STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
Not a member yet
    3772 research outputs found

    PENGARUH HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING\ud TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX\ud PEMAIN SEKOLAH SEPAK BOLA

    No full text
    Latar Belakang:.Sepakbola merupakan permaian yang membutuhkan stamina dan\ud daya tahan tubuh yang tinggi dalam bermain. Stamina dan daya tahan atlet dapat\ud ditentukan dari tingkat kebugaran tubuh, sebab tingkat kebugaran merupakan\ud indikator dalam menentukan tingkat performa atlet. Kebugaranatlet dapat dilihat dari\ud pengukuran nilai VO2Max. Kondisi kebugaran fisik secara keseluruhan siswa sekolah\ud sepak bola (SSB) se Kabupaten Demak sebagian besar (60%) siswa termasuk dalam\ud kategori sedang, (38%) termasuk dalam kategori baik, dan 2%) siswa termasuk\ud dalam kategori kurang. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh High intensity interval\ud training terhadap peningkatan VO2Max pada Pemain Sekolah Sepak Bola. Metode:\ud Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan pre dan post test\ud one group design. Sampel berjumlah 15 orang kemudian diberikan intervensi high\ud intensity interval training dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu.\ud Alat ukur penelitian ini adalah Balke Test. Hasil: Uji normalitas menggunakan\ud Shapiro wilk test, sedangkan uji statistik menggunakan paired sample t-test hasil\ud hipotesis p=0,000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh high intensity\ud interval training terhadap peningkatan VO2Max pada kelompok perlakuan.\ud Kesimpulan: Ada pengaruh high intensity interval training terhadap peningkatan\ud VO2Max pada Pemain Sekolah Sepak Bola.Saran: Dalam penelitian selanjutnya\ud disarankan menambahkan kuisioner riwayat penyakit dahulu

    PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAAN\ud ACTIVE SPINAL MOBILIZATION DAN\ud PASSIVE SPINAL MOBILIZATION TERHADAP\ud PENINGKATAN FUNGSIONAL\ud CERVICOGENIC HEADACHE

    No full text
    Latar Belakang:Adanya persaingan bebas sekarang ini membawa pengaruh besar di\ud lingkungan kerja dimana peralatan dan teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok\ud bagi setiap pekerjaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam bekerja.\ud Peralatan dan teknologi yang kurang sesuai (ergonomis) dengan kebutuhan para\ud pekerja menimbulkan kerugian bagi pekerjanya contohnya kesalahan sikap.\ud Cervicogenic headache banyak dikeluhkan pasien dengan usia rata-rata 20-42 tahun\ud dengan perbandingan perempuan:laki-laki yaitu 4:1.Tujuan:Untuk mengetahui\ud pengaruh pemberian active spinal mobilization terhadap peningkatan fungsional\ud cervicogenic headache, untuk mengetahui pengaruh pemberian passive spinal\ud mobilization terhadap peningkatan fungsional cervicogenic headache. Untuk\ud mengetahui pengaruh pemberian active spinal mobilization dan passive spinal\ud mobilization terhadap peningkatan fungsional cervicogenic headache.\ud Metode:Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimental dengan pre and\ud post test two group design, sampel berjumlah 16 orang kemudian dibagi menjadi 2\ud kelompok. Kelompok I diberi latihan passive spinal mobilization dan kelompok II\ud diberi latihan active spinal mobilization. Dilakukan selama 4 minggu dengan\ud seminggu 2 kali hari senin dan kamis, alat ukur yang digunakan neck disability\ud indeks yang diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh diuji beda\ud menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 2.1.Hasil:Hasil analisa data\ud dengan paired sample t-test pada kelompok I dan II menunjukkan nilai p=0.000\ud (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pada setiap kelompok dan terjadi\ud peningkatan fungsional pada cervicogenic headache. Hasil analisa dengan\ud independent sample t-test menunjukkan nilai p=0,694 (p=>0.05) berarti tidak ada\ud perbedaan pengaruh pemberian active spinal mobilization dan passive spinal\ud mobilization terhadap peningkatan fungsional cervicogenic headache.\ud Simpulan:Tidak ada perbedaan antara pemberian active spinal mobilization dan\ud passive spinal mobilization terhadap peningkatan fungsional cervicogenic\ud headache.Saran:Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk dengan jangka\ud waktu yang lebih panjang dan jumlah responden yang lebih banyak

