Andragogi (E-Journal)
Not a member yet
    150 research outputs found

    Akulturasi Budaya Lokal dan Agama Islam dalam Menyambut Muharram: Studi Kasus Tradisi Tabot di Kota Bengkulu

    Get PDF
    Religiosity is in the context of expression in welcoming the coming of the month of Muharram, as in Bengkulu province, there is a celebration of a Muharram called Tabot. This study aims to determine the influence of local culture and Islam on the welcoming of the month of Muharram in the Tabot tradition in the city of Bengkulu. This research is a descriptive qualitative data collection method that uses library research techniques. In the truest sense of the word, the Tabot ceremony has become a performing art, a cultural integration between the indigenous people. Population and the Bengali Indians have gone well. Tabot in Bengkulu can survive and thrive because of the seven elements directly or indirectly involved: Tradition Implementing Family (Keluarga Pelaksana Tradisi or KPT) of Tabot, Family Harmony of Tabut (Kerukunan Keluarga Tabut atau KKT), Bengkulu Local Government, DPRD Bengkulu, arts and culture activists, and business people. Tabot in Bengkulu has become a work, creation, and taste in the community. This culture answers part of the culture of Bengkulu community members to regulate their environmental conditions according to their knowledge.  As a culture, Tabot has a complex set of values and norms. These include knowledge, beliefs, arts, morals, laws, and customs. (Keberagamaan dalam konteks ekspresi dalam menyambut datangnya bulan Muharram seperti pada provinsi Bengkulu terdapat perayaan satu muharram yang disebut Tabot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alkuturasi budaya lokal dan agama Islam dalam menyambut bulan Muharram pada tradisi Tabot di kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif Data dikumpulkan dengan mengandalkan teknik library research atau penelitian kepustakaan. Upacara Tabot sudah menjadi semacam seni pertunjukan dalam pengertian yang sesungguhnya. Integrasi budaya yang terjadi antara penduduk pribumi dengan India Bengali telah terbaur dengan baik Tabot di Bengkulu mampu bertahan dan berkembang dikarenakan adanya tujuh unsur yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yakni, Keluarga Pelaksana Tradisi (KPT) Tabot, Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), Pemerintah Daerah Bengkulu, DPRD Bengkulu, pegiat seni dan budaya, pelaku ekonomi sektor informal, pebisnis. Tabot di Bengkulu sudah menjadi semacam hasil karya, cipta dan rasa warga masyarakat. Kebudayaan ini menjawab bagian dari budaya warga masyarakat Bengkulu untuk mengatur kondisi lingkungannya sesuai dengan pengetahuannya. Sebagai sebuah kebudayaan, Tabot mempunyai nilai dan norma yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat.

    The Effectiveness of Development of Brain-Based Arabic Learning Media with a Neuroscience Approach to Muhammadiyah Vocational High School Students in the COVID-19 Period

