Jurnal Kesehatan Mercusuar
Not a member yet
142 research outputs found
Sort by
GAMBARAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGALO KOTA PADANG
Stunting merupakan masalah gizi yang banyak terjadi pada balita..Kejadian stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 29%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stuntingdiantaranya panjang badan lahir, berat badan lahir, riwayat ASI Eksklusif, riwayat Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan tinggi badan ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2018.Penelitian ini bersifat deskriptif di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang tanggal 8-15 Juli 2018.Populasi adalah balita stunting yang terdata saat Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 yaitu 31 orang. Pengambilan sampel dengan caratotal sampling yaitu 31 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi.Pengolahan data berupa editing, coding, entry, dan cleaning.Analisa data dengan analisa univariat. Dari 31 responden menggambarkan bahwa 61,3% dengan panjang badan lahir normal, 100% respondendengan berat badan lahir cukup, 61,3% responden mendapat ASI eksklusif, 58,1% respondentidak mendapat IMD, 71,0% responden dengan pendapatan keluarga tinggi, 54,8% responden dengan jumlah anggota keluarga besar, dan 100% responden memiliki ibu dengan tinggi badan normal. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting adalah riwayat IMD dan jumlah anggota keluarga .Untuk itu diharapkan terjadinya penurunan prevalensi Balita pendek (stunting) di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA LANSIA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP DI JAKARTA SELATAN
oai:ojs2.jurnal.mercubaktijaya.ac.id:article/3The decrease function and ability of the older people’s body make the fulfillment of basic needs in adequate. It causes decrease in quality of life. When the older people’s feels perceived physical weakness as limitation, so the perception of health will decrease too. This study aimed to identify the correlation fulfillment of bacic need with older people’s quality of life in Srengseng Sawah South Jakarta. Analytic correlation was used as design of this research with cross sectional study approach. This study used 111 samples, where as purposive sampling is applied in sample collection. In multivariate, paired linear regression is used to know characteristics confounding. The result were age (median=67,00), sex is women 84 person (75,7%) and buttom income 79 person (71,2%) as confounding with p value 0.00 for age, sex with p value 0.057 and p value for income 0.130. There is correlation with fulfillment of basic needs and quality of life in older people’s. This study suggest to increase quality of life in weakness or physical decrease in older people’s by over whelming the symptoms and positive improvement of older people’s perception.Penurunan fungsi dan kemampuan tubuh lansia membuat pemenuhan kebutuhan dasar menjadi tidak adekuat, sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup. Kelemahan fisik yang dialami lansia menyebabkan keterbatasan, maka persepsi terhadap kesehatan juga akan menurun. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan pemenuhan kebutuhan dasar dengan kualitas hidup lansia di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan jumlah sampel 111. Pengambilan sampel dilakukan dengn cara purposive sampling. Analisis bivariat dengan menggunakan uji spearman rank, sedangkan untuk analisis multivariat menggunakan uji regresi linear ganda terhadap konfounding yaitu karaktersitik lansia. Didapatkan hasil karakteristik umur (median=67,00), jenis kelamin perempuan (75,7%) dan pendapatan rendah (71,2%) merupakan konfounding dengan masing-masing nilai untuk umur p=0,00, jenis kelamin p=0,057, dan pendapatan p=0,130. Pemenuhan kebutuhan dasar dengan kualitas hidup mempunyai hubungan yang signifikan. Disarankan agar perawat dalam meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami kelamahan atau kemunduran secara fisik sehingga tidak mampu dalam pemenuhan kebutuhan dasar adalah dengan cara menurunkan dan mengatasi gejala yang dialami lansia serta meningkatkan persepsi positif terhadap lansia