    GAMBARAN PERILAKU MEMELIHARA ORGAN\ud GENETALIA PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN\ud CAGUNAN RT 119 DESA TRIMURTI\ud SRANDAKAN BANTUL

    No full text
    Latar Belakang: Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta\ud jiwa remaja perempuan yang berusia 15 – 14 tahun berperilaku tidak sehat seperti\ud saat mengalami menstruasi mengganti pembalut harus menunggu penuh (Magfiroh,\ud 2010). Akibatnya, mampu menyebabkan infeksi pada organ genetalia.\ud Tujuan: Diketahui bagaimana gambaran perilaku memelihara organ\ud genetalia pada remaja putri di Dusun Cagunan RT 119 tahun 2017.\ud Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.\ud Rancangan atau desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel\ud pada penelitian ini berjumlah 35 remaja, instrumen penelitian menggunakan\ud kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik menggunakan analisis\ud univariat (analisis deskriptif).\ud Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku memelihara organ\ud genetalia dari aspek usia berada pada remaja tengah 13 – 15 didapatkan yaitu\ud sebanyak 18 (51,4%), pendidikan didapatkan paling banyak pada SMP yaitu\ud sebanyak 24 (68,6), dan informasi paling banyak didapatkan dari sekolah yaitu 18\ud (51,4%).\ud Simpulan dan Saran: Perilaku memelihara organ genetalia didapatkan\ud sebagian besar memiliki kategori baik sebanyak 31 (88,6%). Diharapkan pihak Desa\ud Trimurti memberikan fasilitas terkait kesehatan reproduksi khususnya bagi remaja di\ud Dusun Cagunan RT 119 secara khusus. Pihak Desa Trimurti juga disarankan untuk\ud memperbanyak kader atau Bina Keluarga Remaja (BKR) dengan bekerja sama\ud dengan puskesmas di tingkat RT untuk memaksimalkan cakupan penyuluhan\ud kesehatan reproduksi

    PERBEDAAN PENGARUH ISCHAEMIC\ud COMPRESSION DAN TRANSVERSE FRICTION\ud ERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL PADA\ud MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME\ud OTOT UPPER TRAPEZIUS PEMBATIK TULIS

    No full text
    Latar belakang: Kondisi kerja pembatik selalu berada pada sikap dan posisi kerja\ud yang tidak ergonomis berlangsung selama 8 jam dalam sehari, menetap statik dan\ud dilakukan secara berulang-ulang (repetitif), dapat memicu timbulnya trigger point\ud pada taut band yang akan menimbulkan nyeri myofascial trigger point syndrome\ud otot upper trapezius. Myofascial trigger point syndrome merupakan salah satu\ud gangguan musculoskeletal yang mengakibatkan kekakuan, keterbatasan Lingkup\ud Gerak Sendi (LGS), penurunan fleksibilitas otot dan penurunan fungsional pada\ud leher. Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan\ud ischaemic compression dan transverse friction terhadap fungsional myofascial\ud trigger point syndrome otot upper trapezius. Metode Penelitian: Penelitian ini\ud bersifat quasy experimental dengan rancangan pre dan post test group two design.\ud Sampel berjumlah 12 orang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 diberikan\ud intervensi ischaemic compression sedangkan kelompok 2 diberikan intervensi\ud transverse friction. Data berupa skala ordinal NDI diambil sebelum dan sesudah\ud perlakuan. Data yang diperoleh diuji beda menggunakan bantuan program\ud komputer SPSS versi 22. Hasil Penelitian: Hasil analisis data dengan paired\ud sample t-test menunjukkan bahwa pada subjek kelompok 1 dengan nilai NDI\ud dimana p=0,001 (p<0,05). Sedangkan kelompok 2 dengan nilai NDI dimana\ud p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap kelompok terjadi\ud peningkatan aktifitas fungsional yang signifikan. Hasil analisis dengan\ud independent sample t-test dengan nilai NDI dimana p=0,352 (p>0,05).\ud Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian ischaemic\ud compression dan transverse friction terhadap peningkatan fungsional pada\ud myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius pembatik tulis. Saran:\ud Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan sampel yang lebih banyak dan\ud alat ukur yang berbed

    HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN\ud PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMP \ud NEGERI 16 YOGYAKARTA

    No full text
    Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak-anak\ud menjadi dewasa. Remaja mulai menunjukan jati dirinya dengan menunjukan perilaku\ud yang bermacam-macam, salah satunya adalah perilaku merokok. Pengasuhan orang\ud tua berusaha untuk mempertahankan kehidupan fisik anak dan mendorong\ud peningkatan perilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini.\ud Tujuan : Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada\ud siswa SMP Negeri 16 Yogyakarta.\ud Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental, dengan\ud pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini sebanyak 45 responden dengan\ud teknik stratified random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan\ud kuesioner atau angket. Analisa data menggunakan koefisien kontingensi dengan α =\ud 0,05.\ud Hasil : Siswa dengan pola asuh demokratis sebagian besar memiliki perilaku\ud merokok sebanyak 14 siswa (31,1%)dengan p value 0,025 (p value < 0,05) . Artinya\ud terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku\ud merokok remaja di SMP Negeri 16 Yogyakarta dengan hasil p value 0,025.\ud Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan\ud perilaku merokok siswa di SMP Negeri 16 Yogyakarta.\ud Saran : . Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak remaja diharapkan selalu\ud memberikan pendidikan yang baik serta selalu memperhatikan anaknya supaya tidak\ud terjerumus ke dalam perilaku menyimpang khususnya perilaku merokok

    PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

    No full text
    Latar Belakang: Lansia merupakan suatu fase dimana manusia mengalami\ud penurunan kemampuan aktifitas sehari-hari yang di ikuti penurunan dari fungsi\ud tubuh. Pada tahun 2010 penduduk lansia di indonesia mencapai 23,9 juta atau 9,77%\ud dan UHH sekitar 67,4 tahun. Dengan semakin banyaknya jumlah lansia yang terus\ud meningkat maka menimbulkan masalah yang serius, hipertensi merupakan salah satu\ud masalah yang muncul pada usia lanjut. Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar\ud merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik\ud menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard\ud bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal. Tujuan: Penelitian ini\ud bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan relaksasi otot\ud progresif pada senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Metode:\ud penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan design penelitian pre and\ud post test two group design. Responden berusia 60-69 tahun dan berjumlah 20 orang\ud kemudian di bagi secara acak menjadi dua kelompok. kelompok 1 di berikan\ud perlakuan berupa senam lansia dan kelompok 2 di berikan perlakuan senam lansia di\ud tambah relaksasi otot progresif. Intervensi pada kelompok 1 dilakukan selama 4\ud minggu dengan frekuensi latihan 2 kali dalam seminggu.sedangkan kelompok 2\ud dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi latihan 2 kali dalam seminggu. Alat\ud ukur pada penelitian ini menggunakan Spygmomanometer. Hasil: Hasil uji hipotesis\ud I menggunakan paired sample t-test diperoleh nilai p: 0.000 (p<0,05) sedangkan uji\ud hipotesis II menggunakan paired sample t-test diperoleh nilai p: 0,000 (p<0,005)\ud untuk uji hipotesis III menggunakan independent sample t-test diperoleh nilai p:\ud 0,042 (p<0,005). Kesimpulan: Ada pengaruh penambahan relaksasi otot progresif\ud pada senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Saran: Kepada\ud peneliti selanjutnya, untuk menambah jumlah responden dan memperhatikan setiap\ud responden dalam melakukan gerakan intervensi, sehingga diketahui keefektifan\ud latihan relaksasi otot progresif dan senam lansia

    PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN STATIC\ud MUSCLE CONTRACTION DAN MUSCLE STRETCHING\ud EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA\ud PASIEN FIBROMYALGIA MUSCLES ROTATOR CUFF