    No full text
    The problem in SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta is that students cannot understand Arabic well due to conventional techniques and textbook-based learning. This study aimed to develop Arabic learning media based on neuroscience in SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Neuroscience, as the learning media, has the goal of improving students' learning outcomes. The data were obtained from documents, namely the classification of reputable National and International journals, along with interviews with 20 students and 2 teachers. The study's results prove that Arabic learning media based on neuroscience could improve students' learning outcomes in the Arabic language with an average score of 77.58/B+. The combination of attractive learning media and neuroscience theory is proven to be an effective approach that could stimulate students. The analysis of learning media based on neuroscience, from the stages of product design, development, and evaluation to revision, results in data that shows that student learning outcomes were well arranged. The weakness of neuroscience as the Arabic learning media was in the results of students' population data, in which only a few students did not show improvement in learning Arabic. However, at general, implications of developing Arabic learning media based on neuroscience could provide creativity to teachers and help the students in learning Arabic, especially in SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Therefore, the development of neuroscience as an Arabic learning media requires further research. (Pokok masalah di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah Bahasa Arab yang tidak dapat dipahami siswa karena pembelajaran masih bersifat konvensional dan tingginya ketergantungan terhadap bahan buku ajar. Penelitian ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran Bahasa Arab berbasis neuroscience di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Neuroscience sebagai media pembelajaran memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Data diperoleh dari dokumen, yakni klasifikasi jurnal Nasional dan Internasional bereputasi serta wawancara kepada 20 siswa dan 2 guru. Hasil penelitian membuktikan bahwa media pembelajaran bahasa Arab berbasis neuroscience dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab dengan nilai rata-rata 77,58/B+. Kombinasi media pembelajaran yang menarik dan teori neuroscience terbukti merupakan pendekatan yang dapat merangsang siswa. Analisis media pembelajaran berdasarkan neuroscience hingga tahapan desain produk, pengembangan, evaluasi dan revisi menghasilkan data bahwa hasil belajar siswa tersusun dengan baik. Kelemahan neuroscience sebagai media pembelajaran Bahasa Arab terdapat pada hasil data populasi di mana segelintir siswa tetap tidak menunjukkan kemajuan dalam memahami Bahasa Arab. Meski demikian, secara umum, penerapan pengembangan media pembelajaran Bahasa Arab berbasis neuroscience dapat memberikan kreativitas kepada guru dan membantu siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab khususnya di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Oleh karena itu, pengembangan neuroscience sebagai media pembelajaran bahasa Arab memerlakukan penelitian lebih lanjut.

    Penguatan Pendidikan Agama Islam melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil 'Alamin pada Madrasah Pilot Project KM-BK di Papua

    Get PDF
    This research aims to find out how important and effective the Strengthening Pancasila and Rahmatan Lil Alamin Student Profile project is in creating Tathawur wa Ibtikar students in madrasas. A qualitative approach supported by descriptive data was used. Primary and secondary data are data components. Strengthening the Pancasila student profile and the Rahmatan Lil Alamin student profile has a significant direct and indirect impact as a positive trend in fostering the character of tathawur wa ibtikar (self-development and innovation) among students. Carried out in six stages, including (1) team formation, (2) determining the theme, (3) implementation, (4) reflection, (5) follow-up plan, and (6) project results exposure. (Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa penting dan efektif proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin untuk mewujudkan pelajar Tathawur wa Ibtikar di madrasah. pendekatan kualitatif yang didukung oleh data deskriptif digunakan. Data primer dan sekunder adalah komponen data. Penguatan profil pelajar Pancasila dan profil pelajar Rahmatan Lil Alamin berdampak signifikan secara langsung tak langsung sebagai tren positif  dalam menumbuhkan karakter tathawur wa ibtikar (pengembangan diri dan inovasi) di kalangan pelajar. Dilakukan dalam enam tahapan meliputi : (1) Pembentukan Tim, (2) Penentuan tema, (3) Pelaksanaan, (4) Refleksi, (5) Rencana Tindak Lanjut, dan (6) Expo hasil Projek.

    Desain Kurikulum Pendidikan Islam pada Kuttab Ibnu Abbas Surakarta

    Get PDF
    This research aims to determine the design and implementation of the Kuttab Ibnu Abbas Surakarta curriculum. This research includes qualitative field research. The method used in this research is descriptive-analytical; data is obtained through observation, interviews, and documentation. Data is collected, condensed, analyzed, presented, and concluded. The results of this research show that: 1) The curriculum design used at Kuttab Ibnu Abbas Surakarta is The Grass Roots Model; initiatives and efforts to develop the curriculum do not come from above but from below. 2) Implementing the curriculum at Kuttab Ibnu Abbas is almost the same as elementary school-level learning, which implements the 2013 Curriculum with a thematic learning model. (Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui desain dan implementasi kurikulum Kuttab Ibnu Abbas Surakarta. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode analisis-deskriptif, data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dikumpulkan, dikondensasi, dianalisis, disajikan dan disimpulkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) Desain kurikulum yang digunakan pada Kuttab Ibnu Abbas Surakarta yaitu dengan The Grass Roots Model yaitu, inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah. 2) Implementasi kurikulum pada Kuttab Ibnu Abbas hampir sama dengan pembelajaran tingkat Sekolah Dasar yang menerapkan Kurikulum 2013 dengan model pembelajaran tematik.

