Universitas Diponegoro: Undip E-Journal System (UEJS) Portal
Not a member yet
8050 research outputs found
Sort by
Penyebab Terjadinya Pelanggaran Terhadap Koefisien Dasar Bangunan Di Kelurahan Gedawang Banyumanik Semarang
Pelanggaran terhadap Koefisien Dasar Bangunan (KDB) akan berdampak terhadap resapan air. Hilangnya resapan air akan menimbulkan kekeringan, dan konsekuensinya juga akan meningkatan banjir. Sudah banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam prakteknya mereka masih melakukan pelanggaran tersebut. Maka dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap KDB tersebut. Lokasi penelitian dipilih pada permukiman di kelurahan Gedawang kecamatan Banyumanik Semarang, yaitu di wilayah RW 4, RW 6, dan RW 7, karena kondisi kontur di 3 RW tersebut bergelombang dan pada posisi yang tinggi, sehingga dampak dari perubahan tersebut dapat merugikan kawasan di bawahnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, menggunakan analisis uji faktor dan tabulasi silang.Faktor penyebab terjadinya pelanggaran terhadap KDB berasal dari faktor eksternal yang memiliki korelasi negatif terhadap tindak pelanggaran, dan juga faktor internal yang memiliki korelasi positif terhadap tindak pelanggaran. Sebenarnya masyarakat cukup sadar bahwa dalam bermukim seyogyanya tidak saling mengganggu, akan tetapi pengertian mengganggu ini hanya terbatas pada lingkungan yang kecil (tetangga dekat), belum melihat lingkungan secara luas (kelurahan/kecamatan/kota)
PERUBAHAN TATA RUANG RUMAH PENGRAJIN GERABAH KLIPOH BOROBUDUR
Klipoh is located in the northern part of Borobudur Central Java province, is a famous pottery village after Nggundi village. Based on data,almost 80% of the people are making pottery. This become unique because the pottery they made similar to manuscript that stipulated at one of the relief Borobudur Temple.It means that the pottery tradition is actually inheritance by the anchestor. As one of villages in Borobudur, Klipoh is still remain traditional eventhough there are many changes and effects forced local value to be changed. But if we take a look into detail, there are some traditional values are still remain and some were already changed. They changed and rearrangedtheir house from ordinary living to become pottery production house. There were many rooms and spaces changed functionally based on their pottery needs that caused crowded and made inconfinience of the room user. From this phenomena, therefore, it was needed to focus the study more on the space transformation of traditional houses as one of the significant changes that made trouble for the room users occurred in Klipoh. By using qualitative research, it is expected to look into detail the space transformation due to some aspects
THE PROGRESS OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA A COMPARISON OF SOCIAL ECONOMIC INDICATORS BETWEEN REGIONS
Global awareness and concept on the environmental friendly development has been emerged since early 1970s. However, the progress on its implementation was varied across countries. In Indonesia, sustainable development indicators have been studied and published by the Central Statistics Board (BPS) since 2002. Based on the recommendation of the United Na-tions Commission on Sustainable Development, those indicators were classified into two groups, i.e. environment indicators and social economic indicators. This paper is aimed to compare the progress of social economic indicators among provinces in Indonesia by using descriptive ap-proach. Observed indicators were including population, per capita gross domestic product (GDP), open unemployment, poverty, energy consumption, transportation, and agriculture. In addition, regional fiscal capacity and human development index among provinces were also analyzed. Although the fund transfer from central to local governments has increased signifi-cantly since the implementation of local autonomy and fiscal decentralization in 2001, however, in general, the improvement of social economic indicators were varied between provinces. Sev-eral provinces with high fiscal capacity were not able to improve its social economic indicators significantly. On the contrary, the other provinces with low fiscal capacity have achieved better social economic indicators. This phenomenon has proved the importance of having appropriate capability in managing local economic development
Fasilitas Umum dan Lingkungan di Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta
Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat. Terbatasnya luas lahan perkotaan berdampak pada penyediaan lahan permukiman bagi kaum urban. Dengan luas lahan perkotaan yang terbatas, sementara jumlah penduduk perkotaan semakin banyak akibat adanya urbanisasi, hal ini mengakibatkan munculnya kantong-kantong permukiman padat di tengah kota. Masyarakat urban yang dating memiliki berbagai latar belakang pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Dimana persepsi masyarakat yang terbentuk akan berhubungan dan berpengaruh terhadap lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana persepsi masyarakat dalam penggunaan dan pemanfaatan fasilitas umum dan lingkungan di Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian persepsi masyarakat terhadap penggunaan dan pemanfaatan fasilitas umum dan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan penghasilan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari perepsi masyarakat RW 8,9,10,11 Kelurahan Pakuncen yang kurang peduli terhadap pemanfaatan dan penggunaan fasilitas umum dan lingkungan. Sikap kurang peduli ini ialah tidak menyediakan sistem sanitasi yang baik, penyediaan daerah resapan air yang kurang, kurangnya ruang terbuka hijau, hingga perilaku membuang sampah sembarangan kebantaran sungai Winongo. Perilaku masyarakat yang cenderung tidak peduli akan menghambat perwujudan lingkungan hunian yang dipilih
Studi Pendahuluan Hubungan Panjang–Berat Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) dari Perairan Semarang
Length-weight relationship study of narrow-barred spanish mackerel (Scomberomorus commerson) from Semarang waters was commenced in October-November 2014. The result showed that the fish growth at both the months of October and November 2014 was a negative allometric growth. There was uncertainty to answer the low value for b component during November although at this month was a peak of the fish catching at Java Sea. Due to small fish landed, it indicated that narrow-barred Spanish mackerel of Semarang waters were not proper to be caught. Studi hubungan panjang-berat ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) dari perairan Semarang sudah dilakukan selama bulan Oktober dan November 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tenggiri selama bulan Oktober maupun November 2014 adalah bersifat allometrik negative. Tidak diketahui dengan pasti penyebab kecilnya nilai b terutama pada bulan November, meskipun pada periode tersebut merupakan salah satu puncak musim penangkapan ikan tenggiri di Laut Jawa. Kecilnya ukuran ikan yang didaratkan, menunjukkan bahwa ukuran ikan tenggiri di perairan Semarang belum layak tangkap
Pertumbuhan Artemia sp. dengan Pemberian Ransum Pakan Buatan Berbeda
Silase ikan sebagai pakan buatan Artemia sp mempunyai beberapa keunggulan diantaranya memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan kontinuitas ketersedian sebagai pakan dapat terpenuhi. Keunggulan yang dimiliki silase ikan ini sangat tepat diterapkan dalam menunjang pertumbuhan Artemia sp. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh berbagai dosis silase ikan terhadap pertumbuhan Artemia sp. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratories. Perlakuan yang diterapkan terdiri dari 4 perlakuan yaitu pemberian silase ikan A (10 mg/L), B (20 mg/L), C (30 mg/L) dan D (40 mg/L) dengan ulangan masing-masing 3 kali. Parameter ukur adalah Pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang dan tingkat kelulushidupan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat mutlak dan pertumbuhan panjang tertinggi diperoleh perlakuan D yaitu 7,99 ± 0,05 mg dan 8,8 ± 0,25 mm, terendah diperoleh perlakuan A yaitu 6,46 ± 0,27 mg dan 7,2 ± 0,32 mm serta untuk tingkat kelulushidupan tertinggi diperoleh perlakuan D yaitu 31,09 ± 1,29 %, terendah diperoleh perlakuan A yaitu 9,67 ± 2,96 %.Kata Kunci : Artemia sp. Silase, Laju Pertumbuhan, Tingkat KelulushidupanSilase is a liquid protein made from trash fish which is decomposed by enzims. Silase has some advantages ie, high nutrition value, easy to produce, economic value and could be produce easily. These could be aplied to support the growth of Artemia sp. The aim of this research is to investigate effect of the various dose of silase on the growth level of Artemia sp. These research was conducted at Laboratorium Pakan Alami Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau(BBPAP), Jepara. Experimental laboratories was used with completely randomized design. The treatments were doses of silase : A (10 mg/L); B (20 mg/L); C (30 mg/L) and D (40 mg/L). The individual weight, length and survival rate were measured. The result showed that the highest average of individual absolute growth (weight) was reached on treatment D (7,99 + 0,05 mg), while the lowest on treatment A (6,46 + 0,27 mg). The highest length growth was reached on treatment D (8,8 + 0,25 mm), while the lowest on theatment A (7,2 + 0,32 mm). The highest survival rate of Artemia sp was reached on treatment D (31,09 + 1,29%) and the lowest on treatment A (9,67 + 2,96%).Keywords : Artemia sp, Silase, Growth rate, Survival rat
