap bertani di masa pandemi ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan; kedua, membuat strategi pemasaran produk pertanian mereka secara online; dan ketiga, menjaga semangat mereka untuk terus bertani.Penelitian ini mengkaji bagaimana kehidupan petani di pedesaan Lamongan selama masa pandemi, tantangan yang dihadapi petani selama masa pandemi, dan bentuk-bentuk resiliensi yang dilakukan petani dalam mempertahankan produktivitas pertaniannya di era pandemi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus untuk menunjukkan bagaimana petani melakukan bentuk resiliensi di pedesaan di Kabupaten Lamongan di masa pandemi COVID-19. Informan yang diambil datanya dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terdiri dari empat orang petani laki-laki dan empat orang petani perempuan. Observasi dan wawancara dengan informan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2020. Penelitian ini terjadi di daerah pedesaan yaitu di Desa Dadapan, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mengingat petani di desa tersebut masih melakukan kegiatan bertani walaupun mereka berada dalam kondisi pandemi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa petani di Desa Dadapan merupakan pihak yang terkena dampak di masa pandemi dan harus melakukan upaya untuk bertahan hidup. Tantangannya petani menghadapi kerugian yang dialami akibat kesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannya. Bentuk ketahanan petani antara lain, pertama tetap bertani di masa pandemi ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan; kedua, membuat strategi pemasaran produk pertanian mereka secara online; dan ketiga, menjaga semangat mereka untuk terus bertani.This research examines how the lives of farmers in rural Lamongan during the pandemic, the challenges faced by farmers during the pandemic, and the forms of resilience that farmers take in maintaining their agricultural productivity in the pandemic era. Data was collected using qualitative research methods and a case study approach to show how farmers carried out the form of resilience in rural areas in Lamongan Regency during the COVID-19 pandemic. There were eight informants whose data were extracted in this research consisting of four male farmers and four female farmers. Observations and interviews with informants were carried out from July to October 2020. This research occurred in a rural area, namely in Dadapan Village, Solokuro Subdistrict, Lamongan Regency, East Java, considering that farmers in the village still carry out farming activities even though they are in a pandemic condition. From this research, it can be seen that farmers in Dadapan Village are the affected parties during the pandemic and must make efforts to survive. The challenge farmers face the losses experienced due to difficulties in marketing their agricultural products. Farmers’ resilience forms include, first, continuing to do farming during this pandemic while still paying attention to health protocols; second, creating marketing strategies for their agricultural products online; and third, maintaining their enthusiasm to continue farming
Evaluasi Perilaku Kekerasan Narapidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
There have been several violent incidents in the Correctional Unit. One of them in West Sumatra, where the Legal Aid Institute in Padang recorded three cases during the current year in 2019, occurred in Pariaman Class II-B of Correctional Institution. Similar incidents occurred in 2018 in which children in correctional institutions were recorded as experiencing physical, psychic, and sexual violence. The Indonesian Commission for the Protection of Children found that 26.8 percent of children in Special Children’s Prison were victims of violence in 2018. There has been widespread media coverage of officers’ violence and complex correctional problems in the last three years. Based on the literature study and unstructured interviews with correctional officers, several factors cause officers’ violence to prisoners. The following factors are the punitive attitude of correctional officers to prisoners and the lack of human rights knowledge, Standard Minimum Rules (SMR), and correctional officers’ correctional technicalities. In this study, the method used was descriptive qualitative research. Descriptive qualitative research is a form of research that includes a case study of an event. This study uses a qualitative method with a case study approach. Case studies are intended to test research questions and problems in which there is no separation of phenomena and context in the spectacle. This study explores the factors that trigger officers to commit violence against correctional inmates. Many things cause violent behavior, such as stress, psychic problems, and soon.Beberapa peristiwa kekerasan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Salah satunya di Sumatera Barat, dimana Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Padang mencatat tiga kasus sepanjang tahun berjalan di tahun 2019, terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Pariaman. Kejadian serupa terjadi pada tahun 2018 di mana anak-anak di lembaga pemasyarakatan tercatat mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan bahwa 26,8 persen anak-anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak merupakan korban kekerasan pada tahun 2018. Ada liputan media yang meluas tentang kekerasan petugas dan masalah pemasyarakatan yang kompleks dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan studi literatur dan wawancara tidak terstruktur dengan petugas pemasyarakatan, beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan petugas terhadap narapidana. Faktor-faktor berikut adalah sikap menghukum petugas pemasyarakatan terhadap narapidana dan kurangnya pengetahuan hak asasi manusia, Standar Minimum Rules (SMR), dan teknis pemasyarakatan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang mencakup studi kasus tentang suatu peristiwa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus dimaksudkan untuk menguji pertanyaan dan masalah penelitian dimana tidak ada pemisahan fenomena dan konteks dalam tontonan. Penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor yang memicu petugas melakukan kekerasan terhadap warga binaan pemasyarakatan. Banyak hal yang menyebabkan perilaku kekerasan, seperti stres, masalah psikis, dan sebagainya
Prospek Industri Garam di Provinsi Maluku Berdasarkan Informasi Iklim
This study aims to analyze the prospects of salt industries in Maluku Province based on climate information. The method used in this study is qualitative with a descriptive approach that uses meteorological time series data obtained from the BPS-Statistics Indonesia of Maluku Province. The data collected is the amount of rainfall, number of rainy days, and temperature in 2018. The analysis results conclude that Maluku Province has prospects for developing salt industries. Based on the climate information, the most appropriate locations for the industry establishment are Saumlaki, Geser, and Namlea, and the recommended period for production is July to November.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prospek industri garam di Provinsi Maluku berdasarkan informasi iklim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menggunakan data time series (deret waktu) meteorologi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. Data yang dikumpulkan adalah jumlah curah hujan, jumlah hari hujan, dan temperatur pada tahun 2018. Hasil analisis menyimpulkan bahwa Provinsi Maluku memiliki prospek untuk mengembangkan industri garam. Berdasarkan informasi iklim, lokasi yang paling sesuai untuk mengembangkan industri adalah Saumlaki, Geser, dan Namlea, dan periode produksi yang direkomendasikan adalah Juli hingga November
Studi Identifikasi dan Proyeksi Siklus Harga Komoditas Pangan di Masa Pandemi COVID 19 sebagai Kajian Aspek Pengawasan Pemasaran Produk Pangan di Bangka Belitung
This study examined the projected price of food marketing in the Province of the Bangka Belitung Islands as a step in deepening the issue of food security due to the COVID-19 pandemic. The COVID-19 pandemic in the Province of the Bangka Belitung Islands had a significant impact on the issue of food security. This was caused by the deficit of several strategic food commodities and caused the prices of this food to increase quite high compared to other provinces in Indonesia, such as several provinces in Sumatra and Java. Therefore, local governments as policymakers have a high enough interest in maintaining prices for strategic commodities, especially food. This study intends to compare the volatility of food prices before and after the COVID-19 pandemic. The data used is time-series data on weekly food prices in a traditional Pangkalpinang City market for September 2018 to February 2021. The data analysis technique uses the Vector Autoregression (VAR) method or Vector Error Correction Model (VECM) with the help of statistical software EViews. The results of this study indicate that several important commodities that support community life are predicted to increase significantly, including rice, chicken meat, and chicken eggs. The three food commodities that experienced an increase had a fairly high fluctuation. Beef and red chilies show declining projections in the 8-week forecast period. Meanwhile, cooking oil prices, granulated sugar, shallots, and garlic are still stable.Penelitian ini mengkaji proyeksi harga pemasaran pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai langkah pendalaman isu ketahanan pangan akibat pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdampak signifikan terhadap masalah ketahanan pangan. Hal ini disebabkan oleh defisit beberapa komoditas pangan strategis dan menyebabkan harga pangan ini meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, seperti beberapa provinsi di Sumatera dan Jawa. Oleh karena itu, pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan memiliki kepentingan yang cukup tinggi dalam menjaga harga komoditas strategis khususnya pangan. Penelitian ini bermaksud membandingkan volatilitas harga pangan sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Data yang digunakan adalah data time-series harga pangan mingguan di pasar tradisional Kota Pangkalpinang bulan September 2018 sampai dengan Februari 2021. Teknik analisis data menggunakan metode Vector Autoregression (VAR)/Vector Error Correction Model (VECM) dengan bantuan software statistik EViews. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa komoditas penting yang menopang kehidupan masyarakat diprediksi akan meningkat secara signifikan, antara lain beras, daging ayam, dan telur ayam. Ketiga komoditas pangan yang mengalami kenaikan mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Daging sapi dan cabai merah menunjukkan proyeksi penurunan dalam periode prakiraan 8 minggu. Sementara itu, harga minyak goreng, gula pasir, bawang merah, dan bawang putih masih stabil