    Model Pembinaan Kedisiplinan Beribadah pada Siswa di MTs Roudlotul Khuffadz Kabupaten Sorong

    Get PDF
    The declining moral quality of students in Indonesia today requires educational institutions to immediately implement character education. Islamic educational institutions, such as Islamic boarding schools and madrasas under the auspices of pesantren, are believed to be able to answer this challenge. This study aims to describe the model of fostering discipline in worship, knowing the supporting and inhibiting factors, and suggesting solutions to overcome obstacles in fostering discipline in worship in students at MTs Roudlotul Khuffadz Sorong Regency. This type of research is qualitative research with a case study model. The methods used are observation, interview, and documentation, with instruments including observation guidelines, interview guidelines, and documentation lists. The data analysis procedures followed three processes: data reduction, data display, and conclusion drawing. Data were then tested for validity using triangulation. The results showed that: 1) The model of fostering the discipline of worship in students at MTs Roudlotul Khuffadz Sorong Regency involves the use of exemplary models (uswah), education (al-tarbiyah), habituation (al-ta'dib), and punishment (garamah). 2) Supporting factors consist of the boarding school learning system, a religious environment, adequate facilities and infrastructure, and attendance of congregational prayers. Meanwhile, inhibiting factors include the shortage of educators (HR) and the lack of student awareness of the importance of worship.(Menurunnya kualitas moral siswa di Indonesia saat ini menuntut institusi pendidikan untuk segera mengimplementasikan pendidikan karakter. Institusi pendidikan Islam, seperti pondok pesantren dan madrasah yang berada di bawah naungan pondok pesantren, diyakini dapat menjawab tantangan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembinaan kedisiplinan dalam beribadah, mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta mengemukakan solusi untuk mengatasi hambatan dalam pembinaan kedisiplinan beribadah pada siswa di MTs Roudlotul Khuffadz Kabupaten Sorong. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model studi kasus. Metode yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan instrumen meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, dan list dokumentasi. Prosedur analisis data ialah data dikumpulkan, direduksi, disajikan, lalu ditarik kesimpulan. Data diuji keabsahannya menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Model pembinaan kedisiplinan beribadah pada siswa di MTs Roudlotul Khuffadz Kabupaten Sorong melibatkan penggunaan model keteladanan (uswah), pendidikan (al-tarbiyah), pembiasaan (al-ta’dib), dan hukuman (garamah). 2) Faktor pendukung terdiri dari sistem pembelajaran pondok pesantren, lingkungan yang religius, sarana dan prasarana yang memadai, serta kehadiran salat berjamaah. Sementara itu, faktor penghambat meliputi kekurangan tenaga pendidik (SDM) dan kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya ibadah yang disebabkan oleh karakter bawaan dari rumah. 3) Untuk mengatasi hambatan tersebut, disarankan untuk menambah tenaga pendidik serta meningkatkan sosialisasi dengan orang tua atau wali siswa.

    Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tarian Kobro Siswo di Kecamatan Tempel Yogyakarta