    No full text
    Latar belakang : Seiring dengan bertambahnya usia, kondisi serta daya tahan tubuh\ud manusia semakin lama akan semaki menurun. Proses pertambahan usia ini tanpa disadari\ud akan berdampak juga pada perubahan anatomis, fisiologis tubuh dan bertambahnya tingkat\ud stressor dalam lingkungan sehari hari, sehingga akan mengalami gangguan (impairment),\ud ketidakmampuan (disability), meningkat menjadi ketidakmampuan menjalankan fungsi\ud (difunction), dan timbulnya rintangan (handcap). Hal ini disebabkan beberapa faktor yang\ud berawal dari kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Apabila perubahan-perubahan tersebut\ud terus berjalan seiring dengan pertambahan umur, maka dapat mempengaruhi pada suatu\ud penyakit (disease). Tujuan penelitian : untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian\ud static muscle contraction dan muscle stretching exercise terhadap penurunan nyeri pada\ud pasien fibromyalgia muscles rotator cuff. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat quasi\ud ekperimental dengan rancangan pre and post test group two design yang bertujuan untuk\ud mengetahui perbedaan pengaruh antara static muscle contraction dan muscle stretching\ud exercise terhadap penurunan nyeri pada pasien fibromyalgia muscles rotator cuff. Kelompok\ud 1 static muscle contraction berjumlah 9 responden dan kelompok 2 muscle stretching\ud exercise 9 responden. Kemudian diukur tingkat nyerinya menggunakan Visual Analog Scale\ud (VAS) yang diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh diuji beda\ud menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17. Hasil penelitian : Hasil penelitian\ud yang telah di uji dengan paired sample t-test untuk static muscle contraction dengan nilai p:\ud 0,000 dan muscle stretching exercise dengan nilai p: 0,000. Maka kesimpulan yang di ambil\ud dengan uji independent sample t-test yaitu ada perbedaan pengaruh pemberian latihan Static\ud Muscle Contractiondan Muscle Stretching Exercise terhadap penurunan nyeri dengan nilai\ud p:,0,001. Saraan : Untuk rekan sejawat fisioterapi bagi yang mendapatkan pasien\ud fibromyalgia dapat menggunakan Muscle Stretching Exercise untuk penurunan nyeri,\ud dikarnakan Muscle Stretching Exercise lebih efektif dari pada Static Muscle Contraction

    HUBUNGAN POLA KONSUMSI PROTEIN DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA\ud PERINEUM PADA IBU NIFAS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

    No full text
    Latar Belakang : Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)\ud 2012, AKI di Indonesia sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup. infeksi (sepsis\ud puerpuralis) merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan.\ud Yaitu sebesar 25-55%. Salah satu diantaranya adalah robekan pada perineum. Faktor\ud gizi terutama protein sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum\ud karena protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,\ud yaitu pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, dan perbaikan jaringan.\ud Tujuan : Mengetahui ada hubungan pola konsumsi protein dengan proses\ud penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di RSUD Panembahan Senopati Bantul\ud Tahun 2018.\ud Metode : Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan\ud pendekatan cross sectional. Tempat penelitian di RSUD Panembahan Senopati\ud Bantul. Populasi ibu nifas yang mengalami perlukaan pada perineum yaitu 89 orang\ud dan sampel adalah 30 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah accidental\ud sampling. Analisa data menggunakan uji Fisher Exact Test\ud Hasil : Hasil analisis univariat Ibu dengan pola konsumsi protein yang baik sebanyak\ud 28 orang (93.3%) Ibu yang luka perineumnya sembuh sebanyak 28 orang (93,3%)\ud %) uji Fisher Exact Test di dapatkan nilai p-value 0.002 <α (0.05) sehingga ada\ud hubungan pola konsumsi protein dengan proses penyembuhan luka perineum pada\ud ibu nifas di RSUD Panembahan Senopati Bantul\ud Simpulan dan Saran : Ada hubungan pola konsumsi protein dengan proses\ud penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di RSUD panembahan senopati bantul.\ud Diharapkan Ibu nifas mengkonsumsi protein yang mempercepat proses\ud penyembuhan luka perineum dan melakukan kontrol ulang jahitan perineum minimal\ud 2 kali seminggu

    PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN\ud SQUAT EXERCISE DENGAN NORDIC HAMSTRING EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA STRAIN HAMSTRING

