Al-Jami'ah - Journal of Islamic Studies (Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Not a member yet
783 research outputs found
Sort by
Mencari Kebenaran dan Perspektifnya (Suatu Pemikiran Filsafat)
Manusia di dunia dengan karunia akal (ratio) yang diterimanya membedakan dirinya dari makhluk yang lain. Akal menjadikan manusia memiliki derahjat dan kedudukan yang lebih tinggi darppada makhluk yang lain, karena dengan akalnya manusia berfikir, berfikir tentang apa saja. Manusia sebagai “homo sepiens”, berfikir dan ingin mengetahui lebih jauh dan mendalam tentang kenyatan-kenyataan yang dihadapi.Manusia berusaha menalari dan menguak tabir-tabir rahasia dibalik kenyataan yang dilihatnya. Segala apa saja, termasuk alam semesta dijadikan obyek pemikiran
Sumatera Thawalib dalam Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam Di Sumatera Barat
Awal abad 19 Islam Minangkabau memasukkan pikiran dan gerakan Islam baru dari luar. Catatan klasik yang belum ada gantinya selalu menyebutkan adanya peranan tiga orang haji. Waktu itu sampai saat menjelang perang dunia kedua, tradisi pergi ke Mekkah bagi umat Islam Indonesia, bukan cuma untuk menunaikan rukun Islam yang kelima melainkan lebih dari itu. Mereka pergi ke Mekah dan berada di sana selama waktu tertentu, umumnya berbilang tahun untuk belajar Islam dan memahami ilmu ke-Islaman. Bagi umat Islam Sumatera Barat, naik haji berarti juga melanjutkan pelajaran atau “mempertinggi kaji” yang sudah mereka peroleh dari surah-surah di kampung halaman masing-masing. Mereka timba ajaran Islam dari sumbernya itu secara mendalam dengan bermukim bertahun-tahun di Mekkah. keberadaan mereka di Mekkah bukan cuma untuk kepentingan haji dan belajar ilmu ke-Islaman, tapi juga sekaligus mereka memanfaatkan untuk menjalin ukhuwah islamiyah dengan umat Islam dari berbagai negara lain, saling tukar menukar pengalaman dan informasi serta membicarakan kepentingan bersama. Oleh sebab itu waktu pulang kembali ke kampung, mereka telah memberkati diri dengan ilmu, kitab-kitab serta pengetahuan tentang perkembangan dunia Islam pada umumnya
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy Dalam Perspektif Sejarah Pemikiran Islam Di Indonesia
Hasbi dilahirkan dan dibesarkan pada saat-saat di Jawa tumbuh gerakan pembaharuan pemikiran Islam (kaum pembaharu) yang meniupkan pula semangat kebangsaan Indonesia serta anti penjajah dan di Aceh perang melawan Belanda sedang berkecamuk. Baik gerakan pembaharuan pemikiran Islam yang lahir di Jawa, maupun perang Aceh sama-sama dimotori dan dipimpin oleh para ulama atau oleh pemimpin yang perjuangannya disemangati oleh jiwa agama. Mereka mampu menggerakkan masyarakat ke arah perubahan dan membangkitkan semangat untuk berjuang, karena posisi ulama di mata rakyat jauh lebih tinggi daripada posisi kaum pemegang hak kekuasaan negeri (kaum adat). Ajakan bekerja yang didasari oleh rasa ikhlas demi mendapatkan keridlaan Allah
In-Hospital Death and the Change of the Grave Trajectory: The Cosmological Meanings of Sadness in Moroccan Context during the COVID-19 Pandemic
This study examines the institutional changes and topographical landmarks within which the incident of death took place in the Moroccan context by focusing on the topic of in-hospital death during the COVID-19 pandemic. The complicated aspects surrounding the death arise from the process of medicalization, burial, and mourning among the relatives of the deceased. Methodologically, the research is based on a grounded phenomenological analysis of the experiences of relatives (50 participants) who lost their deaths in the first wave of the pandemic in four Moroccan cities: Rabat, Kenitra, Fez, and Missour. The study concludes that the negative attitude of Moroccans towards in-hospital death does not stem from the fragility of health services or the characteristics of loneliness and isolation, as revealed by Norbert Elias’s sociology. However, it closely links to the anthropological factors that construct the personal concept in the Moroccan context as a knot of relationships and looks at the body in its social, cultural and cosmological extensions.[Penelitian ini mengkaji perubahan institusional dan landmark topografis tempat terjadinya kematian dalam konteks masyarakat Maroko dengan fokus kematian di rumah sakit selama pandemi COVID-19. Aspek rumit kematian muncul selama proses penanganan medis, penguburan, dan perkabungan di antara kerabat almarhum. Secara metodologis, penelitian ini didasarkan pada analisis fenomenologis terhadap pengalaman 50 orang dari keluarga orang yang meninggal pada gelombang pertama pandemi COVID-19 di empat kota di Maroko: Rabat, Kenitra, Fez, dan Missour. Tulisan ini menyimpulkan bahwa sikap negatif masyarakat Maroko terhadap kematian di rumah sakit tidak berasal dari buruknya layanan kesehatan atau pun dari dampak isolasi dan rasa kesepian yang khas, seperti yang diungkapkan sosiologi Norbert Elias. Namun, sikap negatif tersebut erat terkait dengan faktor antropologis yang mengkonstruksi konsep personal dalam konteks masyarakat Maroko yang menjadi simpul hubungan sosial dan pandangan terhadap jasad dalam konteks sosial, budaya, dan kosmologi.