Kerentanan Sosio-Ekonomi terhadap Paparan Bencana Banjir dan Rob di Pedesaan Pesisir Kabupaten Demak
Disaster is an event which suddenly or slowly occurs caused by human, nature, or even both. Disaster is not only related to the physical environment where disaster found but also to the livelihood of the community. Coastal rural is vulnerable to the coastal disaster such as flood and tidal flood due to their high dependency on the coastal resources. The vulnerability assessment of the coastal rural is very important in order to identify the level of vulnerability and to recommend crucial strategies for reducing the risk of disaster exposure in the future. This study aims to identify the socio-economic vulnerability in the rural coastal community of Demak Regency. Vulnerability assessment was carried out through a spatial explicit modeling. The results showed that 33 villages equivalent to 42% out of the total 78 villages were categorized as most vulnerablesocially and economically. The remaining 45 villages accounted for 58% were less vulnerable. Therefore, efforts on the disaster mitigation are necessary to reducing the exposure impact to the coastal rural community
Nasionalisme Buruh Versus Kolonialisme: Suatu Kajian Tentang Gerakan Buruh di Semarang pada Awal Abad XX
Negara dan buruh berhubungan erat, karena negara adalah suatu kesatuan politik antara rakyat (termasuk buruh) dan pemerintah sebagai administrator (pengurus) negara. Dalam konteks hubungan industrial, sering terjadi perbedaan kepentingan antara negara dan buruh, dan kondisi ini dapat menimbulkan konflik di antara dua pihak tersebut. Secara umum, buruh sering dianggap sebagai pihak marjinal yang hanya berjuang untuk alasan ekonomi, tanpa mempertimbangkan stabilitas politik. Akan tetapi, penelitian ini menemukan fakta bahwa pandangan tersebut tidak benar sepenuhnya, karena kenyataannya kaum buruh berani menuntut keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat bumiputera yang menjadi bagian dari warga negara. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mendasari gerakan buruh tidak hanya kepentingan ekonomi, tetapi juga suatu semangat nasionalisme antikolonial, yang mencakup keinginan untuk merdeka, memperoleh keadilan, dan menunjukkan harga diiri bangsa
FACTORS AFFECTING POST-OPERATIVE PAIN AFTER DOPPLER GUIDED HEMORRHOID ARTERY LIGATION AND RECTO-ANAL REPAIR (DGHAL-RAR) OF INTERNAL HEMORRHOID
Background: DGHAL-RAR is new modality for grade II-IV internal hemorrhoid treatment. It is developed to reduce post-operative pain that mostly found in traditional hemorrhoidectomy even in Stappler hemorrhoidopexy. However, in clinical practice some patients are complaint of moderate until severe pain. This study is intended to know factors affecting the post-operative pain after DGHAL-RAR of internal hemorrhoid.Methods: A series of 61 grade II-IV internal hemorrhoid patients, underwent DGHAL-RAR in St Elizabeth Hospital, Semarang Indonesia, period of August 2012 – March 2014 were analyzed prospectively. Age, sex, grade, removing of thrombus either internal or external, anal fissure, removing of hypertrophic anal papilla, removing skin tag, anal laceration due to procedure, were analyzed to know it relation with post operative pain in 24 hours, 48 hours and 7 days post-operatively. VAS for pain (0–10) were used to assess the degree of pain. Mann-Whitney method was used for univariate analysis, while Kruskal-Wallis and Median method were used for multivariate analysis.Results: After multivariate analysis variables that significantly influence post operative pain on 24 hours were removing of internal thrombosis, removing of anal papilla hypertrophy and anal laceration, on 48 hours were removing of external thrombosis, removing of anal papilla hypertrophy and anal laceration and on 7 days were the same with on 24 hours.Conclusion: Factors that affecting post-operative pain after DGHAL-RAR for grade II-IV internal hemorrhoid were removing of both internal and external thrombosis, removing of anal papilla hypertrophy and anal laceration due to DGHAL-RAR procedure. Keywords: Internal hemorrhoid, Hemorrhoid artery ligation and recto-anal repair, thrombosis, anal papilla hypertrophy, anal laceration