    No full text
    Latar Belakang : Cedera hamstring yang terjadi di Amerika menurut America Football lebih dari 40% yang terkena cedera hamstring, sedangkan menurut Australia Ruler Football menduduki urutan ketiga setelah cedera knee dan ankle dengan presentase cedera hamstring 16%. Strain hamstring menyebabkan gangguan keseimbangan dan gangguan fleksibilitas otot sehingga menurunkan kemampuan aktivitas fungsional penderita.\ud Tujuan : Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian squat exercise dengan nordic hamstring exercise terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada strain hamstring.\ud Metode Penelitian : Jenis pepenelitian ini quasy experimental sedangkan rancangan penelitian ini bersifat randomized dan design menggunakan pre and post test two group design. Populasi adalah pemain sepakbola di perum tirto, nogotirto, sleman, yogyakarta yang mengalami penurunan kemampuan aktivitas fungsional dikarenakan strain hamstring. Sampel didapat melalui metode purposive sampling, sampel terdiri dari 7 orang setiap kelompok perlakuan. Instrumen pengukuran aktivitas fungsional pada strain hamstring menggunakan OSTRC indeks. Uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test dan uji homogenitas data dengan Lavene‟s Test. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample T-Test untuk mengetahui peningkatan aktivitas fungsional pada kelompok I dan II serta uji Independent Sample T-Test untuk menguji perbedaan pengaruh kelompok I dan II.\ud Hasil : Uji dengan Paired Sample T-Test untuk kelompok I nilai p=0,000 (p<0,05) dan untuk kelompok II nilai p=0,000 (p<0,05). Uji perbedaan pengaruh kelompok I dan II dengan Independent Sample T-Test nilai p=0,000 (p>0,05). Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian squat exercise dengan nordic hamstring exercise terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada strain hamstring.\ud Simpulan : Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian squat exercise dengan nordic hamstring exercise terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada strain hamstring.\ud Saran : Untuk peneliti selanjutnya, agar peneliti dapat mengatur aktivitas sampel selama penelitian

    PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP NYERI POST OPERASI TURP PADA PASIEN BPH \ud DI RSU PKU MUHAMMADIYAH\ud BANTUL

    No full text
    Latar Belakang : BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih,\ud dan jika dilihat secara umum diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia\ud diatas 50 tahun menderita BPH. Penatalaksanaan jangka panjang yang terbaik pada\ud pasien BPH adalah dengan pembedahan, salah satunya adalah pembedahan\ud Transuretal Resection of The Prostat (TURP). Prosedur pembedahan TURP\ud menimbulkan luka bedah yang akan mengeluarkan mediator nyeri dan menimbulkan\ud nyeri pasca bedah. Mobilisasi dini merupakan salah satu pendekatan non\ud farmakologis yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pasca bedah.\ud Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri post\ud operasi TURP pada pasien BPH di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.\ud Metode Penelitian : Desain penelitian quasi experiment dengan tipe pretest posttest\ud control design. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 30\ud pasien post operasi TURP yang di rawat di unit rawat inap bedah RSU PKU\ud Muhammadiyah Bantul. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Hasil\ud penelitian dianalisis dengan uji Mann-Whitney.\ud Hasil Penelitian : Intensitas nyeri post operasi TURP pada pasien BPH sebelum\ud dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi sebagian besar pada skala 3\ud (40%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar pada skala 5 (33,3%).\ud Intensitas nyeri post operasi TURP setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok\ud intervensi sebagian besar pada skala 1 (53,3%), sedangkan pada kelompok kontrol\ud sebagian besar pasien memiliki intensitas nyeri skala 4 (53,3%). Hasil uji MannWhitney\ud diperoleh\ud p-value\ud sebesar\ud 0,004\ud <\ud 0,05.\ud \ud \ud Simpulan\ud \ud : Terdapat perbedaan yang signifikasi pengaruh mobilisasi dini terhadap\ud nyeri post operasi TURP pada pasien BPH di RSU PKU Muhammadiyah Bantul\ud sebelum dilakukan mobilisasi dini dan setelah dilakukan mobilisasi dini

    0

    full texts

    3,772

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