    Get PDF
    Islamic Religious Education is not only lessons in school courses but also can be available anywhere to anyone, like in the neighborhood and society. Islamic Religious Education is also possibly got from various activities that are non-formal, such as activities in everyday life, art, recitation, and others. It includes kubro siswo as an Islamic teaching based art performance. This study discusses Islamic religious education values embedded in the dance using qualitative research type with an ethnography approach. Primary and secondary data sources needed are three people from elders of kubro sisqoand three members or art performer selected using purposive sampling technique among thsose in Surowangsan Hamlet, Margorejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Technique data collection was interviews and observations. In studying this, we used a triangulation source to check the data obtained from different sources. Data analysis techniques were carried out through data reduction, data display, data verification, and interpretation making on the meaning and theme. The study found two central values central within the performance, namely aqeedah (faith) and morals which are then divided to several session of life passages starting from being children until dying. Rodat anak-anak session contains moral and educational values, young rodat session is all about moral and ethic, setrat session includes values for work ethic and worship for preparing life in hereafter, ontan-ontan has order to do pilgrimage and do good deeds to others, while mayit-mayitan session contains values of causality or cause and effect. ( Pendidikan Agama Islam tidak hanya menjadi mata pelajaran yang terdapat di sekolah saja, tetapi juga bisa didapatkan di mana saja dan oleh siapa saja, seperti halnya dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan Agama Islam juga bisa didapatkan dari berbagai kegiatan yang sifatnya non formal, seperti pada kegiatan sehari-hari, kesenian, pengajian, dan lain-lain. Termasuk pada kesenian tarian kubro siswo yang merupakan kesenian berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam. Penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam tarian kobro siswo. Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Sumber data primer dan sekunder yang dibutuhkan ialah 3 orang dari sesepuh kesenian kubro siswo dan 3 anggota atau pelaku seni dengan menggunakan teknik pemilihan subjek purposeful sampling di Dusun Surowangsan, Margorejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Teknik pengambilan data adalah wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, dengan memeriksa data yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, display data, verifikasi data, serta interpretasi dan makna tema. Hasil analisis menemukan dua nilai utama dalam tarian kobro siswo yakni nilai aqidah dan nilai akhlak. Pertunjukan kesenian kobro siswo terbagi menjadi beberapa sesi pementasan yang antara lain menceritakan kehidupan manusia mulai dari anak-anak hingga meninggal. Sesi rodat anak-anak mengandung nilai moral dan pendidikan. Sesi rodat muda mengandung ajaran soal akhlak. Sesi setrat mengandung nilai untuk bekerja dan beribadah sebagai bekal di akhirat. Sesi ontan-ontan mengandung nilai perintah berhaji dan kebaikan lainnya, sementara mayit-mayitan mengandung nilai sebab akibat.

    Implementasi Metode Pembelajaran IPA Berbasis TIFA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MTs Muhammadiyah Jayapura

    Get PDF
    This research aims to find out: (1) Implementation of the TIFA method in science learning (2) The benefits of implementing the TIFA method can improve student learning outcomes at MTs Muhammadiyah Jayapura. The method in this research is a mixed-methods research model embedded. The results of the data analysis obtained were n-Gain analysis; the average learning outcome for the experimental class was 0.87 in the high concept mastery category and 0.69 in the medium concept mastery category. The final results of the difference test analysis showed that there was a difference in concept mastery between the experimental class, which was taught using the TIFA method, and the control class, which was not taught. The calculated Siq F for the equal difference test is 0.914, and because the calculated Siq F is more than 0.05, Ho is accepted. The assessment of the implementation of the TIFA method using SPSS 25 in the experimental class showed positive results for student learning outcomes of 88.4% in the very good category. So, the overall results of the science learning assessment using the implementation of the TIFA method from the 1st RPP to the 3rd RPP show that there are differences between the experimental class and the control class. It was proven that students in the experimental class had a greater understanding of the concept than those in the control class. This is indicated by the n-Gain test and SPSS 25 test results, as explained previously.(Penelitian ini bertujuan agar mengetahui: (1) Implementasi metode TIFA dalam pembelajaran IPA. (2) Manfaat implementasi metode TIFA dapat meningkatkan hasil belajar siswa MTs Muhammadiyah Jayapura. Metode dalam penelitian ini adalah mixed methods research model embedded. Hasil analisis data yang diperoleh adalah analisis n-Gain rata-rata hasil belajar kelas eksperimenn 0,87 kategori penguasaan konsep tinggi dan kelas kontrol 0,69 kategori penguasaan konsep sedang. Hasil akhir dari analisis uji perbedaan menunjukkan bahwa ada perbedaan penguasaan konsep antara kelas eksperimen yang diajar menggunakan metode TIFA dan kelas kontrol yang tidak diajar. Siq F hitung untuk uji perbedaan yang sama adalah 0,914, dan karena siq F hitung lebih dari 0,05, maka Ho diterima. Penilaian implementasi metode TIFA menggunakan SPSS 25 pada kelas eksperimen menunjukkan hasil yang positif terhadap hasil belajar siswa sebesar 88,4 % dengan kategori sangat baik. Sehingga hasil keseluruhan penilaian pembelajaran IPA yang menggunakan implementasi metode TIFA dari RPP ke-1 sampai RPP ke-3 menunjukkan adanya perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terbukti siswa pada kelas eksperien memiliki pemahaman konsep yang lebih dari pada kelas kontrol. Hal ini di tandai dengan adanya uji n-Gain dan hasil uji SPSS 25 sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

