Sebagai seorang tokoh militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang
gerilya melawan kolonialisme Belanda. Nasution salah satu tokoh yang menjadi
sasaran dalam peristiwa G 30 S/PKI, berhasil lolos namun yang menjadi korban
adalah putri beserta ajudannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
mendiskripsikan: (1) biografi Nasution, (2) peran Nasution dalam bidang militer
sampai awal 1965, (3) peran Nasution dalam bidang politik dari tahun 1965-1969
yang dikaji dalam karya ilmiah ini.
Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah sejarah, yang
meliputi lima langkah. Pertama, adalah penentuan topik digunakan untuk
menentukan permasalahn yang akan dikaji. Kedua, heuristik dimana penulis
mengumpulkan sumber-sumber dari kajian literatur yang relevan. Ketiga adalah
kritik sumber dimana penulis menguji otentitas dan kredibilitas sumber yang telah
dikumpulkan. Keempat interpretasi yaitu analisis dan penafsiran sehingga
diperoleh fakta sejarah. Kelima adalah penyajian atau historiografi yang berupa
karya sejarah.
Hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa Nasution banyak
menyumbangkan pikiran dan karyanya untuk Indonesia. (1) Nasution dilahirkan
di Kotanopan, Sumatera Utara tanggal 3 Desember 1918 dari pasangan H. Abdul
Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis. Menempuh pendidikan HIS di
Hutapungkut, HIK tahun 1932 di Bukittinggi, dan AMS-B di Jakarta tahun 1938,
menempuh pendidikan militer di CORO Bandung tahun 1940. Nasution pernah
bekerja sebagai guru di Muara Dua dan Bengkulu. Tanggal 30 Mei 1947,
Nasution menikahi kekasihnya Sunarti dan dari pernikahannya, Nasution
dikaruniai dua putri salah satunya Ade Irma Suryani yang meninggal akibat
keganasan G 30 S/PKI 1965. (2) Nasution dalam militer pernah menjabat sebagai
Kepala Divisi Siliwangi, KSAD, KOTI dan mencetuskan Dwifungsi. (3) G 30
S/PKI merupakan konflik politik yang menjadi awal berakhirnya kepemimpinan
Orde Lama (Soekarno) ke Orde Baru (Soeharto) tahun 1967-1968, Nasution pun
ikut andil di dalamnya setelah menjabat sebagai Ketua MPRS. Setelah berdirinya
Orde Baru peran MPRS mulai diredupkan oleh penguasa baru yaitu Presiden
Soeharto. Tahun 1969 Nasution dan para pekerja MPRS mulai berselisih paham
dengan Presiden salah satunya tentang pembaharuan politik yaitu pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen, terutama kedaulatan rakyat.
Kata kunci: Nasution, Orde Lama dan Orde Baru, Tahun 1965-1969
Is data on this page outdated, violates copyrights or anything else? Report the problem now and we will take corresponding actions after reviewing your request.