Tinjauan Tentang Pengajaran Bahasa Arab Pada Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga
Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga yang ada sekarang sebetulnya telah berdiri sejak tahun 1973, dengan Surat Keputusan Rektor No. 251/Ba-O/A/1973. Susunan personalianya adalah sebagai berikut : seorang ketua, seorang sekertaris dan tiga orang anggota. Lembaga Bahasa (seterusnya akan disingkat LB) itu pada tahun 1976 diperbaharuhi personalianya dengan adanya surat keputusan Rektor No. 13 tahun 1976 tertanggal 1 April 1976, dengan pertimbangan bahwa di IAIN terjadi perkembangan baru, terutama dengan telah ditetapkannya kurikulum baru. Personalia tersebut terdiri atas direktur, sekertaris, ketua seksi Bahasa Inggris, ketua seksi Bahasa arab dan ketua seksi Bahasa Indonesia, masing-masing dipegang oleh satu oran
REMEMBERING AND FORGETTING: Counter-Memories of Tausug Survivors of the 1974 Battle of Jolo (Sulu, Philippines)
Examining the case of the 1974 Battle of Jolo, this article unpacks how Tausug survivors have constructed, remembered, and made sense of their memories of one of the bloodiest conflicts between the Moro National Liberation Front (MNLF), a Muslim secessionist movement in the southern Philippines, and the Armed Forces of the Philippines (AFP) during the martial law period (1972-1986). As counter-memory to the narratives of the MNLF and the military on the 1974 Battle of Jolo, this study argues that while many of the survivors want to forget and move on from the tragedy of war and violence, their memories revealed layers of problems faced by Muslim Mindanao in the recent decades. Some survivors are eager to document their experiences to reclaim their agency, while many of them transmit their collective memories and life lessons to the next generations of Tausug.[Artikel ini mengungkap bagaimana para orang-orang Tausug, yang mengalami Pertempuran Jolo tahun 1974, membangun, mengingat, dan memaknai ingatan mereka tentang salah satu konflik paling berdarah antara Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dengan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) selama periode darurat militer (1972-1986) tersebut. Sebagai memori tandingan terhadap narasi MNLF tentang Pertempuran Jolo Tahun 1974, penulis berpendapat bahwa banyak penyintas ingin melupakan dan mengalihkan perhatian mereka dari tragedi perang dan kekerasan di atas. Sementara, konstruksi ingatan mereka mengungkapkan lapisan-lapisan masalah yang dihadapi oleh Muslim Mindanao dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa penyintas sangat ingin mendokumentasikan pengalaman mereka untuk mendapatkan kembali hak pilihan mereka, sementara banyak dari mereka tetap meneruskan cerita tentang kenangan kolektif dan pelajaran hidup ini kepada generasi Tausug berikutnya.
Pembahasan Risalah Tauhid Karya Muhammad Abduh
Risalah Tauhid, adalah salah satu karya Muhammad Abduh, yang membicarakan masalah akidah Islam/ Ilmu Kalam. Dengan Risalah Tauhidnya itu –disamping tulisan-tulisannya yang lain—dia berjuang untuk menyehatkan dan membangkitkan semangat dunia Islam, khususnya masyarakat mesir waktu itu. Yaitu semangat untuk membebaskan kaum muslimin dari kejumutan, kelemahan, keterbelakangan dan penjajahan. Karena itulah ’barangkali’ Risalah Tauhid-nya itu memikat para (banyak) Ilmuan dan diterjemahkan ke dalam beberapa Bahasa; antara lain bahasaPerancis, Urdu, Indonesia dan lain-lain. Sedangkan tulisan (paper) ini dihidangkan, juga karena ingin turut kmembicarakannya, walaupun dangkal dan sederhana sekali