    Implementation of Pre-aqil Baligh (Before Puberty) Education Through “The Male and Female Programs” as an Effort to Form Religious Attitudes at Elementary School

    Get PDF
    This study aims to determine the implementation of pre-aqil baligh (before puberty) education through male and female programs as an effort to form students’ religious attitudes. Pre-aqil baligh education is essential to implement in elementary schools considering the development of puberty is faster. This research was conducted at Ashfiya Elementary School, which is one of the Islamic schools in the city of Bandung. The research subjects were fifth and sixth-grade students when they were closer to pre-aqil baligh. The method used is qualitative research, which is conducted in the form of case studies. The sources used in the research are observation and interviews. And supported by scientific articles (journals) and books related to research. Data collection techniques are carried out by reduction, presentation, and verification. The research found that pre-aqil baligh education can be implemented by providing education about morals, fiqh of haidh (menstruation) and ihtilam (wet dreams), early sex education, and the habit of reciting the Koran. This activity uses the mentoring method as an approach to students. The religious attitude that is formed from pre-aqil baligh education through the male and female programs consists of three religious dimensions, namely aqidah, sharia, and morals. (Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan pra aqil baligh (sebelum pubertas) melalui “program laki-laki dan perempuan” sebagai upaya membentuk sikap religius peserta didik. Pendidikan pra-aqil baligh penting dilaksanakan di sekolah dasar mengingat perkembangan masa pubertas lebih cepat. Penelitian ini dilakukan di SD Ashfiya yang merupakan salah satu sekolah Islam di kota Bandung. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas V dan VI yang mendekati pra aqil baligh. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian lapangan berupa studi kasus. Sumber yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan wawancara. Serta didukung dengan artikel ilmiah (jurnal) dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara reduksi, penyajian, dan verifikasi. Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan pra aqil baligh dapat dilaksanakan dengan memberikan pendidikan tentang akhlak, fiqh haidh (haid) dan ihtilam (mimpi basah), pendidikan seks sejak dini, dan kebiasaan mengaji. Kegiatan ini menggunakan metode pendampingan sebagai pendekatan kepada siswa. Sikap keagamaan yang terbentuk dari pendidikan pra-aqil baligh melalui “program laki-laki dan perempuan” terdiri dari tiga dimensi keagamaan, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.

    Model Layanan Bimbingan dan Konseling Komunitas pada Pasangan Menikah Dini di Desa Loang Maka, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok

    Get PDF
    This research aims to develop and implement an effective community guidance and counseling service model to enhance the well-being of early-married couples in Loang Maka Village. Early married couples often face complex challenges in building and maintaining marital relationships. This service model is designed to provide holistic support through a community-based approach. This current research employs a qualitative approach with participatory action research, actively involving early married couples and the local community. Data are gathered through in-depth interviews, observations, and focus group discussions. Data analysis uses a thematic approach to identify thematic patterns emerging from the data. The research findings indicate that the community guidance and counseling service model effectively provides emotional, informational, and social support to early married couples. Active participation in community activities helps strengthen social bonds, enhance understanding of roles and responsibilities in marriage, and build positive social networks. The implementation of this model contributes positively to the improvement of the well-being of early married couples, reflected in increased happiness, marital resilience, and the quality of interpersonal relationships. The implications of this research include recommendations for implementing similar service models in other communities, taking into account different cultural and social contexts. This model is expected to serve as a foundation for the development of sustainable community guidance and counseling service programs, particularly to support early married couples in building healthy and happy families. (Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan model layanan bimbingan dan konseling komunitas yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan pasangan menikah dini di Desa Loang Maka. Pasangan menikah dini seringkali menghadapi tantangan kompleks dalam membangun dan memelihara hubungan perkawinan mereka. Model layanan ini didesain untuk memberikan dukungan holistik melalui pendekatan komunitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Participatory Action Research yang melibatkan partisipasi aktif dari pasangan menikah dini serta komunitas setempat. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan focus group discussions. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan tematik untuk mengidentifikasi pola-pola tematik yang muncul dari data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model layanan bimbingan dan konseling komunitas terbukti efektif dalam memberikan dukungan emosional, informasional, dan sosial kepada pasangan menikah dini. Partisipasi aktif dalam kegiatan komunitas membantu memperkuat ikatan sosial, meningkatkan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab dalam perkawinan, serta membangun jejaring sosial yang positif. Implementasi model ini memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan pasangan menikah dini yang tercermin dari peningkatan kebahagiaan, ketahanan perkawinan, dan kualitas hubungan interpersonal. Implikasi dari penelitian ini adalah rekomendasi untuk penerapan model layanan serupa di komunitas-komunitas sejenis dengan mempertimbangkan konteks budaya dan sosial yang berbeda. Model ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk pengembangan program layanan bimbingan dan konseling komunitas yang berkelanjutan, khususnya untuk mendukung pasangan menikah dini dalam membangun keluarga yang sehat dan bahagia.

    Hubungan antara Self-Directed Learning Readiness dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

    Get PDF
    Sistem Kredit Semester (SKS) or credits used by universities in Indonesia requires students to be able to manage their learning activities independently, but in fact, students often do activities outside of learning activities. Therefore it is necessary to research students' readiness to manage learning activities in higher education with student learning motivation. The method used in this study was the survey method with a sample of 78 students. The results showed that the Self-Directed Learning Readiness Variable was in the medium category, with an average score of 80.9 from the ideal score of 104. The average Student Learning Motivation Variable score was 84.51, compared to the ideal score of 108, which was still in the medium category. The results of hypothesis testing showed a positive and significant relationship between the Variable Self-Directed Learning Readiness and Student Learning Motivation Variables, with a correlation of 0.805 at α = 0.05, which is included in the very strong category. To improve Self-Directed Learning Readiness, schools need to develop curricula that fit the needs of students and conduct time management training for students so that student's motivation to learn can increase. (Sistem Kredit Semester (SKS) yang digunakan oleh perguruan tinggi di Indonesia menuntut mahasiswa untuk mampu mengelola kegiatan belajar secara mandiri. Namun, pada kenyataannya, sering kali mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap kesiapan mahasiswa dalam mengelola kegiatan belajar di perguruan tinggi dengan motivasi belajar mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan sampel sebanyak 78 orang mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Self-Directed Learning Readiness berada pada kategori sedang, dengan skor rata-rata sebesar 80,9 dari skor ideal 104. Sementara skor rata-rata untuk variabel Motivasi Belajar Mahasiswa sebesar 84,51 dari skor ideal 108, yang masih termasuk kategori sedang. Adapun hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Self-Directed Learning Readiness dengan variabel Motivasi Belajar Mahasiswa, dengan korelasi sebesar 0,805 pada α=0,05 yang termasuk dalam kategori sangat kuat. Untuk meningkatkan Self-Directed Learning Readiness, sekolah perlu menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan mengadakan pelatihan manajemen waktu kepada mahasiswa agar motivasi belajar mahasiswa dapat meningkat.

    136

    full texts

    150

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Andragogi (E-Journal) is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